Pencarian pesawat AirAsia QZ8501. (Antara/Eric Ireng)
Kumulonimbus atau Cb begitu akrab di telinga masyarakat beberapa hari terakhir menyusul tragedi pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang selama tiga hari sebelum serpihannya ditemukan tersebar di Selat Karimata, Selasa (30/12). Kumulonimbus disebut sebagai sebagai awan badai berbahaya yang harus dihindari pesawat.
Kumulonimbus diduga membuat QZ8501 yang membawa 155 penumpang dan tujuh awak itu celaka setelah terjebak di dalamnya. Seberapa besar sesungguhnya pengaruh kumulonimbus bagi penerbangan? Mukhamad Sofii yang saat ini menjadi pilot untuk maskapai Kalstar Air, berbagi kisahnya bertemu si awan badai.
"Saya membawa pesawat tempur dalam formasi saat itu, dan hanya pesawat saya yang terjebak awan kumulonimbus," kata Sofii kepada CNN Indonesia saat ditemui di kediaman Pilot Irianto di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menjadi kapten pesawat nahas QZ8501, Selasa (29/12).
"Saya langsung terlempar ke ketinggian 4.000 meter di atas formasi. Kendali otomatis tak bisa berfungsi," ujar Sofii yang dahulu menjadi pilot jet tempur.
Pria yang juga teman kerja Irianto ini merasa sangat beruntung bisa selamat. "Efek kumulonimbus dahsyat. Semakin ke atas, dampaknya semakin kuat, apalagi kalau awannya besar," kata Sofii.
Selanjutnya ketika menjadi pilot pesawat komersial jenis Boeing, Sofii kembali harus berhadapan dengan kumulonimbus dan terpaksa masuk ke awan itu. "Tapi saat itu pesawat sudah mau mendarat, sudah di bawah. Jadi sudah agak ringan karena awan sudah menjadi hujan," kata dia.
Menurut pria bertubuh tegap ini, kumulonimbus memang berbahaya bagi penerbangan. Sebisa mungkin, hindari awan itu. "Terlebih kalau lihat di radar soal QZ8501, awannya nge-block. Awan itu bisa membuat pesawat terlempar ke atas atau ke bawah," kata Sofii.
Sebelumnya, kisah memasuki kumulonimbus juga dibeberkan oleh pilot Garuda Indonesia, Abdul Rozaq. Saat itu ia terjebak dalam awan badai dalam kondisi putus komunikasi dengan menara pemantau lalu-intas udara atau air traffic controller (ATC). Pesawat pun tak bisa bermanuver ke kanan atau ke kiri karena ada gunung menjulang. Akhirnya pesawat turun ketinggian dengan drastis, dan mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo.(pit/agk)
MARS ”KRI Abdul Halim Perdanakusuma” pun dinyanyikan prajurit Kapal Republik Indonesia Abdul Halim Perdanakusuma 355 dengan lantang. Lagu yang syairnya membakar semangat dan membangkit emosi petarung samudra itu kini menjadi saluran untuk meluapkan kegembiraan. Mereka menunaikan misi dengan prestasi yang tak ada takarannya. Misi yang diemban dijalankan dengan baik.
Lagu itu dinyanyikan di hadapan Panglima Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur Laksamana Muda Arie H Sembiring, yang menyambangi kapal itu saat berlabuh di Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX Ambon, Maluku, pekan lalu. Arie hadir untuk menyampaikan apresiasi atas keberhasilan anak buahnya saat berpatroli di Laut Arafura.
Kapal pabrikan galangan NV Koninlijke Maatscappy de Schelde Vlischingen, Belanda, tahun 1967 itu baru mengamankan delapan kapal yang diduga melakukan pencurian ikan. Dengan kecepatan maksimal 20 knot, kapal yang memiliki panjang 113,42 meter dan lebar 12,506 meter itu menyergap kapal yang selama ini bebas melakukan pelanggaran di Laut Arafura.
”Bapak-bapak sudah melaksanakan tugas dengan baik, menjaga kedaulatan negara di perairan timur Indonesia. Ini prestasi yang sangat membanggakan. Selamat untuk keberhasilan ini,” kata Arie, yang didampingi Komandan Lantamal IX Ambon Laksamana Pertama Arusukmono Indra Sucahyo dan Komandan Kapal Republik Indonesia Abdul Halim Perdanakusuma (KRI AHP) 355 Kolonel Laut (P) Dato Rusman SN.
Dato, pimpinan operasi itu, menuturkan, KRI AHP 355 meninggalkan pangkalan di Surabaya, Jawa Timur, pada 18 Oktober untuk melakukan patroli alur laut dengan sandi operasi Lintas Sakti. Kapal dengan bobot 2.800 gros ton (GT) itu menyusuri selatan perairan Indonesia dengan melewati Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga Papua.
Lima hari kemudian, mereka tiba di ujung timur perairan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Niugini. Jarak yang ditempuh dari Surabaya hingga batas paling timur itu sekitar kurang 1.800 mil laut (3.333,6 kilometer). Bahan bakar yang dihabiskan sekitar 150.000 liter solar.
