Minggu, 05 Juli 2015

[World] Masa Suram MiG

Nasib Suram Ikon Perang Dingin http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/07/image61-e1405860691931.jpgKetika era Perang Dingin, pesawat MiG telah menjadi ikon tidak hanya di Soviet tetapi juga begitu tenar di kalangan kekuatan udara Eropa. Tetapi saat ini MiG telah dalam situasi sulit yang sepertinya hanya waktu yang akan menjawab apakah salah satu desainer pesawat yang paling terkenal di dunia ini bisa bertahan atau tidak.

Dalam beberapa tahun terakhir MiG telah jatuh dalam situasi sulit. Meskipun MiG saat ini masih terbang di hampir 30 angkatan udara di dunia, namun perusahaan belum memenangkan kompetisi desain besar atau menjual pesawat baru sejak pasca-Soviet.

Rusia merupaka eksportir senjata terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, dan perusahaan pesawat secara substansial menyumbang US$ 4,4 miliar dari total ekspor negara pada 2014 sebesar $ 13 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh konsultan industri pertahanan IHS.

Meskipun MiG mampu mengamankan sepotong ekspor tetapi kinerja mereka di pasar sejak jatuhnya Uni Soviet telah jeblok dan dengan cepat dilampaui produsen pesawat tempur Rusia lainnya, Sukhoi. Dalam hal penjualan asing Sukhoi telah mendominasi dengan mengekspor 67 pesawat lebih banyak dengan uang yang lebih banyak pula sebesar US$ 7 miliar sejak 1991 dibandingkan MiG.

Dalam pertempuran untuk berebut pangsa pasar dengan Sukhoi, MiG telah diganggu oleh kegagalan untuk memenangkan kontrak besar, dikelilingi oleh lingkup terbatas dari penawaran utama, dan ditekan oleh sejumlah kemunduran reputasi. “Tidak ada banyak harapan untuk MiG,” kata Mark Bobbi, seorang ahli jet tempur di IHS.

MiG memang memiliki banyak bisnis pemeliharaan dan upgrade, tetapi pada suatu saat semua akan hilang mengganti MiG-29 mereka dengan pesawat lain,” katanya.

Era Perang Dingin hanya satu yang bisa menyaingi reputasi Pesawat MiG. Dan itu bukan pesawat. Karena yang bisa disejajarkan dengan pesawat MiG kala itu hanyalah senapan Kalashnikov. “Ini sebuah fakta bahwa selama era Soviet, pesawat tempur utama tentu saja MiG,” kata Ruslan Pukhov, Direktur Pusat Analisis Strategi dan Teknologi (CAST) yang berbasis di Moskow.

Pukhov, mencontohkan film Hollywood “Top Gun” yang menunjukkan MiG memiliki kenangan tinggi di komunitas penerbangan Barat.

Perusahaan ini dinamai dengan desainer pesawat Soviet Artyom Mikoyan dan Mikhail Gurevich, yang merancang pesawat pertama mereka, MiG-1, pada tahun 1939. Pesawat yang paling populer adalah MiG-29, yang menyerupai F-15 AS. MiG-29 dalam pelayanan dengan hampir 30 angkatan udara, dengan biaya per unit sekitar US$ 30 juta per pesawat.
Dilibas Sukhoi http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/04/su-27-mig-29-2-e1429961112227.jpgTapi nasib biro desain berubah menjadi buruk dengan jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Tingkat belanja pertahanan Uni Soviet yang besar memungkinkan MiG dan Sukhoi, pesaing utamanya, bisa hidup berdampingan dan berkembang dalam ekosistem yang sama. Meskipun produk mereka berbeda dalam beberapa hal penting, seperti ukuran, peran tempur dan beban persenjataan, dan ada beberapa tumpang tindih.

Menurut Bobbi, MiG dan pesawat Sukhoi di bawah sistem ini “dirancang sebagai pesawat ‘sekali pakai’,” dirancang untuk beroperasi selama 10 tahun dengan sedikit atau tanpa perawatan sebelum mereka dipensiunkan dan diganti dengan semua pesawat baru.

Tapi sejarah berubah sehingga pengembangan desain dan produksi pesawat baru tidak jalan setelah runtuhnya Soviet. Departemen Pertahanan Rusia tidak mampu untuk melanjutkan konsep pengadaan pesawat sekali pakai yang sangat boros itu. Akhirnya seperti kebanyakan dari industri pertahanan Rusia, MiG dan Sukhoi juga berpaling ke pasar ekspor asing untuk tetap bertahan.

Pada situasi ini MiG akhirnya kedodoran melawan Sukhoi. Sukhoi mendapatkan kontrak besar yang diperlukan untuk tetap hidup. Menurut data IHS, sejak tahun 1991 Sukhoi telah mengeskpor 252 jet tempur dan mencetak uang US$ 15,4 miliar dalam penjualan. Sementara MiG hanya telah mengekspor 185 pesawat dan menghasilkan US$ 8,6 miliar pada tahun yang sama.

