Jumat, 20 Maret 2015

Produsen Alutsista Swedia Desak Transparansi Tender Jet Tempur

Sukhoi Indonesia

S
aab AB, produsen alat utama sistem persenjataan (alutsista) asal Swedia, mendesak pemerintah Indonesia menggelar pengadaan pesawat tempur secara transparan. Dengan begitu, jet tempur Gripen buatan Saab bisa bersaing secara terbuka dengan produk lainnya untuk menggantikan F-5 Tiger yang tak layak lagi untuk terbang.

Kepala Kantor Perwakilan Saab di Indonesia, Peter Carlqvist, mengatakan hingga saat ini Saab belum menyodorkan proposal resmi penjualan Gripen. "Kami belum mengajukan, karena kami juga belum mengetahui persis kemauan Indonesia," kata Kepala Kantor Perwakilan Saab di Indonesia, Peter Carlqvist, akhir pekan lalu di Stockholm, Swedia.

Meski demikian, Peter mengaku telah bertemu dengan Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Udara untuk menjajaki rencana penjualan Gripen. Yang bikin bingung, kata dia, "Mereka tidak pernah bicara ingin membeli pesawat tempur, tapi selalu bilang ingin membeli Sukhoi."

Magnus Hagman, Direktur Penjualan Airborne System Saab untuk wilayah Asia-Pasifik, mengatakan perusahaannya berbeda dengan produsen jet tempur lainnya. Saab tak hanya ingin menjual Gripen yang diklaimnya paling efisien, tapi juga ingin bersama Indonesia mengembangkan sistem pertahanan secara mandiri lewat alih teknologi. "Bertahun-tahun kami telah membuktikannya dengan Afrika Selatan, Thailand, dan Brasil," kata dia.

Sejak akhir 2013, pemerintah berencana mengganti F-5 Tiger yang uzur. Awal tahun lalu, TNI Angkatan Udara juga telah merekomendasikan beberapa opsi pesawat pengganti. Gripen akan bersaing dengan Sukhoi SU-35 buatan Rusia dan F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika Serikat.

Meski tender belum dimulai, TNI berulang kali mengindikasikan bahwa mereka cenderung memilih Sukhoi ketimbang lainnya. Akhir pekan lalu, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengungkapkan soal adanya kesepakatan antara Markas Besar TNI dan Angkatan Udara untuk memilih SU-35.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal M. Fuad Basya, membenarkan soal kesepakatan tersebut. "Kami ajukan ke Kementerian Pertahanan, dalam proses," katanya.

Kepada Tempo, beberapa pejabat Mabes TNI dan TNI Angkatan Udara mengatakan Sukhoi SU-35 dipilih lantaran mampu bermanuver dengan baik dan berdaya jelajah tinggi. Selain itu, pengalaman membuktikan Rusia minim syarat politik ketika menjual persenjataan, misalnya embargo seperti yang dilakukan Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

  ★ Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.