Setibanya di perairan yang tingkat pencurian ikannya paling tinggi itu, mereka intens melakukan pemantauan. Semua sasaran permukaan didatangi untuk dicek kelengkapan dokumennya. Sebanyak 48 kapal diperiksa.
Pada 7 Desember, lanjut Dato, KRI AHP 355 menangkap dua kapal, yakni Kapal Motor (KM) Century 04 dan KM Century 07. Dua kapal yang berbendera Papua Niugini itu sedang beraktivitas di selatan Merauke, Papua, dekat perbatasan Papua Niugini.
”Kapal itu hendak melarikan diri hingga sempat masuk ke perairan Papua Niugini, tetapi bisa dihentikan setelah kami melakukan pengejaran seketika. Kami mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak dua kali,” ucap Darto.
Setelah diperiksa, ternyata dua kapal itu milik pengusaha Thailand yang bernama Somporn Kitporka yang beralamat di Distrik Krokkrak, Provinsi Amphoe Muang Samutsakhon. KM Century 04 berbobot 200 GT membawa 20 ton ikan campuran dan KM Century 07 yang berbobot 250 GT mengangkut 43 ton ikan.
”Setelah kami periksa dan dinyatakan ada dugaan illegal fishing, semua anak buah kapal (ABK) di dua kapal yang terdiri dari 45 orang Thailand dan 17 orang Kamboja itu kami perintahkan masuk ke KRI AHP 355. Petugas kami yang mengambil alih kemudi kapal mereka,” kata Dato.
Ganti bendera
Eumet Thamaroj (40), ABK KM Century 04, ketika ditemui di Lantamal IX Ambon mengungkapkan, modus yang dipakai untuk mengelabui aparat di Indonesia adalah mengganti bendera Thailand dengan bendera Papua Niugini. ”Kalau masuk Indonesia, kami ganti dengan bendera Indonesia,” kata Eumet yang mengaku sudah delapan tahun mencari nafkah di perairan Indonesia.
Patroli kembali dilanjutkan pada 8 Desember 2014. Setelah mendapatkan informasi dari data automatic identification system, KRI AHP 355 kembali mendatangi kerumunan kapal di perairan yang sama, Laut Arafura, tepatnya sebelah barat Pulau Dolak. Mereka menemukan enam kapal lain, yakni KM Sino 15, KM Sino 26, KM Sino 36, KM Sino 35, KM Sino 33, dan KM Sino 27.
Kapal-kapal eks Tiongkok itu berbendera Indonesia, tetapi melakukan penangkapan di daerah tangkap yang tidak sesuai dengan surat izin penangkapan ikan. Pemilik kapal itu adalah PT Sino Indonesia Sunlida Fishing yang beralamat di Kampung Timur Nomor 206, Kelurahan Seringgu Jaya, Merauke, Papua.
Persoalan semakin kompleks. Dengan jumlah personel KRI AHP 355 yang terbatas, yakni 114 orang, mereka harus mengawal delapan kapal beserta 154 ABK. Namun, dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki, mereka membawa kapal yang diduga melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia itu menuju Lantamal IX Ambon dan tiba pada Sabtu, 13 Desember.
Belum efektif
Kendati dalam waktu dua hari bisa menangkap delapan kapal, jumlah itu masih jauh dari potensi pencurian ikan di Laut Arafura. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam satu tahun terdapat setidaknya 8.484 kapal yang tidak sesuai izin operasi melakukan aktivitas di Laut Arafura. Kapal-kapal itu berukuran besar dan mampu menampung lebih dari 2,02 ton ikan. Kerugian negara ditaksir mencapai Rp 40 triliun per tahun.
Masalahnya, hanya ada satu kapal yang berpatroli di Laut Arafura. Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur tidak bisa mengoperasi empat kapal sejenis yang semula diandalkan untuk melakukan patroli. Penyebabnya adalah kekurangan bahan bakar.
”TNI Angkatan Laut tidak mempunyai bahan bakar yang cukup untuk mengoperasikan kapal-kapal itu,” kata Arie. Satu kapal membutuhkan 30.000 hingga 50.000 liter solar setiap hari. Seperti KRI AHP 355, daya tampung bahan bakar maksimal 556.000 liter.
Minimnya kapal patroli, lanjut Arie, membuat pengawasan di Laut Arafura tidak efektif. Banyak kapal yang diduga mencuri ikan tidak bisa ditangkap. ”Pada saat kami memeriksa satu kapal, (kapal) yang lain lari,” katanya.
Ketika menghadiri peresmian Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Ambon, beberapa waktu lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan, perairan timur Indonesia, terutama Laut Arafura, rawan pencurian ikan. Ia bertekad mengusir semua nelayan asing di perairan itu. Tekad Susi mendapatkan apresiasi dan dukungan TNI AL. Namun, faktor pendukung, seperti bahan bakar, juga perlu diberi perhatian.[Kenyot10]
Foto ini banyak dibicarakan di media sosial. Seorang pilot Indonesia yang berdoa di depan pesawatnya sebelum mencari keberadaan AirAsia QZ8501. Banyak yang menganggap aksi sang pilot ini mengharukan.
