Jumat, 09 Januari 2015

Skenario Pengangkatan Ekor Air Asia

Foto bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 di dalam perairan Laut Jawa ditampilkan oleh BASARNAS, 7 Januari 2015. Lokasi penemuan berada di titik koordinat 3 derajat 38' 39'' Lintang Selatan dan 109 derajat 43' 45'' Bujur Timur, sekitar 127 kilometer dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan 188 kilometer dari Pulau Belitung. AP/BASARNAS

Tim pencari dan penyelamat (SAR) gabungan rencananya mengangkat ekor pesawat Air Asia QZ8501 pada Jumat besok, 9 Januari 2015. Proses pengangkatan ini dapat dikatakan rumit.Tim menggunakan tujuh lifting bags atau balon pengangkat untuk mengangkut ekor pesawat seberat 70 ton. ”Kami memakai lifting bags dengan prinsip kompressor yang ditiupkan dari atas kapal,” kata Ketua Tim Penyelam TNI Angkatan Laut Kapten Saiful Aprianto di Lapangan Udara Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis, 8 Januari 2015.

Tim akan membawa tujuh lifting bags, yaitu dua balon berkapasitas angkut 5 ton, tiga balon berkapasitas 10 ton, dan dua balon kapasitas 35 ton. Tim dinas penyelamat armatim TNI Angkatan laut membawa alat tersebut dari Bandara Juanda Surabaya ke Lapangan Iskandar Pangkalan Bun dengan pesawat Uniform -617.

Rencananya, ketujuh balon pengangkat itu akan diikat pada ujung-ujung ekor pesawat yang terletak di kedalaman 30 meter di Laut Karimata. Sebanyak 15 penyelam terlatih akan mengikat tali tersebut dan memastikan posisi pengangkatan seimbang.

Setelah itu, tim di atas kapal meniupkan gas lewat kompressor agar lifting bags mengembang dan mampu mengangkat ekor hingga ke permukaan laut. Tim juga menggunakan crane atau taling pengerek untuk memindahkan puing ekor pesawat dari permukaan laut ke atas kapal. ”Lebih aman diangkat dulu dengan lifting bags ke permukaan, lalu diangkat lagi pakai crane ke atas kapal,” kata Saiful.

Skenario lain, puing ekor pesawat akan dibiarkan berada di dalam air dan tetap digantung pada balon. Menurut Saiful, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyarankan agar black box atau kotak hitam di ekor pesawat tersebut sebaiknya berada di dalam air. ”Jadi ada kemungkinan tetap digantung dulu,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Manahan Simorangkir di Pangkalan Bun, Kamis sore tadi.

TNI Angkatan Laut memastikan penggunaan balon pengangkat lebih aman dibanding hanya menggunakan crane di atas kapal pontoon atau tongkang. Soalnya, daya angkut crane dipastikan harus lebih besar ketimbang beban ekor pesawat. Menurut dia, beban ekor pesawat memiliki berat tambahan karena air dan arus bawah laut. ”Jadi lebih baik pakai balon,” kata Letnan Kolonel AL Ashari Alamsyah pada kesempatan yang sama.

