Minggu, 23 Agustus 2015

[World] Duo Korea Tetap Siaga

Indonesia Minta Duo Korea untuk Tahan Diri Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri menyerukan kepada Korsel dan Korut untuk terus menahan diri, agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut. (Istimewa)

P
emerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyerukan kepada Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) untuk terus menahan diri, agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut. Duo Korea itu terlibat dalam pertempuran, yang diakibatkan oleh tindakan propaganda Korsel di wilayah perbatasan.

"Indonesia mengikuti erat perkembangan terbaru di Semenanjung Korea. Mengingat adanya baku tembak dan ketegangan terbaru di Zona Demiliterisasi (DMZ) pada 20 Agustus, Indonesia menyerukan kedua belah pihak untuk tetap tenang dan tetap menahan diri," bunyi pernyataan Kemlu yang diterima Sindonews pada Minggu (23/8/2015).

"Indonesia menekankan pentingnya mengurangi ketegangan dan menjaga kondisi kondusif bagi perdamaian, stabilitas dan pembangunan di kedua negara dan wilayah," sambungnya.

Pemerintah Indonesia juga menekankan bahwa salah satu cara untuk bisa menyelesaikan konflik itu adalah melalui jalur dilaog, atau jalur diplomasi lainnya. Saat ini Duo Korea memang telah menghidupkan kembali dialog damai.

Namun, dialog tersebut berjalan sangat alot, dan tidak membuahkan hasil apa pun. Putaran terbaru dialog damai tersebut rencananya akan kembali digelar siang ini waktu Korea, dan diharapkan putaran terbaru ini bisa menghasilkan kesepakatan, yang bisa mendamaikan kedua belah pihak. (esn)
Duo Korea Tetap Siaga Militer Korsel menyiapkan peluncur roket di dekat zona demiliterisasi. (Reuters)

S
ejumlah pejabat tinggi Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) sedang terlibat pembicaraan untuk menurunkan ketegangan di Semenanjung Korea. Meski begitu, keduanya tetap memasang sikap siaga terhadap segala kemungkinan yang terjadi.

Sikap siaga ini bisa dilihat dari penambahan dua kali lipat artileri yang dilakukan oleh Korut di daerah perbatasan. Tidak hanya itu, Korut juga mengerahkan sekitar 50 kapal selam ke arah perbatasan, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (23/8/2015). Terbaru, Korut menarik pulang 6 jet tempur dari Alaska.

Hal yang sama juga diperlihatkan Korsel dan tetap kepada keputusannya untuk tidak menghentikan siaran propaganda anti PyongYangnya.

"Kedua belah pihak berada di bawah tekanan besar untuk mendapatkan sesuatu dari pembicaraan tingkat tinggi ini," ujar profesor Institut Humaniora untuk Unifikasi di Konkuk University, Jeoun Young-sun. "Korut ingin menghentikan siaran, sementara Korsel tidak bisa melakukan itu tanpa mendapatkan sesuatu," sambungnya.

Pembicaraan marathon ini dilakukan di Peace House, Korsel, sebelah selatan dari Panmunjom. Pembicaraan juga sempat dihentikan untuk berkonsultasi dengan pemerintah masing-masing. Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat pada awal bulan ini setelah Korsel menuding Korut menanam ranjau di zona demiliterisasi. Tudingan yang kemudian dibantah oleh Korut.

Sebagai balasan, Korsel melakukan siaran propaganda anti PyongYang dengan menggunakan speaker di wilayah perbatasan. Kebijakan ini pun membuat Korut naik pitam dan mengancam akan menghancurkan speaker-speaker tersebut.

Puncak dari ketegangan terjadi saat Korut meluncurkan empat misil ke Korsel yang langsung dibalas dengan rentetan 29 tembakan artileri. Korut pun langsung memberlakukan darurat perang di garis depan dan mengultimatum Korsel untuk mematikan siaran propagandanya dalam waktu 48 jam. Namun hal ini diacuhkan oleh Korsel dan menyatakan siap mengambil tindakan atas aksi provokasi yang dilakukan oleh Korut. (esn)
Korut Mendadak Tarik Pulang 6 Jet Tempur dari Alaska Ilustrasi, Korut menarik pulang jet mereka yang sedang melakukan latihan di Alaska. (Istimewa)

K
orea Utara (Korut) nampaknya terus menerus memperkuat militer mereka, paska meningkatnya ketegangan dengan tetangga mereka, Korea Selatan (Korsel). Terakhir, Korut menarik pulang jet mereka yang sedang melakukan latihan di Alaska.