Momen itu diambil oleh fotografer Reuters pada Selasa (30/12/2014) kemarin. Lokasinya berada di pangkalan udara PangkalPinang, Bangka Belitung.
Seorang pilot berbaret biru dengan pakaian serba hijau tampak menundukkan kepala. Dia disebut sedang berdoa sebelum terbang dengan harapan bisa menemukan pesawat berpenumpang 155 orang yang hilang sejak Minggu (28/12) lalu. Belum jelas siapa nama pilot tersebut.
Belakangan, pesawat yang hilang itu memang ditemukan, namun lokasinya belum pasti. Tim Basarnas baru menemukan serpihan dan jenazah serta bayangan pesawat.
Di media sosial, komentar positif berdatangan bagi sang pilot. Banyak yang memuji karena aksi pilot tersebut menunjukkan upaya kerja keras Indonesia untuk mencari korban dan pesawat.
"Terharu," komentar salah seorang pengguna twitter.
"Terharu liat foto ini," tulis akun lainnya.
Pengangkatan black box Adam Air (Foto: KNKT)
Setelah serpihan pesawat AirAsia ditemukan, tahap pencarian selanjutnya adalah mencari black box, yang bisa menjadi kunci penyebab AirAsia jatuh ke laut. Laut Jawa, tempat ditemukannya serpihan-serpihan itu, berkedalaman 25-30 meter. Maka, selain melibatkan penyelam, alat-alat canggih juga dilibatkan seperti ini:Pinger Detector (Foto: noaa.gov)
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berusaha mencari tahu keberadaan black box pesawat AirAsia QZ8501. Alat yang digunakan berupa 6 buah Pinger Detection.
"Ada 6 Pinger Detector yang akan dipakai untuk mencari sinyal emergency yang menempel di blackbox (kotak hitam)," kata Kepala KNKT Tatang Kurniadi, saat dihubungi detikcom, Selasa (30/12/2014) malam.
Alat emergency yang dimaksud Tatang adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang menempel di black box yang mengeluarkan sinyal darurat. Pinger detector selanjutnya akan mendeteksi bunyi tersebut.
"Bisa mendeteksi suara hingga 200 meter," ujar Tatang.
Enam alat Pinger Detector yang akan digunakan merupakan milik KNKT, KNKT Singapura dan KNKT Inggris. Rencananya, tim pencari blackbox ini akan mulai bergerak dari Tanjung Pandan sekitar pukul 06.00 WIB.Remote Operator Vehicle (ROV) Bila lokasi black box sudah diketemukan, maka robot yang disebut Remote Operated Vehicle (ROV) akan digunakan. Alat ini akan mengangkat benda-benda dalam laut yang dalam.
ROV digunakan untuk banyak hal di dalam air, beberapa di antaranya untuk kepentingan eksplorasi minyak lepas pantai, termasuk perakitan pipa, elektronik, dan konstruksi.
ROV ini juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000 meter. ROV yang digunakan untuk mengangkat AdamAir saat itu adalah jenis ROV Remora yang bisa menjelajah hingga kedalaman 6 ribu meter.
Yang akan membawa ROV dalam SAR AirAsia adalah tim survei yang beranggotakan Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia membawa sejumlah peralatan canggih yang biasa digunakan untuk pemetaan bawah laut.
"Jadi nanti kami akan cari objek dengan sonar, setelah itu akan dibuat peta dalam bentuk 3D setelah itu ROV akan diturunkan untuk mengambil gambar visual berupa video dan foto," kata kata Ketua Ikatan Alumni Geodesi ITB yang tergabung dalam tim survei, Henky Suharto, di pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (31/12/2014).Multibeam Echosounder Multibeam echosounder, menurut situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), alat ini digunakan untuk survei di laut dalam, menentukan letak kedalaman benda seperti bangkai kapal, penghalang, dan objek-objek lainnya.
Alat ini juga akan dibawa tim survei dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia.
Alat ini, seperti sistem sonar lainnya, memancarkan gelombang suara dalam bentuk kipas yang dari langsung di bawah lambung kapal. Sistem ini mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan sinyal akustik dari transmitter atau pemancar ke dasar laut atau objek dan kembali lagi. Dari pergerakan sinyal akustik itu, bisa diketahui jarak kedalaman benda.
Dengan cara ini alat ini menghasilkan cakupan area luas survei. Cakupan area di dasar laut tergantung pada kedalaman air, biasanya dua sampai empat kali kedalaman air.Side Scan Sonar Tim dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Survey Laut Indonesia juga akan membawa side scan sonar. Side scan sonar adalah sistem khusus untuk mendeteksi benda-benda di dasar laut. Kebanyakan sistem pemindaian samping tidak dapat memberikan informasi mendalam.
Seperti sonar lainnya, side scan sonar ini memancarkan energi suara dan menganalisa sinyal kembali (echo/gaung) yang kembali dari dasar laut atau benda lainnya. Side scan sonar biasanya terdiri dari tiga komponen dasar: towfish, kabel transmisi, dan unit pengolahan.Submersible Vehicle Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) menyatakan butuh suatu alat bernama submersible vehicle untuk mengevakuasi pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501. Tapi Indonesia tak punya alat itu dan harus meminjamnya dari mancanegara. Apa sebenarnya submersible vehicle itu?
