Minggu, 05 Juli 2015

[World] F-16 Permalukan F-35

Sejak Awal F-35 Harus Mampu Dogfighting http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2014/09/f-35.jpgF35 

Munculnya laporan tentang kekalahan F-35 dalam uji tarung udara dengan F-16 terus mengundang banyak polemik. Lockheed dan Pentagon buru-buru membantah laporan yang pertama diluncurkan War is Boring dengan mengutip laporan pilot uji F-35 yang melakukan tes tempur pada Januari 2015.

Lockheed bersikeras menyatakan JSF akan baik-baik saja dalam pertempuran dan memang pesawat ini diciptakan bukan sebagai dogfighter.

Laporan media tentang F-35 dan F-16 tidak menceritakan seluruh cerita,” kata Lockheed dalam siaran pers 1 Juli. “Teknologi F-35 ini dirancang untuk terlibat, menembak dan membunuh musuh dari jarak jauh, tidak harus dalam jangkauan visual dan situasi dogfighting.

Tetapi pernyataan itu justru memunculkan ketidakkonsistenan mereka dalam membangun pesawat generasi kelima yang selama ini digembar-gemborkan akan menjadi pesawat tanpa tanding di langit.

Mari kembali ke tahun 1996. Pada saat itu Pentagon meminta Lockheed dan Boeing untuk membangun prototipe jet tempur canggih. Lima tahun kemudian, Lockheed X-35 memenangkan kompetisi untuk menjadi dasar pembangunan Joint Strike Fighter yang akan digunakan Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika. Prototipe itu yang kemudian kita kenal hari ini dengan F-35.

Tujuan untuk F-35 sangat tinggi,” tulis senior communications specialist Lockheed Martin Joint Strike Fighter Program, di Air Force’s Air & Space Power Journal edisi musim semi 2013.

Pesawat yang dibangun merupakan kursi tunggal, survivable, menjadi andalan ketika serangan pertama, kemampuan serangan di segala cuaca, pertempuran udara ke udara dan perlindungan tinggi saat pertempuran udara.

Sehingga meski duel udara bukan misi utama F-35, Lockheed harus menjadikan Joint Strike Fighter bisa mengalahkan lawan dari jarak dekat. Kent kala itu juga memuji JSF ini dipastikan mampu melakukan “manuver tinggi.
Berubah Tetapi Belum Menyerah http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/07/f-16-f-35-e1435917938988.jpegTapi tahun berikutnya, atas organisasi pengujian senjata Pentagon tidak lagi menyebut kemampuan pertempuran udara ke udara dan lebih menekankan pada serangan darat. “JSF akan mampu menyerang dan menghancurkan berbagai target, siang atau malam, dalam kondisi cuaca buruk,” kata Direktur, Uji Operasional dan Evaluasi dalam laporan tahunan pertama dari program ini.

Tetapi hal itu bukan berarti Angkatan Udara, Angkatan Laut atau Korps Marinir telah benar-benar menyerah untuk bisa mengirim F-35 ke pertempuran udara dekat. Tapi cabang terbang mulai mengecilkan kebutuhan jet untuk pertempuran udara. Mungkin mereka mulai mengakui apa yang ditemukan penguji bahwa JSF tidak bisa bermanuver dengan sangat baik.

Dogfighting adalah sensasi ksatria zaman dulu,” kata Letnan Kolonel Pete Zuppas dari Angkatan Udara maka yang bertanggung jawab atas 35th Operations Group di Jepang menulis dalam official 2007 op-ed.

Tapi Zuppas cepat merevisi pernyataannya sendiri. Dia menyebutkan kemampuan tempur jarak dekat tetap penting. Jika F-35 tidak bisa melakukan pertempuran udara, maka Angkatan Udara tidak bisa melakukan pertempuran udara.

Siapa yang tahu kapan kita harus melakukan beberapa hal yang memang harus dilakukan pilot pesawat tempur,” tambah Zuppas. “Jadi setidaknya untuk saat ini kami akan terus menyeimbangkan pelatihan pertempuran udara.