"Enam jet tempur Korut pulang lebih cepat dari jadwal yang ditentukan dari latihan tempur di Alaska," bunyi laporkan kantor berita Korsel, Yonhap yang mengutip sumber milliter setempat pada Minggu (23/8/2015).

Penarikan pulang secara mendadak ke enam pesawat tersebut semakin menunjukan bahwa Korut memang tengah bersiap-siap untuk melakukan perang besar dengan Korsel. Sebelumnya, Korut juga telah menambah jumlah personel dan kendaraan tempur di wilayah perbatasan kedua negara.

Selain itu, berdasarkan keterangan seorang pejabat militer Korsel, Korut juga terdeteksi mengerahkan 70 persen dari total armada kapal selam yang mereka miliki. Korut setidaknya memiliki 70 puluh kapal selam, dengan demikian negara Komunis itu mengerahkan sekitar 50 kapal selam, namun lokasi penyebaran kapal selam itu masih belum diketahui.

Kedua negara sendiri saat ini masih mencoba menyelesaikan konflik yang terjadi dengan jalur damai, melalui dialog. Perwakilan kedua negara kembali bertemu hari ini, setelah dialog yang berlangsung kemarin tidak membuahkan hasil apapun. (esn)
Korut Mulai Kerahkan Puluhan Kapal Selam Pengerahan kapal selam ini terjadi di tengah dialog damai antara Korut dan Korsel untuk mendinginkan situasi yang kembali memanas dalam beberapa hari terakhir. (Istimewa)

K
orea Utara (Korut) dilaporkan telah mengerahkan setidaknya 50 kapal selam. Pengerahan kapal selam ini terjadi di tengah dialog damai antara Korut dan Korea Selatan (Korsel) untuk mendinginkan situasi yang kembali memanas dalam beberapa hari terakhir.

Laporan mengenai pengerahan kapal selam Korut tersebut diutarakan oleh seorang pejabat militer Korsel. Dimana, dalam kondisi anonim dirinya menuturkan berdasarkan pantauan Korsel, sebagian besar kapal selam Korut telah meninggalkan basis mereka.

"Tujuh puluh persen dari kapal selam Korut telah meninggalkan basis mereka, dan saat ini menuju lokasi yang tidak dapat dikonfirmasi," katanya, seperti dilansir IB Times pada Minggu (23/8/2015).

Pyongyang saat ini diduga memiliki setidaknya 70 kapal selam dan mereka juga dikabarkan tengah melakukan penelitian dan pengembangan sistem rudal balistik yang dapat ditembakan dari kapal selam.

Selain pengerahan kapal selam, Korut juga dilaporkan telah menambah jumlah, baik personil atau kendaraan tempur mereka wilayah perbatasan dengan Korsel. Hal ini dilakukan paska terus meningkatnya situasi di wilayah yang juga dikenal dengan nama Zona Demiliterisasi (DMZ) itu. (esn)
Korsel Kesulitan Deteksi Puluhan Kapal Selam Korut Korsel menuturkan masih belum dapat mengkonfirmasi ke arah mana kapal-kapal selam itu dikerahkan. (Istimewa)

K
orea Selatan (Korsel) dikabarkan masih belum bisa mendeteksi puluhan kapal selam yang baru saja dikerahkan oleh Korea Utara (Korut). Korsel menuturkan masih belum dapat mengkonfirmasi ke arah mana kapal-kapal selam itu dikerahkan.

"Lokasi kapal-kapal selam itu masih belum bisa dikonfirmasi," kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korsel dalam kondisi anonim, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (23/8/2015).