Submersible vehicle bila diterjemahkan tentu saja berarti kendaraan selam. Namun bukan berarti ini sama dengan kapal selam. Bila diperhatikan, submersible vehicle terlihat lebih ringkas secara ukuran. Dikutip dari berbagai sumber, submersible vehicle merupakan kendaraan kecil yang didesain untuk menjangkau kedalaman lautan, bahkan hingga kedalaman bertekanan tinggi yang tak mungkin manusia bisa berada pada titik kedalaman itu.
Submersible vehicle tak bisa beroperasi sendiri layaknya kapal selam, melainkan butuh 'kapal induk' yang berada di atas permukaan air. Kendaraan yang tidak sepenuhnya otonom ini masih membutuhkan dukungan dari kapal di permukaan laut, mereka dihubungkan oleh semacam tali atau saluran.
Submersible hanya memuat sedikit awak dengan ruang yang sempit. Kendaraan ini dirancang sedemikian rupa untuk tahan terhadap tekanan air yang tinggi di kedalaman laut. Ada pula sejenis submersible yang dinamakan marine remotely operated vehicles (MROV) yang tak menggunakan awak.
Namun demikian, submersible jenis apa yang bakal digunakan untuk mengevakuasi AirAsia? Pihak Basarnas belum jelas betul menjelaskannya. Hanya saja, submersible itu bukan ROV yang tak berawak.
"Kita masih belum bisa bicara lebih jauh, karena ini masih minta bantuan. Sekarang masih fokus untuk pencarian. Kalau submersible vehicle itu untuk evakuasi. Kalau nanti sudah ketemu lokasinya dan ketemu kedalamannya, baru submersible dibutuhkan. Submersible ini biasanya ada awaknya, dan awaknya mengoperasikan," kata Kepala Humas Basarnas Dianta Bangun di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Senin (29/12).(nwk/nrl)
Helikopter milik Basarnas yang membawa dua jenazah korban pesawat AirAsia QZ 8501 tiba di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu, 31 Desember 2014. CNN Indonesia/Safir Makki
Kepala Basarnas, Marsekal Madya FHB Sulistyo, Rabu sore ini terbang ke Surabaya, Jawa Timur, dan langsung menuju ke crisis center yang ada di Bandara Juanda, Surabaya.
Sebelum beranjak dari kantor pusat Basarnas di Jakarta, Soelistyo memberikan konfirmasi adanya tambahan bantuan asing yang akan diterima oleh Indonesia dalam melakukan evakuasi korban AirAsia QZ8501 di Selat Karimata.
"Ada satu kapal laut dari Jepang yang saat ini berada di Kuala Lumpur. Setelah mengisi logistik, maka kapal Jepang itu saya minta untuk segera menuju daerah operasi. Selain itu ada juga kapal asal Amerika yang sudah standby di Singapura," jelas Soelistyo.
Soelistyo juga membenarkan adanya dua jenazah korban AirAsia QZ8501 yang sudah diterbangkan ke Surabaya pada Rabu (31/12) sore ini. Ia menjelaskan, kelima jenazah lainnya akan segera dievakuasi dan diterbangkan jika cuaca sudah semakin membaik.
"Saat ini cuaca sangat up and down. Maka sampai menunggu cuaca membaik proses evakuasi belum bisa dilakukan. Tetapi semua jenazah sudah dikumpulkan di Kapal Banda Aceh," lanjut Soelistyo menambahkan.
Selama kepergian kepala Basarnas ke Surabaya, kendali di Kantor Pusat Basarnas akan dipegang oleh Kepala Divisi Operasi, Tatang Zaenudin. Belum diketahui akan berapa lama kepala Basarnas berada di Surabaya.(obs)Cari Blackbox AirAsia QZ8501, Inggris Kirim Penyidik Air Accident Imvestigation Branch, atau AAIB memiliki pengalaman luas dan keahlian serta peralatan teknis yang diyakini dapat membantu menemukan blackbox pesawat AirAsia QZ8501 di tengah laut. (Ilustrasi/Thinkstock/Pixone)
Pemerintah Inggris mengirimkan seorang penyidik untuk membantu proses investigasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Penyidik dari Air Accident Investigation Branch, atau AAIB, ini akan membantu mencari kotak hitam, atau blackbox pesawat AirAsia tersebut.
Dalam pernyataan tertulis dari Kedutaan Besar Inggris di Indonesia, penyidik dari AAIB tersebut akan bergabung dengan tim penyidik ahli dari Singapura untuk membantu investigasi di Indonesia.
Penyidik AAIB yang tak diungkap identitasnya tersebut juga membawa peralatan teknis khusus yang dapat membantu menemukan blackbox pesawat AirAsia QZ8501.
"Pemerintah Inggris mengirimkan penyidik setelah ada permintaan dari pemerintah Singapura," kata juru bicara Kedutaan Besar Inggris, Faye Balnis, ketika dihubungi CNN Indonesia, Rabu (31/12).
Sebelumnya, Kedubes Inggris juga telah mengkonfirmasi bahwa satu-satunya warga Inggris di antara 155 orang penumpang yang berada di atas pesawat nahas tersebut, bernama Choi Chi Man.
