Sabtu, 03 Januari 2015

Evakuasi AirAsia dan Ganasnya Ombak Karimata

Tim SAR gabungan telah bekerja efektif. Tapi proses evakuasi penumpang dan pencarian badan pesawat AirAsia terkendala cuaca buruk dan ombak.

Selat Karimata - Hari mulai gelap, proses evakuasi korban dan pencarian bangkai pesawat AirAsia QZ5801 pun dihentikan sementara di perairan Laut Jawa bagian utara dan Selat Karimata. Pencarian dilanjutkan malam hari jika cuaca mendukung.

Seiring dengan itu, kumandang azan terdengar melalui alat pengeras suara kapal perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh. Para prajurit TNI Angkatan Laut yang sebelumnya berkumpul di geladak heli bersama Panglima Komando Armada Barat (Koarmabar) Laksamana Muda TNI Widodo dan sejumlah awak media pun segera bersiap-siap dan mengambil wudhu.

Komandan KRI Banda Aceh 593 Letkol Laut (P) Arief Budiman mengajak para prajurit dan awak media melaksanakan jamaah shalat magrib, yang akan dilanjutkan zikir, membaca surat Yasin dan doa bersama.

"Mari teman-teman salat berjamaah dan yasinan, bukan karena ada Panglima Koarmabar, ini memang rutin dilakukan setiap malam Jumat kalau sedang berlayar," ajak Arief di KRI Banda Aceh di perairan Teluk Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis 1 Januari 2015.

Sore itu KRI Banda Aceh yang mengomando belasan kapal pencari korban AirAsia, memang tengah kedatangan Panglima Koarmabar. Kedatangan dia dalam rangka memantau langsung kondisi lokasi pencarian dan para prajurit yang bertugas dalam misi pencarian penumpang dan bangkai pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC tersebut.

 Cuaca Buruk dan Ombak Ganas 

Cuaca buruk memang membayangi hari ke-5 proses evakuasi penumpang pesawat AirAsia yang hilang kontak dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu pagi, 28 Desember 2014.

Namun tim gabungan Search and Rescue (SAR) di bawah koordinasi Badan SAR Nasional (Basarnas) terus mengevakuasi jasad penumpang AirAsia QZ8501. Dalam proses evakuasi itu, tim mengalami hambatan karena gelombang laut yang tinggi atau ombak ganas.

"Kesulitannya adalah kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Gelombang di daerah operasi antara 3-4 meter," kata Ketua Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis 1 Januari 2015.

Soelistyo menuturkan, kondisi cuaca tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Meski begitu, kondisi ini tak membuat nyali timnya menjadi ciut dalam melakukan operasi evakuasi penumpang QZ8501 tersebut.

"Saya dan seluruh tim masih akan berhadapan dengan cuaca seperti ini setidaknya sampai tanggal 4 Januari," ujar Soelistyo.

Dia menggambarkan proses evakuasi jenazah dari KRI Yos Sudarso. Saat itu kondisi cuaca dalam kondisi yang tidak bersabahat. Sehingga helikopter tidak dapat mendarat di geladak kapal tersebut.

"Mengapa 1 jenazah saja diambil, itu pun tidak dapat mendarat di kapal (Yos Sudarso) itu, sehingga jenazah itu harus dibawa dengan tali bersama rescuer kita. Akhirnya heli tidak bisa kembali ke kapal," jelas Soelistyo.

Memasuki hari ke-5 operasi, tim gabungan SAR menemukan dan mengevakuasi total sementara ini 9 jasad penumpang pesawat AirAsia QZ8501. 7 Jasad sudah berada di Surabaya, Jawa Timur, 1 jenazah atas nama Hayati Lutfiah Hamid telah dimakamkan pihak keluarga sedangkan 1 jasad lagi hingga kini masih di KRI Yos Sudarso.

Selain temuan jasad penumpang, tim SAR gabungan sejak Rabu 31 Desember 2014 juga berhasil mendapat sejumlah benda dan serpihan bagian dari pesawat AirAsia QZ8501. Baik benda, serpihan, maupun jasad itu ditemukan mengapung di Sektor V pencarian, tepatnya di perairan bagian utara Laut Jawa dekat Selat Karimata atau tidak jauh dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

 Identifikasi Korban 

Seiring dengan itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur terus mengumpulkan data antemortem dari pihak keluarga korban hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 guna proses identifikasi jenazah.

Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Awi Sutiyono mengatakan, hingga kini pihaknya telah mengantongi sebanyak 161 data antemortem dari pihak keluarga.