Seperti diberitakan sebelumnya, Korut setidaknya menerjunkan 70 persen armada kapal selam yang mereka miliki. Korut diketahui memiliki 70 kapal selam, dengan kata lain sekitar 50 kapal selam telah dikerahkan oleh negeri pimpinan Kim Jong-un itu.

Pengerahan kapal selam ini terjadi ditengah dialog damai antar duo Korea untuk mendinginkan situasi yang saat ini tengah memanas. Dialog damai putaran kedua itu baru saja dimulai beberapa saat lalu di kota Panmunjom, yang berada di wialayah perbatasan.

Sementara itu, bukan hanya Korut yang terus menyiagakan pasukannya, hal serupa juga dilakukan oleh Korsel. Kedua negara tampaknya terus bersiaga untuk keadaan terburuk, yakni dialog damai gagal, dan perang Korea kembali berkecamuk. (esn)
Korsel Sesalkan Kebijakan Militer Korut Pasukan Korut yang akan ditugaskan ke perbatasan. (Reuters)

K
orea Selatan (Korsel) mengaku tidak senang dengan sikap yang ditunjukan oleh Korea Utara (Korut). Korut tetap mengerahkan pasukan dan kapal selam mereka di tengah-tengah dialog damai yang berlangsung di kota Panmunjom.

Melansir Channel News Asia pada Minggu (23/8/2015), seorang sumber di pemerintahan Korsel mengatakan apa yang dilakukan Korut belum pernah terjadi sebelumnya. "Pengerahan puluhan kapal selam sekaligus belum pernah terjadi sebelumnya," ucapnya.

Sumber itu mengatakan apa yang dilakukan Korut berpotensi besar merusak dialog damai yang saat ini telah memasuki putaran dua. Dialog damai diharapkan menjadi solusi utama untuk mendinginkan situasi saat ini.

"Korut juga telah melipatgandakan jumlah tentara dan artileri mereka di sepanjang perbatasan dengan Korsel, sesuatu hal yang sangat jarang dilakukan," sambung sumber tersebut dalam kondisi anonim.

Langkah Korut ini sendiri sejatinya sesuai dengan intruksi yang diberikan oleh pemimpin tertinggi mereka Kim Jong-un. Dimana, Jong-un meminta militernya untuk mengerahkan semua senjata dan tentara yang mereka miliki ke wilayah perbatasan, dan bersiap-siapn untuk melakukan pertempuran besar. (esn)
Korut Dituding Bermuka Dua Korut dituding Korsel sebagai negara bermuka dua. (Istimewa)

S
eorang pejabat militer Korea Selatan (Korsel) tidak segan-segan menyebut Korea Utara (Korut) sebagai negara bermuka dua. Dirinya merujuk pada sikap Korut yang tetap mengerahkan kekuatan militernya, dan di saat yang bersamaan melanjutkan dialog damai, sebuah hal yang bertolak belakang menurut pejabat tersebut.

"Korut mengadopsi sikap bermuka dua dalam dialog damai yang tengah berlangsung saat ini," ucap pejabat tersebut dalam kondisi anonim, seperti dilansir Channel News Asia pada Minggu (23/8/2015).

Pejabat itu juga menuturkan kebijakan Korut yang mengerahkan puluhan kapal selam sekaligus adalah yang terbesar dalam sejarah berdirinya negara tersebut. Bahkan, saat perang Korea terjadi, Korut tidak melakukan hal tersebut.

"Jumlah itu hampir 10 kali lipat dari normalnya sebuah negara mengerahkan kapal selam, dan itu menunjukan bahwa saat ini situasi sudah benar-benar serius," sambungnya.

Sebelumnya, hal senada juga sempat diutarakan oleh seorang sumber di pemerintah Korsel. Dimana, menurutnya pengerahan 50 kapal selam sekaligus dalam satu waktu belum pernah terjadi sebelumnya.

Korsel sendiri saat ini masih berusaha untuk mendeteksi ke arah mana saja Korut mengerahkan kapal-kapal selam tersebut. Jika Korsel gagal mendeteksi lokasi kapal selam itu, maka hal tersebut bisa menjadi bencana bagi Korsel, bila perang benar-benar meletus. (esn)

  Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.