Diberitakan media Inggris, The Independent, Choi merupakan seorang pengusaha energi asal Inggris.
Saat menumpang pesawat AirAsia QZ8501 tujuan Surabaya-Singapura pada Minggu (28/12), Choi ditemani anak perempuannya yang baru berusia dua tahun.
Anak perempuan Choi tersebut merupakan satu-satunya balita yang menumpang pesawat tersebut dan diidentifikasi berkewarganegaraan Singapura.
Seperti tertera dalam akun LinkedIn miliknya, Choi lahir di Hull dan lulus dari University of Essex pada tahun 1988.
Sementara, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik turut menyampaikan bela sungkawa atas musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
"Atas nama warga Inggris dan Pemerintah Ratu Elizabeth, saya ingin menyampaikan belasungkawa yang terdalam kepada para keluarga penumpang dan awak. Pikiran dan doa kami bersama mereka pada masa sulit seperti ini," kata Malik dalam siaran pers pada Rabu (31/12).
Malik menyatakan bahwa AAIB memiliki pengalaman luas dan keahlian serta peralatan teknis yang diyakini dapat membantu menemukan blackbox pesawat AirAsia QZ8501 di tengah laut.
Saya berharap penyidik dari AAIB dapat membantu pemerintah Indonesia menemukan kotak hitam dengan cepat. Kami siap untuk membantu dengan penyelidikan selanjutnya jika diperlukan," kata Malik.
Diketahui, pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 bertolak dari Surabaya menuju Singapura pada Ahad pagi (28/12). Sebanyak 155 penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 anak-anak, dan satu orang bayi, terbang bersama pilot Kapten Irianto, Co-Pilot Remi Emanuel, empat awak kabin, serta seorang teknisi.
Namun pada pukul 06.17 WIB, pesawat itu hilang kontak dengan menara lalu lintas udara. Pencarian segera dilakukan. Pada Selasa lalu (30/12), Badan SAR Nasional (Basarnas) secara resmi mengumumkan temuan sejumlah jasad dan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di perairan sekitar Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.(ama)Korsel Kerahkan Pesawat Teknologi Inframerah Cari QZ8501 Angkatan Udara Republik Singapura membantu pencarian QZ8501. (Reuters/Edgar Su)
Satu pesawat Orion milik Korea Selatan akan bergabung dengan tim pencari AirAsia QZ8501 di Selat Karimata Kamis esok (1/1). Pesawat yang dilengkapi teknologi inframerah itu bisa mendeteksi benda mencurigakan di dalam air.
Empat pilot pesawat Orion Rabu mendatangi Kantor Pusat Badan SAR Nasional, Jakarta, hari ini, Rabu (30/12). Mereka didampingi Mayor Penerbang Trinanda dari TNI Angkatan Udara.
Menurut Trinanda, jumlah personel dari Korea Selatan ada 25 orang. "Mereka akan berada di Indonesia dua pekan," ujarnya saat mendampingi pilot-pilot Korea tersebut di Kantor Basarnas.
Setelah berkoordinasi dengan Basarnas selaku pemegang komando operasi, pesawat Orion dengan 25 awak akan terbang ke perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, untuk bergabung dengan tim pencari.
Pesawat Orion dilengkapi teknologi inframerah. Dengan teknlogi itu, pesawat mampu mendeteksi anomali di dalam air. Orion akan menyisir zona pencarian yang kini sudah dipersempit menjadi empat sektor dari semula 13 sektor.
Untuk detail lokasi operasi, tim Korsel akan mendapat arahan dari Basarnas malam ini, bersama TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Koordinasi dilakukan terutama untuk mengatur zona penerbangan.
"Besok rencananya akan terbang pukul 09.00 WIB dari Bandara Halim," kata Trinanda.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang warganya ada dalam daftar penumpang QZ8501. Total ada 162 orang di dalam pesawat nahas tersebut, termasuk pilot, kopilot dan lima awak pesawat.
Selain Korea Selatan, beberapa negara yang sudah memberikan bantuan pencarian adalah Singapura, Malaysia, Tiongkok, dan Amerika Serikat.(sur/agk)Tim Singapura dan Prancis Gabung KNKT Cari Black Box AirAsia Tim dari Singapura dan Prancis bergabung dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di Tanjung Pandan, Belitung. Kedua tim itu nantinya akan mencari black box pesawat AirAsia QZ8501.
Pantauan detikcom, Rabu (31/12/2014), tampak kedua tim turun di Bandara Tanjung Pandan dan langsung menuju ke ruang VIP. Tim terdiri dari 11 orang yang sebagian besar dari Singapura.
Mereka langsung mengurus perizinan imigrasi dari Dinas Perhubungan setempat. Nantinya mereka akan fokus membantu KNKT dalam pencarian black box.
"Kami dari Singapura, 11 orang dan akan bantu cari black box," ucap salah satu anggota tim.