"Data antemortem 161 yang sudah dikumpulkan, kurang 1 Rami Emmanuel Plesel (kopilot AirAsia QZ8501)," kata Awi saat memberikan keterangan pers di Posko Antemortem, Polda Jawa Timur, Kamis 1 Januari 2015.

Selain telah mengumpulkan 161 data antemortem, sambungnya, Tim DVI Polda Jatim juga telah mengantongi sedikitnya 107 data asam deoksiribonukleat (DNA) dari pihak keluarga. "DNA sudah 107, masih kurang 55," tambah dia.

Dengan masih belum lengkapnya data antemortem dan DNA dari pihak keluarga, Awi mengimbau pihak yang berkepentingan untuk segera melengkapi. "Kami minta untuk segera," tutup dia.

Identifikasi jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 masih terus dilakukan Tim DVI Polda Jawa Timur. Termasuk identifikasi terhadap 2 jenazah yang pada Kamis 1 Januari 2015 malam tiba di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Timur Kombes Pol Budiyono mengatakan, pihaknya langsung 'tancap gas' mengidentifikasi 2 jenazah bernomor 007 dan 008 itu. Namun, baru diketahui jenis kelamin dari 2 jasad tersebut.

Sebelumnya, Tim DVI Polda Jawa Timur telah berhasil menyelesaikan identifikasi terhadap 1 jenazah yang diketahui identitasnya bernama Hayati Lutfiah Hamid. Hayati sudah diserahkan ke pihak keluarga dan langsung dimakamkan pada Kamis malam. Sementara di RS Bhayangkara Tim DVI masih terus melakukan identifikasi terhadap 7 jenazah lainnya.

 Area Pencarian 

Seperti halnya proses identifikasi jasad korban yang telah ditemukan, pencarian badan pesawat, penumpang, dan black box (kotak hitam) AirAsia QZ8501 terus dilakukan. Bahkan, menurut Deputi Operasi Basarnas Mayjen TNI Tatang Zainudin, dilakukan penambahan baik armada hingga personel.

"Ada penambahan. Tambah pesawat Korea yang dilengkapi kamera," ungkap Tatang dalam konferensi pers di Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas), Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, Kamis 1 Januari 2015.

Selain itu, menurut dia ada pula penambahan 11 kapal dari Perhubungan Laut. Sebab, tim pencari hari ini memperluas area pencarian. Kapal-kapal bantuan dari sejumlah negara dikatakan Tatang juga sudah mendekat. Termasuk kapal Amerika Serikat. Basarnas sendiri sudah melakukan komunikasi dengan kapal bantuan tersebut. Armada tambahan itu nanti akan segera dioperasionalkan di lokasi kemungkinan badan pesawat berada.

"Strateginya jelas, area kita perluas. Kita menyisir dari udara dari laut. Mudah-mudahan dari penyisiran itu bisa temukan lebih banyak hari ini. Saya harus kendalikan kapal-kapal dari negara asing. Ini berhitung dengan waktu," ucap Tatang.

Adapun jumlah total armada baik laut maupun udara yang diturunkan untuk mencari kepingan ataupun penumpang AirAsia, yakni dari dalam negeri sendiri ada 17 helikopter, 10 pesawat, dan 57 kapal. Kemudian, bantuan armada dari luar negeri, 2 helikopter Singapura, 2 pesawat Singapura, 1 pesawat Malaysia, 5 kapal Singapura, 2 kapal Malaysia, 1 pesawat Korea, dan 1 pesawat Amerika.

Bantuan juga datang dari Jepang. Sebanyak 370 personel gabungan angkatan laut, angkatan udara, dan angkatan darat dari Japan Army akan berangkat ke lokasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501. Ratusan personel itu sebagian besar menumpang 2 kapal berjenis destroyer yang saat ini masih berada di Pelabuhan Klang, Malaysia.

"Sekitar 370 personel. Mereka biasanya bertugas melawan pembajak di Somalia. Dan Jepang memutuskan sekarang mereka ditugaskan untuk menjalankan misi (pencarian) ini," ungkap Joint Staff Office Japan Army, Kolonel Yoshiura, di Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas), Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, Kamis 1 Januari 2015.

Ia menyebutkan, para personel militer Jepang itu menjalankan misi SAR. Namun baru akan berlabuh dari Pelabuhan Klang pada Jumat besok dan diperkirakan baru sampai di Surabaya pada Sabtu malam 3 Januari 2015.

