Jumat, 27 Februari 2015

[World] "Drone" Tengah Malam di Paris

♙ Kemunculan "Drone" Tengah Malam di Paris Semakin Misterius http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1422300976.jpgDrone quadcopter. (gadgetsdeal)

Sejumlah drone kembali muncul di langit Prancis untuk malam kedua dan polisi masih belum menemukan titik terang siapa pelakunya. Rabu (25/2) malam hingga dini hari waktu setempat, sekitar pukul 23.00 hingga 02.00, polisi mengidentifikasi tiga drone melayang di atas museum militer Inalides. Drone lainnya juga tampak di Place de la Concorde dan dua di gerbang masuk Paris.

Sedangkan malam sebelumnya sedikitnya lima drone terbang rendah di atas sejumlah fasilitas penting seperti menara Eiffel, Monumen Bastille, Alun-alun Place de la Concorde, Les Invalides, dan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS).

Untuk sementara penyidik hanya bisa mengidentifikasi drone tersebut menggunakan kamera film. Sebuah tim beranggotakan 10 pakar akan mempelajari film itu.

Penyidik menyatakan khawatir dengan kemunculan drone tersebut terkait dengan dua aksi teror sebelumnya di Paris yang menewaskan 17 orang.

Lebih lanjut penyidik menyatakan drone bisa dibeli dengan harga yang murah dan mudah didapatkan. Namun untuk mengoperasikannya perlu mentaati aturan. Disebutkan drone atau pesawat dilarang terbang di bawah ketinggian 6.000 meter di atas Paris. Pesawat yang terbang di bawah ketinggian tersebut memerlukan izin termasuk untuk helikopter polisi dan ambulans.
Terbangkan "Drone" di Paris, 3 Jurnalis Al Jazeera Ditangkap http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1403063486.jpgTentara Prancis berjaga di dekat Menara Eiffel untuk melawan aksi terorisme. (NY Times)

Tiga jurnalis Al Jazeera ditangkap, Rabu (25/2), karena diduga menerbangkan pesawat tanpa awak (drone) secara ilegal saat polisi masih memburu operator pesawat tanpa awak yang melintasi sejumlah lokasi penting dan bersejarah di ibu kota Prancis.

Al Jazeera mengatakan dalam kicauannya di Twitter bahwa jurnalisnya sedang membuat film mengenai laporan soal kemisteriusan drone tersebut.

Tiga jurnalis itu akhirnya ditangkap Rabu sore setelah sebuah pesawat tanpa awak diketahui melintasi taman hutan Bois de Boulogne di barat Paris.

Mengoperasikan mesin tanpa lisensi di Paris adalah ilegal dan terancam hukuman maksimum satu tahun penjara dan denda senilai US$ 85.000, menurut kantor berita the Associated Press.

Namun, tidak ada hubungan antara penangkapan ini dan pesawat tanpa awak yang telah dua malam berturut-turut melintasi langit Paris.

Insiden drone yang tiba-tiba melintas memicu kebingungan dan keprihatinan karena negara itu sedang memperketat keamanan setelah terjadi serangan teroris bulan lalu.

Lima pesawat tanpa awak dilaporkan melintasi Place de la Concorde, Les Invalides dan Menara Eiffel antara Selasa (24/2) pukul 11 malam dan Rabu pukul 2 pagi.

Polisi berusaha mengusut siapa yang mengoperasikan pesawat tanpa awak itu walau hingga kini belum ada petunjuk yang mengarah pada aksi yang membahayakan.

Puluhan penyelidik dikerahkan untuk menuntaskan kasus ini, kata Kepolisian Daerah setempat dalam pernyataannya.

Christophe Naudin, kriminolog yang mendalami keamanan udara, mengatakan pesawat tanpa awak yang melintasi langit Paris pada Senin malam hingga Selasa malam bukanlah mainan dan harganya mencapai ribuan dolar.

Namun, Naudin mengatakan keberadaan drone tersebut bukanlah ancaman keamanan.

"Hal terburuk yang bisa terjadi adalah pesawat tanpa awak itu jatuh ke kepala seseorang," ujarnya.

"Jika mesin itu mati, drone akan jatuh, dan lumayan berat."

Pesawat tanpa awak yang terlihat terbang pada Rabu pagi bukanlah tipe drone yang canggih, kata Naudin, sehingga mungkin itu adalah pekerjaan orang yang bermain-main di tengah situasi kebingungan banyak orang atas misteriusnya pesawat tanpa awak yang melintas pada malam sebelumnya.

Sebagian besar warga Paris masih belum tenang setelah lebih dari sebulan diguncang oleh serangan teroris yang menewaskan 17 orang, termasuk 12 orang yang bekerja di tabloid Charlie Hebdo.

Ribuan personel keamanan dikerahkan di seluruh negeri karena pemerintah memperketat keamanan melawan ekstremisme dan aksi kebencian.

Pihak berwenang juga berusaha menggagalkan aksi warga Paris yang berencana bertarung bersama kelompok radikal di Irak dan Suriah.

  ♙ Berita Satu  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.