Mereka juga tampak membawa beberapa koper dan tas. Namun belum jelas benar apa saja yang mereka bawa untuk mendukung pencarian itu.(dha/rmd)USS Fort Worth dan USS Sampson Sudah Diizinkan Merapat ke TKP Pesawat Basarnas selaku pemegang komando search and rescue pesawat AirAsia QZ850 sudah mengizinkan bagi dua kapal Amerika Serikat (AS) untuk membantu evakuasi di perairan Pangkalan Bun, Kalteng. Mereka diperkirakan tiba malam ini.
"Kapal Amerika sedang di Singapura, mereka punya sonar dan penyelam. Nanti malam saya putuskan Amerika Serikat mendekatkan ke daerah lokasi," kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo saat jumpa pers di kantornya, Jl Angkasa, Kemayoran, Jakpus, Rabu (31/12/2014).
Selain kapal Amerika Serikat, saat ini bantuan juga datang dari Jepang. Mereka sudah diminta menuju lokasi pencairan. Sementara Korea Selatan datang dengan membawa pesawat PC 3 Orion. Pesawat negeri ginseng itu sudah berada di Halim Perdanakusuma.
"Saya ini bermain dengan dinamika dan putusan. Kita goalnya secepatnya bisa diselesaikan. Mudah-mudahan malam ini bisa diteruskan," tambahnya.
Kapal AS bernama USS Fort Worth dan USS Sampson adalah dua jenis kapal yang sudah disiapkan ke Indonesia. USS Fort Worth merupakan jenis kapal tempur untuk wilayah pesisir atau perairan dangkal. Kapal ini disiagakan di Singapura sebagai bagian dari misi rotasional setiap 16 bulan di wilayah Asia-Pasifik.
Kapal penghancur USS Sampson juga untuk membantu pencarian. USS Sampson kini berada di wilayah perairan Singapura dan siap bergerak ke perairan Indonesia.(aws/mad)Kapal Anti-Submarine Rusia Merapat ke Lokasi Pencarian Petugas gabungan mengangkat peti jenazah korban dari RS Sultan Imanuddin untuk selanjutnya dibawa ke Surabaya menggunakan pesawat TNI AU dari Skuadron 5 Makassar di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Rabu, 31 Desember 2014. CNN Indonesia/Safir Makki
Koordinator Tim SAR Pangkalan Bun Sunarbowo Sandik mengatakan kapal anti submarine dari Rusia sedang dalam perjalanan ke lokasi pencarian korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Bantuan kapal Rusia itu diperlukan untuk membantu pencarian bawah laut.
"Nanti malam atau besok kapal anti-submarine Rusia masuk untuk deteksi bawah laut. Saat ini masih dalam perjalanan," kata Sunarbowo di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (31/12).
Pencarian bawah laut menjadi fokus tim gabungan untuk mengevakuasi sisa jenazah yang diduga masih terjebak di dalam pesawat. Percepatan evakuasi diperlukan lantaran jenazah dikhawatirkan hancur jika berada di air laut selama lebih dari enam hari.
Meski belum ditemukan lokasi pasti, pencarian badan pesawat menjadi prioritas untuk segera mengevakuasi korban yang terjebak di dalamnya. "Yang pasti asumsinya pintu darurat sudah terbuka karena sudah ditemukan," ujar Sunarbowo.
Upaya pencarian dengan cara penyelaman saat ini terkendala oleh buruknya cuaca. Amukan ombak di lokasi pencarian mencapai tiga meter. Kondisi tersebut menyulitkan tim penyelam untuk menyusuri lokasi pesawat yang belum pasti. "Bisa dibayangkan kalau terjun di ombak seperti itu namun harus menyelam dengan kedalaman 30 meter," kata Sunarbowo.(obs)Jepang Bantu Operasi Pencarian Pesawat QZ8501 Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yusuke Shindo, menjelaskan bantuan yang dikirimkan pemerintah Jepang untuk membantu operasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)
Pemerintah Jepang telah mengirimkan satu tim koordinasi untuk membahas bantuan dalam operasi pencarian dan penyelamatan AirAsia QZ8501 dengan Badan SAR Nasional Indonesia (Basarnas).
Tim koordinasi yang datang nanti malam adalah pejabat dari kementerian luar negeri, kementerian pertahanan dan Japan Internasional Cooperation Agency, atau JICA.
"Tim koordinasi telah dikirimkan hari ini, mungkin akan sampai nanti malam di Jakarta. Nanti akan ada briefing dengan Basarnas," ujar Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yusuke Shindo, di Jakarta, Rabu (31/12).
Menurut Shindo, sesuai dengan permintaan dari Basarnas, pemerintah Jepang telah mengirimkan dua kapal perusak Onami dan Takanami serta tiga helikopter.
Meskipun sudah mendapat ijin clerance dari pemerintah Indonesia, kedua kapal ini masih tertahan di Pelabuhan Klang Malaysia, karena situasi sudah operasi pencarian AirAsia QZ8501 sudah berubah.
"Awalnya prioritas utama Indonesia adalah untuk mencari hilangnya pesawat. Tetapi, karena mereka sudah menemukan lokasi hilangnya pesawat, jadi situasi ini sudah berubah dan kami mengubahnya untuk memutuskan mengirim bantuan baru pada hari ini," ujar Shindo.