Tim penyelam dipastikan bekerja cepat. Rencananya, tim berangkat dari Pangkalan Bun pada pukul 05.30 WIB dengan menggunakan helikopter Basarnas dan TNI AL. Awak kapal KRI Banda Aceh menjadi pengawas dan operator pengangkatan ekor. "Dengan kedalaman laut 30 meter, kami bekerja 20-30 menit karena tak ada chamber sehingga memakai prosedur tabel,” kata Saiful.
Balon Udara Disiapkan Untuk Angkat AirAsia
Sejumlah kru udara mengangkat balon berukuran besar milik Dinas Selam Bawah Air (Dislambair) TNI AL ke dalam pesawat Casa NC212 Skuadron Udara 600 Wing Udara I Puspenerbal di Base Ops Lanudal Juanda, Kamis 8 Januari 2015. Balon tersebut akan digunakan untuk mengevakuasi ekor dan body pesawat AirAsia QZ8501. ANTARA/Eric Ireng
Sejumlah penyelam dari Dinas Selam Bawah Air (Dislambair) TNI AL, mengangkat balon berukuran besar untuk ditimbang beratnya sebelum dimasukkan ke pesawat Casa NC212 Skuadron Udara 600 Wing Udara I Puspenerbal di Base Ops Lanudal Juanda, Kamis 8 Januari 2015. Balon tersebut berguna untuk mengangkat ekor pesawat AirAsia dari dalam air. ANTARA/Eric Ireng
Seorang kru udara pesawat Casa NC212 Skuadron Udara 600 Wing Udara I Puspenerbal, menata sejumlah peralatan selam dan sejumlah balon berukuran besar di dalam pesawat di Base Ops Lanudal Juanda, Kamis 8 Januari 2015. ANTARA/Eric Ireng.
Sejumlah penyelam dari Dinas Selam Bawah Air (Dislambair) TNI AL, memeriksa balon berukuran besar yang akan dimasukkan ke pesawat Casa NC212 Skuadron Udara 600 Wing Udara I Puspenerbal di Base Ops Lanudal Juanda, Kamis 8 Januari 2015. ANTARA/Eric Ireng
Sejumlah penyelam TNI AL bergotong royong mengangkat balon udara atau biasa disebut floating bag kedalam truk. Balon ini rencananya akan dipergunakan untuk mengangkat ekor pesawat AirAsia dari dalam air, 8 Januari 2015. ANTARA/Eric Ireng
Sejumlah penyelam dari Dinas Selam Bawah Air (Dislambair) TNI AL, menurunkan lifting bag yang berfungsi sebagai balon dari pesawat Casa NC212 Skuadron Udara 600 Wing Udara I Puspenerbal sesaat setelah landing di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis 8 Januari 2015. ANTARA/Eric Ireng
Balon buat Ekor Air Asia Pernah Angkat Tank 15 Ton Petugas Basarnas membersihkan Helikopter jenis Douphin di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 8 Januari 2015. Helikopter tersebut digunakan oleh Basarnas untuk melakukan proses evakuasi korban jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Lifting bag alias balon untuk mengangkat ekor pesawat Air Asia QZ8501 telah tiba di Lapangan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Selain balon, peralatan pendukung lain juga sudah tiba.

Peralatan pendukung itu seperti selang pengisi balon, sabuk panjang, tali tambang besar, serta bola plastik bernomor. Alat-alat itu punya sejarah mengangkat tank. "Kami pernah menaikkan tank 15 ton yang tenggelam dengan alat ini," kata Kepala Tim Penyelam Kapten Syaiful, Kamis, 8 Januari 2015.

Syaiful memprediksi berat ekor pesawat Air Asia hanya 70 ton. "Peralatan barat ini sudah cukup karena total kekuatan alat-alat ini 110 ton," ujarnya. Jumlah balon ada enam, tiga berkekuatan 10 ton, dua berkekuatan 35 ton, dan sisanya berkekuatan 5 ton.

"Besok, alat-alat ini akan diterbangkan ke kapal," kata Syaiful. Balon-balon itu nantinya bakal dibawa dan diikat pada ekor pesawat oleh penyelam, lalu diisi angin sehingga kumpulan udara di dalam balon akan mengangkat ekor pesawat.

Supaya ekor pesawat yang sudah terangkat dari dasar laut tidak terbawa arus yang diperkirakan mencapai 5 knot, maka sejak awal ekor sudah dikunci tali sling baja yang menyambung dengan KRI Banda Aceh yang berada di atasnya.

Pesawat Air Asia QZ8501 putus komunikasi dengan menara pengawas lalu lintas udara sejak 28 Desember 2014. Rabu, 8 Januari 2015, tim penyelam TNI AL menemukan ekor pesawat. Hingga Kamis malam, baru 44 jasad yang ditemukan dari 162 penumpang dan awak dalam pesawat itu.

  ♆
Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.