Maxim Sysoyev, juru bicara United Aircraft Corporation – sebuah perusahaan milik negara yang membawahi MiG dan Sukhoi mengatakan perbedaan dalam unit yang diproduksi dan nilai penjualan keduanya sangat mudah dijelaskan.

Saya ambil contoh pesanan dari India dan China yang sangat membantu Sukhoi dalam mencapai angka-angka ini, sementara MiG memiliki lebih banyak pelanggan ‘kecil’. Plus, Sukhoi juga lebih mahal, karena mereka lebih besar dari MiG,” kata Sysoyev. “Kami tidak akan mengatakan bahwa MiG kalah, saya pikir persepsi ini salah,” tambahnya.
Kalah di Mana-Mana http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/04/mig-35.jpgMiG 35 

MiG harus bisa meningkatkan penjualan dengan memenangkan kontrak besar. Tetapi sejauh ini penjualan terbatas hanya pada pesawat MiG-29, yang dibangun sebagian besar untuk angkatan laut Rusia dan India.

Pada bulan April 2002, MiG kehilangan tender untuk pengembangan jet tempur siluman generasi kelima yang digelar Departemen Pertahanan Rusia. Tender akhirnya dimenangkan Sukhoi. MiG terus bekerja pada pesawat tempur generasi kelima, yang akan lebih ringan dari Sukhoi, tetapi Kementerian Pertahanan Rusia maupun pelanggan asing tidak menunjukkan banyak minat dalam proyek tersebut.

MiG mencoba menembak pesanan besar pada tahun 2007 dengan mengenalkan pesawat ringan baru MiG-35 pada pameran AeroIndia. Pesawat ini pengembangan dari MiG-29. Bahkan secara badan sama persis.

Perusahaan berharap untuk memenangkan besar kontrak di India senilai US$ 13 miliar untuk pengadaan 126 pesawat dengan MiG-35. Tetapi pada tahun 2012 India memutuskan untuk memilih Rafale Prancis meninggalkan MiG-35 tanpa pelanggan dan bahkan terjebak lama di atas kertas dan dalam pembangunan.

Kehilangan [program tempur siluman] dan kekalahan yang dialami pesawat tempur ringan baru telah menyakiti mereka,” kata Bobbi.

Sysoyev dari UAC mengatakan bahwa pengembangan MiG-35 selesai tahun depan, di mana pengiriman untuk angkatan udara Rusia dapat dimulai. Namun Wakil Menteri Pertahanan Yury Borisov mengatakan pada April bahwa hanya 30 pesawat yang akan dibeli hingga tahun 2020.
Dihantam Reputasi Buruk http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/07/image61-e1405860691931.jpgMiG-29 Jerman yang dulunya milik Jerman Timur 

MiG juga dibebani dengan beberapa insiden memalukan dan pukulan lain yang memukul reputasinya. Pada tahun 2008 Aljazair merobek kontrak pembelian 15 MiG-29 yang telah disampaikan pada tahun 2006 dan 2007 karena kualitas rendah dan menuntut Rusia memberi mereka 14 sampai 16 Sukhoi Su-30 sebagai pengganti. Pembatalan kontrak senilai US$ 1,28 miliar untuk total 34 MiG, adalah pertama kalinya dialami Rusia karena kekhawatiran kualitas.

Terlepas dari nasib MiG-35, analis mengatakan bahwa MiG dapat terus mendorong untuk penjualan tambahan MiG-29 dan kontrak pemeliharaan untuk pesawat MiG dalam pelayanan di seluruh dunia.

Menurut Pukhov, MiG-29 adalah pesawat yang sempurna untuk angkatan laut, karena varian MiG-29K telah dikembangkan khusus untuk layanan di kapal induk yang dibangun Uni Soviet dan penerus mereka.

Rusia sedang mempertimbangkan membangun kapal induk baru pada tahun 2030, dan India sedang membangun kapal induk baru yang pasti akan menggunakan MiG-29K, karena mereka menggunakan pesawat ini di kapal induk mereka yang dibangun Soviet, kata Pukhov.

Tapi jika perusahaan berhasil meluncurkan proyek-proyek baru seperti MiG-35, atau bahkan pembom intercepter baru untuk menggantikan MiG-31, masa depan mereka akan lebih pasti.

Tahun ini, MiG akan memberikan hanya 32 jet, dibandingkan dengan Sukhoi yang 116 pesawat, menurut IHS. Backlog pesanan Sukhoi juga jauh lebih besar, dengan kontrak sebesar US$ 7 miliar dibandingkan MiG yang hanya US$ 2,2 miliar.

Sementara itu, MiG-29 yang ada dalam layanan di berbagai negara saat ini semakin tua dan di beberapa negara Eropa Timur sekarang masuk menjadi bagian dari NATO, para jet tempur tua ini nantinya akan diganti dengan jet buatan barat.

MiG memang memiliki banyak bisnis pemeliharaan dan upgrade, tetapi bahkan yang terakhir diekspor pun akan pensiun, dan mereka mengganti MiG-29 ,” kata Bobbi. “Singkatnya, MiG adalah [hidup] di waktu yang dipinjam,” pungkasnya.

  jejaktapak  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.