Kedua kapal tersebut juga sudah beberapa kali diterjunkan untuk membantu bencana, seperti tsunami Jepang serta gempa bumi Fukushima. Selain itu, ada pula 3 helikopter yang juga nantinya membantu proses pencarian.

 Lacak Bangkai Pesawat 

Bangkai pesawat AirAsia QZ8501 hingga kini masih belum ditemukan. Diduga pesawat itu terjatuh dan tenggelam di perairan Selat Karimata.

Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Toss Sanitiyoso mengatakan, pihaknya masih kesulitan mendeteksi keberadaan bangkai pesawat lantaran kedalaman laut di lokasi jatuhnya pesawat yang terbilang dangkal. Menurutnya, kondisi itu menyulitkan alat pendeteksi mencari sinyal dari tubuh pesawat yang diduga berada di dasar laut.

"Menurut teori, air dalam lebih mudah didengar daripada laut dangkal. Kenapa? Karena kalau laut dangkal itu noise-nya lebih banyak," kata Toss di Posko Crisis Center, Mapolda Jawa Timur, Kamis 1 Januari 2015.

Toss berharap seluruh bagian pesawat dapat ditemukan dalam waktu sebulan setelah dinyatakan hilang. Apalagi, beberapa bagian pesawat sudah bisa ditemukan. "Ya, mudah-mudahan tetap diusahakan kalau memungkinkan kondisi cuaca (bagus) dan ketinggian (gelombang) bisa normal, kami harap dalam waktu sebulan bisa ditemukan dan diangkat."

Dari seluruh tubuh pesawat, imbuh dia, yang terpenting ditemukan adalah kotak hitam (black box), cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder. "Black box itu dilengkapi dengan finger, sama fungsinya dengan ELT. Kalau ELT di darat, memancarkan sinyal. Kalau ini (finger black box) memakai sinyal juga, tapi frekuensi berbeda, lalu durasinya lebih lama. Kalau di dalam air, harus dekat sekali."

 Bantuan Alat Deteksi dari Singapura 

Sementara itu Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo mengatakan, tim gabungan SAR akan mendapat bantuan peralatan deteksi objek bawah air dari Singapura. Alat-alat itu akan dikirim untuk pelaksanaan operasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501.

"Untuk besok (Jumat 2 Desember 2015) kita akan mendapatkan bantuan alat-alat dari Singapura untuk mendeteksi objek di bawah air. Jadi besok kita akan lakukan kemampuan alat-alat deteksi bawah air," kata Soelistyo dalam jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis 1 Januari 2015.

Soelistyo menambahkan, pihaknya Jumat 2 Januari 2015 akan mengirim kapal tanker berisi bahan bakar minyak (BBM) ke daerah operasi evakuasi korban musibah pesawat AirAsia QZ8501. Tanker itu merupakan bantuan dari Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Tak cuma itu, menurut Kepala Basarnas, pihak TNI Angkatan Laut juga sudah diinstruksikan memberangkatkan kapal tanker miliknya ke daerah operasi. Tanker milik TNI AL yang dimaksud, yakni KRI Sorong.

Berbagai upaya memang terus dilakukan untuk mengevakuasi jasad penumpang maupun mencari badan pesawat AirAsia QZ8501. Pada awal evakuasi, sempat beredar kabar yang menyebut terlihat bayangan mirip dengan badan pesawat. Tapi sampai saat ini peralatan dan teknologi yang dipakai belum dapat menemukan posisi pasti badan pesawat.

SAR Mission Coordinator Pangkalan Bun Marsekal Muda Sunarbowo menjelaskan, untuk mempercepat pencarian badan pesawat, KRI Bung Tomo akan diarahkan ke titik yang disebut ada bayangan pesawat.

"KRI Bung Tomo sedang menuju bayangan (pesawat AirAsia) itu kita tunggu besok," kata Sunarbowo di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis 1 Januari 2015.

KRI Bung Tomo juga akan dibantu dengan armada lainnya untuk mencari badan pesawat termasuk black box atau kotak hitam dan perangkat Emergency Locator Transmitter (ELT) yang sampai saat ini belum ditemukan. Termasuk sonar bantuan dari Singapura dan BPPT serta yang berada di kapal.

"Kita gunakan sonar yang bergerak bersama. Satuan gugus KRI Banda Aceh, kemudian RSS Swift, USS Simpson bergerak paralel saling berdekatan. Dalam satu atau dua hari dengan alat yang mulai digelar kita berharap bahwa badan utuh (pesawat AirAsia QZ8501) dapat ditemukan," jelas dia.