"Jadi saat ini kedua kapal masih menunggu kepastian dari hasil briefing tim koordinasi dengan Basarnas," ujar Shindo melanjutkan.
Setidaknya sekitar 400 personil gabungan berada di dalam kedua kapal ini. Saat ini, kedua kapal sedang melakukan persiapan seperti pengisian bahan bakar dan pengumpulan bahan makanan, sambil menunggu hasil briefing.
Kapal Onami dan Takanami biasanya berlabuh di perairan Jepang dan seringkali terlibat dalam operasi penyelamatan bencana gempa, seperti di Fukushima, dan tsunami Jepang.
Diketahui, pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 bertolak dari Surabaya menuju
Singapura pada Ahad pagi (28/12). Sebanyak 155 penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16
anak-anak, dan satu orang bayi, terbang bersama pilot Kapten Irianto, Co-Pilot Remi Emanuel Plesel asal Perancis, empat awak kabin, serta seorang teknisi.
Dari jumlah itu, sebanyak 149 penumpang merupakan warga negara Indonesia, tiga Korea Selatan, dan tiga lainnya berasal dari Inggris, Malaysia, dan Singapura.
Pada pukul 06.17 WIB, pesawat tersebut hilang kontak dengan menara lalu lintas udara. Pencarian
segera dilakukan. Sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat telah membantu proses pencarian pesawat.
Sementara Inggris akan mengirimkan seorang penyidik dari Air Accident Investigation Branch, atau AAIB, untuk membantu mencari kotak hitam, atau blackbox pesawat AirAsia tersebut.
Tiongkok dan Korea Selatan juga akan membantu operasi pencarian pesawat dan evakuasi korban.
Hingga Rabu (31/12), tujuh jenazah telah dievakuasi dari perairan sekitar Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.(ama)
Basarnas dan tim gabungan dari negara-negara tetangga masih mengevakuasi korban jenazah pesawat AirAsia QZ8501. Semua terjun langsung ke lokasi pencarian meski harus menghadapi risiko cuaca buruk dan gelombang tinggi.
Memasuki hari keempat, kerja tim SAR gabungan fokus pada upaya evakuasi. Hal ini dilakukan setelah posisi kemungkinan jatuhnya pesawat berhasil dilokalisir.
Area evakuasi pun dibatasi hanya di koridor V, yakni perairan dekat Pangkalan Bun, Kalteng. Semua bekerja keras demi mengangkut jenazah kembali ke keluarga mereka.
Berikut infografis tentang lokasi pencarian hari ini dan armada yang dikerahkan:
Pesawat pengintai P-3 Orion dibuat oleh pabrikan Lockheed Martin asal Amerika Serikat. (Dok. Brazilian Air Force)
Sebelum tim pencari mengetahui lokasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501, sebuah pesawat pengintai bernama P-3 Orion milik Australia melaporkan melihat 'sesuatu' di perairan sekitar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
"Tadi pesawat Orion mendeteksi sesuatu tapi belum dipastikan sesuatu itu apa, sekarang pesawat kita dari utara bergeser ke lokasi (dideteksinya sesuatu)," kata Panglima Komando Operasi 1 Jakarta Marsda TNI, Dwi Putranto, kepada wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (29/12/2014).
Lokasi yang dilaporkan P-3 Orion itu sekitar 1,120 kilo meter dari lokasi terakhir terlacaknya pesawat AirAsia QZ8501.
Laporan 'sesuatu' dari P-3 Orion itu turut membantu mengumpulkan informasi tentang penemuan serpihan bagian pesawat AirAsia.
Keesokan harinya, Badan SAR Nasional mengumumkan telah menemukan serpihan dari bagian pesawat. Serpihan-serpihan ini ditemukan di 03.52,50 lintang Selatan dan 110.30,53 Bujur Timur, Koordinat kedua 03.52,73 Lintang Selatan dan 110.30,18 Bujur Timur, dan Koordinat ketiga 03.52,62 Lintang Selatan dan 110.29,39 Bujur Timur.
Pesawat P-3 Orion dibuat oleh pabrikan Lockheed Martin asal Amerika Serikat. Pesawat jenis ini melakukan penerbangan pertama kali pada November 1959. Ia dirancang sebagai pesawat patroli dan pengintai maritim hingga peperangan anti-kapal selam.
Kini, P-3 Orion dipakai oleh Angkatan Laut Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Brasil, dan Australia.
Pesawat ini mampu membawa rudal atau nuklir. Satu konfigurasi tambahan yang ada di bawah badan pesawat, mampu membawa senjata lain seperti bom atau peluru kendali.
P-3 Orion dilengkapi dengan detektor anomali magnetik (MAD) di bagian ekor. Alat ini mampu mendeteksi anomali magnetik kapal selam di medan magnet Bumi. Dengan bekal fitur ini, P-3 Orion bisa melacak lokasi kapal selam.
Menurut catatan, pesawat P-3 Orion juga sempat dikerahkan dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hingga kini belum diketahui keberadaannya.