Jadi, meski peran resmi Joint Strike Fighter di seluruh layanan semakin terfokus untuk menyerang target darat, Angkatan Udara masih melakukan uji pertempuran udara. “Uji manuver sedang dijalankan hingga AoA 50 [derajat],” kata program JSF dalam siaran pers resminya pada Desember 2012. AoA merupakan singkatan dari “angles of attack” yang mengacu pada sudut tinggi serangan. ”Pilot harus mampu untuk melakukan manuver agresif dengan F-35A,” jelasnya.

Kesimpulannya, pada 2003, F-35 masih diwajibkan menjadi pesawat dengan kemampuan dogfighting. Sementara pada 2012 Angkatan Udara masih bekerja keras untuk mewujudkan harapan itu. Tetapi dua tahun kemudian cabang terbang berbicara menyebutkan seolah-olah JSF tidak pernah dimaksudkan untuk terlibat dalam pertempuran udara dekat.

Seorang pilot F-35 yang terlibat pertempuran udara kemungkinan dia telah melakukan kesalahan,” kata Jenderal Angkatan Udara Mike Hostage, kepala Air Combat Command, sebagaimana dikutip Breaking Defense Juni 2014. Air Combat Command nantinya akan memiliki sebagian besar pesawat tempur F-35.

Dalam wawancara yang sama, Jenderal ini juga mengabaikan kemungkinan pertempuran jarak pendek dan akan mencapai kemenangan pada ksempatan pertam. Tetapi jika kemudian dipaksa untuk melakukan pertempuran udara maka pilot F-35 masih akan mampu melakukan manuver tinggi layaknya F-16.
Kelemahan yang Akan Dieskploitasi Lawan http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/07/f-16-f-35-2-e1435917982131.jpegAngkatan Udara mengambil posisi bertentangan dalam menanggapi kabar tes terbaru. “F-35 dirancang untuk menjadi sebanding dengan jet tempur taktis saat ini dalam hal manuver, tetapi desain dioptimalkan untuk siluman,” kata Mayor Jenderal Jeffrey Harrigian, Direktur Kantor Bersama F-35 Pentagon Juli. “Ini akan memungkinkan untuk beroperasi di lingkungan ancaman di mana F-16 tidak bisa bertahan hidup.

Harrigian bersikeras bahwa itu terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang kelincahan keseluruhan jet, tetapi uji Januari 2015 yang mempertemukan F-16 dan F-35 telah memunculkan banyak pertanyaan.

Lockheed masih menyatakan bahwa uji pada Januari menunjukkan hasil positif. “Skenario dogfighting berhasil menunjukkan kemampuan F-35 untuk manuver ke tepi batas tanpa melebihi mereka, dan menangani dengan cara yang positif dan dapat diprediksi,” kata perusahaan.

Tetapi semua terbantahkan ketika laporan pilot uji bocor. Di mana disebutkan F-35 sangat sulit bermanuver untuk melawan atau bahkan mengimbangi F-16. Dan setelah kabar itu muncul, Lockheed dan Pentagon kembali memunculkan alasan.

Lockheed menyatakan bahwa F-35 yang dilakukan untuk uji tarung dengan F-16 Januari 2015 adalah jet uji yang tidak memiliki perangkat lunak untuk menjalankan sensor senjata. Jet AF-02 yang melakukan tes kendaraan uji awal yang tidak memiliki banyak sistem kunci F-35.

Tapi bagaimana jika kemudian pesawat ditambahi dengan berat senjata tambahan atau perlengkapan lainnya, jet tempur, meski bukan yang pesawat uji akan makin kesulitan untuk mengunci target. Sedangkan terkait sensor, maka dalam pertarungan jarak dekat energi, penglihatan dan refleks adalah faktor kunci. “Bahkan dengan F-16 menggunakan konfigurasi bahan bakar eksternal, F-35A tetap tidak mampu melakukan bidikan,” tulis pilot uji.

Menjadi aneh ketika F-35 harus menghindari pertempuran udara. Karena jika ini terjadi maka Pentagon pasti sadar mengasumsikan musuh-musuhnya akan melakukan segala cara untuk mengeksploitasi kelemahan ini. Pilot lawan akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa melakukan pertempuran jarak pendek dengan F-35. Dan jika itu terjadi maka pesawat siluman ini akan kedodoran dan akhirnya jatuh tak berdaya.

  Jejaktapak  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.