Minggu, 29 Maret 2015

[World] Koalisi Arab Terus Gempur Syiah Huthi di Yaman

Koalisi Arab memperluas serangan udara ke posisi pemberontak Syiah Huthi di Yaman. Iran peringatkan konflik sektarian itu bisa membakar seluruh Timur Tengah. http://www.dw.de/image/0,,18342360_303,00.jpg Arab Saudi yang didukung 10 negara mitra koalisinya memperluas serangan udara ke posisi pemberontak Syiah Huthi di Yaman. Riyadh menyatakan akan melancarkan segala opsi untuk mencegah tumbangnya pemerintahan di bawah presiden Abedrabbo Mansour Hadi.

Hadi tiba di Riyadh Kamis (26/3), yang disebutkan hanya transit saat menuju ke Mesir untuk menghadiri KTT Liga Arab. Pemberontak Huthi yang beraliran Syiah berhasil merebut ibukota Sanaa dan memaksa presiden Mansour Hadi yang Sunni mengungsi ke Aden. Diduga seiring gerak maju Huthi ke selatan Yaman, Hadi kini terpaksa menyingkir ke Arab Saudi.

Sambil memaki Iran sebagai agresor yang melintasi perbatasan negara, angkatan udara koalisi Arab Saudi membom kawasan kota Sanaa, serta kubu pemberontak di provinsi Amran di utara dan depot logistiknya di Saadi di selatan. Laporan saksi mata menyebut sedikitnya 39 warga sipil tewas akibat serangan udara dinihari Jumat (27/3).
Konflik dicemaskan meluas http://www.dw.de/image/0,,18342646_303,00.jpg Iran yang dituding mendukung pemberontak Huthi di Yaman bereaksi membalas kecaman Arab Saudi. Jurubicara kementrian luar negeri di Iran, Marsieh Afcham menyebut intervensi militer Saudi itu sebagai langkah berbahaya yang melanggar hukum internasional. Teheran juga memperingatkan, konflik sektarian di Yaman setelah diintervensi justru bisa meluas ke seluruh kawasan Timur Tengah.

Untuk operasi militer di Yaman, Arab Saudi dilaporkan mengerahkan 100 jet tempurnya. Didukung 30 jet tempur Uni Emirat Arab, masing-masing 15 dari Kuwait dan Qatar serta 12 jet tempur dari Bahrain. Selain itu Arab Saudi juga memobilisasi 150.000 serdadunya ke perbatasan dengan Yaman. Mesir sudah mengisyaratkan siap berkontribusi untuk mendukung serangan darat koalisi Arab.

Amerika Serikat juga menyatakan akan mendukung logistik dan bantuan intelejen. Pakistan mengatakan mendukung Arab Saudi (27/3) tapi belum memutuskan dukungan militer. Juga Turki sudah mengumumkan dukungannya terhadap Riyadh.

Di lain pihak, Iran menuntut segera dihentikannya operasi militer koalisi Arab di Yaman. Sementara Cina menyatakan kekhawatirannya dan mengimbau dilakukan dialog. Akibat konflik sektarian antara kaum Syiah dan Sunni di Yaman, negara miskin di jazirah Arab itu terjerumus dalam kondisi perang saudara.[as/yf(rtr,afp,dpa)]
Arab Saudi Bermain Api di Yaman http://www.dw.de/image/0,,17165439_404,00.jpgRainer Sollich redaksi Arab DW★

Operasi militer Arab Saudi beserta koalisinya di Yaman menjadi sebuah petualangan berbahaya yang tidak diketahui dampaknya. Pecundang dalam perang saudara itu adalah rakyat Yaman. Komentar Rainer Sollich.

Arab Saudi dari perspektifnya sendiri ibarat menginjak rem darurat bagi Yaman. Menimbang gerak maju pemberontak Syiah Huthi yang mampu merebut ibukota Sanaa dan hampir seluruh bagian selatan negara tetangga itu, Riyadh bersama koalisinya kini berbicara dengan senjata. Pesawat tempur Arab dan koalisinya membomi posisi Huthi. Invasi darat hanya tunggu waktu.

Target resmi operasi "Decisive Strorm" adalah merehablitasi jabatan Presiden Abed Rabbo Mansur Hadi dan kembali menciptakan keamanan dan stabilitas di Yaman. Target pertama mungkin bisa sukses. Tapi target kedua diyakini akan gagal. Keamanan dan stabilitas di Yaman yang miskin dan terus dirundung konflik, tidak bisa dipaksakan dengan kekerasan militer.

Namun operasi militer yang didukung Mesir, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Maroko dan bahkan Pakistan itu jelas terlihat merupakan demonstrasi kekuatan kaum Sunni. Bukannya aksi solidaritas terhadap rakyat Yaman. Operasi militer ini merupakan bagian dari sebuah skenarion besar yang juga dimainkan di Suriah, Irak dan Libanon. Yakni mendesak pengaruh Syiah Iran dari kawasan. Dari perspektif Arab Saudi, ekspansi militer Huthi di Yaman merupakan peningkatan ancaman.

Sejauh ini Iran belum terlihat memainkan peranan aktif di Yaman. Teheran melihat, kekuatan militer lawan terlalu besar. Juga risiko menyebarnya konflik di kawasan tidak bisa diramalkan. Tapi, permainan ini tetap berbahaya, karena Iran bisa memanfaatkan cara lain untuk memeprkuat pengaruhnya.

Teheran bisa secara diam-diam memberikan dukungan senjata dan pakar militer kepada pemberontak Huthi di Yaman. Selain ini, Iran bisa memprovokasi kaum Syiah di negara Sunni seperti Arab Saudi untuk melakukan pembangkangan. Atau Iran juga makin mengobarkan konflik sektarian di Irak dan Suriah.

Rezim di Teheran seperti juga penguasa di Riyadh tidak bertindak atas nama solidaritas atau hak kaum minoritas. Melainkan demi memperluas pengaruh dan kekuasaan di kawasan. Tidak mengherankan jika negara-negara Sunni di kawasan Timur Tengah sama cemasnya dengan Israel mencermati program atom Iran.

Teheran dan aliansinya seperti gerakan Hisbollah di Libanon sudah memperingatkan konsekuensi aksi militer bagi seluruh kawasan Timur Tengah. Walau aksi itu mungkin sekedar gertak belaka, tapi bisa memicu eskalasi situasi yang sudah tegang dalam perang sektarian di kawasan itu. Dengan eskalasi berikutnya, yang akan diuntungkan adalah kekuatan radikal seperti Al Qaida atau Islamic State serta kaum Syiah garis keras.

Yang sudah pasti jadi pecundang adalah rakyat di Yaman, yang harus memikul beban berat dari sebuah perang yang digelar pihak ketiga di negara mereka.

   dw.de  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.