Penemuan serpihan pesawat juga menjadi petunjuk bagi tim Search and Rescue (SAR) gabungan untuk melakukan pencarian. Sunarbowo juga memperkirakan posisi pesawat bisa bergeser hingga 24 nautical mile (mil laut) dari posisi jatuhnya pesawat.

"Untuk itu, unsur laut terus bergerak. Setiap hari kami berikan pattern (pola) pencarian hingga ratusan kilometer. Kendala banyak padahal peralatan canggih. Bukan tidak mampu, tapi tingkat kesulitan besar sekali," ungkap dia.

Sunarbowo memastikan, proses pencarian masih terus dilakukan hingga pesawat AirAsia ditemukan. Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga menyatakan evakuasi tidak akan menentukan batas waktu.

Ia menambahkan, belajar dari peristiwa AdamAir, black box baru bisa ditemukan pada bulan ke-4 dengan kedalaman 2.000 meter. Bila melihat AirAsia yang kedalaman hanya 30 meter seharusnya dapat lebih mudah ditemukan.

"Mudah-mudahan karena ini masih berproses. Kita berharap dua tiga hari ke depan (AirAsia QZ8501) bisa ditemukan," tandas Sunarbowo.

 Strategi Pasukan Katak 

Tak hanya mengandalkan peralatan dan teknologi canggih, pencarian jasad korban dan bangkai pesawat AirAsia juga dilakukan dengan cara penyelaman. Untuk itu Komando Pasukan Katak (Kopaska) akan menyisir di dalam lautan demi mencari pesawat AirAsia QZ8501 yang diduga jatuh di perairan Selat Karimata.

Menurut salah satu pimpinan Kopaska yang berada di Kapal KN 101 Purworejo, Letda Laut Edi Abdillah, mereka akan menyelam 25 sampai 30 meter bahkan bisa mencapai 40 meter setelah pindah ke KRI Banda Aceh.

"Saya membawa 14 orang di mana kita akan membagi menjadi dua tim. Diprediksi setelah sampai di KRI Banda Aceh kita bisa melakukan penyelaman sekitar 25 meter sampai 40 meter," ujar Letda Edi di Kapal KN 101 Purworejo, Kamis 1 Januari 2015 malam.

Ia pun menjelaskan ada 2 strategi dalam melakukan penyelaman, yaitu dengan dengan circle ataupun penyapuan. "Bedanya jika circle itu kita berenang dengan menandai bentuk lingkaran, sedangkan penyapuan kita akan berenang sesuai dengan titik koordinat jadi memang tidak asal," papar Edi.

Yang menarik mereka melakukan strategi tersebut dan penyelaman menggunakan seutas tali. Menurut dia, tali bukan hanya sebagai penanda titik koordinasi dalam melakukan penyelaman, tapi juga sebagai alat bantu komunikasi.

 Basarnas Dipuji 

Sejauh ini efektivitas tim gabungan SAR di bawah koordinasi Basarnas selama mencari dan mengevakuasi korban musibah pesawat milik maskapai swasta yang berbasis di Malaysia itu menuai pujian dari kalangan dalam negeri maupun luar negeri.

Pada Selasa 30 Desember 2014, tim Basarnas berhasil menemukan serpihan pesawat AirAsia QZ8501, setelah kapal terbang 2 hari hilang kontak. Pengamat asing memuji gerak cepat Basarnas dalam proses pencarian. Tim pencari dan penyelamat nasional itu pun dinyatakan sebagai yang terbaik se-Asia.

"Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi bencana. Mereka sangat andal dalam investigasi kecelakaan," kata Greg Waldron selaku pengamat dan ahli penerbangan internasional, seperti dimuat Wall Street Journal, Rabu 31 Desember 2014.

 Berharap Cuaca Bersahabat 

Kendati demikian, proses evakuasi dan pencarian penumpang maupun badan pesawat termasuk kotak hitam AirAsia selanjutnya sangat tergantung dengan kondisi cuaca di area operasi sekitar Selat Karimata.

"Kesulitannya adalah kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Gelombang di daerah operasi antara 3-4 meter," kata Ketua Basarnas Marsda FH Bambang Soelistyo saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis 1 Januari 2015.

Soelistyo menuturkan, kondisi cuaca tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Meski begitu, kondisi ini tak membuat nyali timnya menjadi ciut dalam melakukan operasi evakuasi penumpang QZ8501 tersebut.

Optimitis tersebut tentu saja membanggakan, terutama di tengah penantian keluarga korban musibah pesawat AirAsia yang mengangkut 155 orang dan 7 awak tersebut.


  Liputan 6  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.