Selain itu, pesawat jenis ini juga sering digunakan untuk mengintai sejumlah aksi pembajakan kapal laut, termasuk yang terjadi di Somalia pada kapal tangker minyak di Teluk Aden. Kala itu, P-3 Orion menjatuhkan bom asap.(adt)
Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di perairan Selat Karimata pada Minggu, 28 Desember 2014. (Antara/Joko Sulistyo)
Pakar aerodinamika Djoko Sardjadi mengatakan bahwa badan pesawat AirAsia QZ8501 tidak perlu diangkat jika telah diketahui kondisi dan lokasinya. Ia menyarankan tim fokus pada evakuasi korban dan mencari kotak hitam.
"Sebaiknya pesawat tidak perlu diangkat," ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (31/12) pagi. "Dahulukan dulu pengangkatan para korban yang tenggelam." Setelah itu, perlu juga melakukan identifikasi.
Jika badan pesawat telah ditemukan, tim penyelam disarankan perlu melakukan penelusuran untuk mendapatkan jasad dan objek lain yang penting, termasuk kotak hitam yang berada di bagian ekor pesawat.
Kotak hitam, menurut Djoko, punya peran penting guna mengetahui informasi yang terjadi di pesawat sebelum kecelakaan terjadi, termasuk ketinggian serta percakapan di dalam pesawat.
"Komponen ELT dan Pinger memang belum bisa terdeteksi. Tapi dengan upaya pencarian black box, itu sudah cukup sebagai penyedia informasi insiden ini," jelas Djoko yang juga Dosen di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB.
Saat ini, tim pencari yang dipimpin oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) masih melakukan pencarian lokasi badan pesawat dan korban yang diperkirakan berada pada kedalaman 25 sampai 30 meter.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian menjelaskan bahwa kondisi cuaca hari ini di lokasi evakuasi lebih buruk dibandingkan hari kemarin.
Arus di laut juga terbilang deras. Badan SAR Nasional mengatakan, arus di wilayah penemuan serpihan adalah antara 4 sampai 6 knot.
Edvin mengatakan arus sekuat ini bisa membahayakan penyelam yang melakukan evakuasi. Bahkan, arus bisa menggeser posisi pesawat.
"Karena keadaan lautnya dangkal, dan arusnya kencang, maka posisi pesawat bisa bergeser," ujar Edvin.
Arus itu bergerak dari Selat Karimata menuju Laut Jawa. Berdasarkan perkiraan BMKG, Edvin mengatakan saat ini kondisi ombak di lokasi evakuasi berada di ketinggian 2 sampai 3 meter dengan kondisi cuaca hujan. Di wilayah perairan Selat Karimata bagian utara dan selatan, arah angin berasal dari Barat Laut dengan kecepatan angin 5 sampai 15 knot.
Diketahui telah ada tiga benda dari AirAsia QZ8501 yang berhasil diamankan oleh tim evakuasi di bawah koordinasi Basarnas. Berdasarkan laporan yang diterima Basarnas Pusat, hingga Rabu (31/12) sore ini telah dievakuasi tujuh jasad.(adt)TNI AL Upayakan Penemuan dan Pengapungan Badan AirAsia Presiden Joko Widodo memantau proses penyisiran serpihan pesawat dan evakuasi jasad penumpang pesawat AirAsia QZ8501 dengan menggunakan pesawat Hercules A-1341 dari ketinggian 1.000 kaki dan jarak 100 mil dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa (30/12). ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya TNI Ade Supandi menyatakan pihaknya akan mengupayakan penemuan dan pengapungan badan pesawat AirAsia QZ8501.
"Tugas utama untuk recovery AirAsia ini adalah menemukan secara pasti badan pesawat dan proses pengapungan. Bagaimana caranya kita bisa menggunakan alat yang kita miliki," tutur Ade kepada pers beberapa saat setelah dilantik di Istana Negara, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (31/12).
Ade menjelaskan, dalam TNI AL terdapat dinas penyelaman yang sudah berpengalaman mengapungkan kapal-kapal yang kandas. "Dengan tonase AirAsia yang sekitar 95 ton mudah-mudahan bisa kita lakukan," kata dia.
Jika nantinya tidak mampu mengapungkan, menurut Ade, maka pihaknya akan meminta bantuan dari negara lain yang memiliki fasilitas yang lebih baik. "Tapi asumsi saya masih bisa kita lakukan," ucap dia optimistis.
Tak hanya itu, Ade menyampaikan, TNI AL bersama Badan SAR Nasional (Basarnas) tidak akan berhenti bekerja sampai semuanya ditemukan. "SAR tidak boleh dihentikan sampai selesai. Kita monitor unsur-unsur TNI AL dalam operasi SAR," ucap dia.
Selaku Kasal, lanjut Ade, ia meyakinkan akan tetap melanjutkan tugas tersebut karena sudah menjadi bagian dari tugas kemanusiaan. Lebih lanjut, Ade menerangkan, saat ini beberapa unsur TNI AL telah berada di lapangan.
"Beberapa KRI (Kapal Republik Indonesia) juga sudah melaksanakan recovery. Kan sudah ada beberapa jenazah yang ditemukan. Beberapa serpihan sudah dikumpulkan di Pangkalan Bun untuk dijadikan dasar pencarian berikutnya," ujar dia.(obs)