Minggu, 30 Agustus 2015

[World] Menebak Masa Depan F-35

Bayangan Suram F-111 http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/08/f-353.jpgJet tempur tidak bisa bermanuver, kata para kritikus. Pesawat ini didasarkan pada konsep salah arah, mahal dan sejumlah kritik lain terus menghantam program senjata paling mahal dalam sejarah Pentagon yang melahirkan F-35.

Apakah ini Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter memang sebuah proyek gagal? Tentu akan kembali mengundang perdebatan jika pertanyaan itu muncul. Tetapi jika mau jujur pesawat ini memang mengambil konsep McDonnell Douglas F-4 Phantom II. Sebuah pesawat tempur-pembom, pengintai dan pesawat radar, pemburu yang membentuk tulang punggung AS, NATO dan kekuatan udara Israel di tahun 1960-an dan 1970-an. Lebih dari 50 tahun kemudian, Phantom masih terbang, seperti terlihat ketika Suriah menembak jatuh RF-4 Turki tahun lalu.

Meski Phantom memiliki banyak penggemar, dia juga memiliki beberapa pencela. Dan banyak dari mereka memberikan kritik tajam seperti sekarang ditujukan pada Joint Strike Fighter.

 Bayang-Bayang F-111 
http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/08/f-111_05_c_raaf-e1439748564146.jpgF-111

Membandingkan F-35 untuk proyek pesawat bermasalah lainnya telah menjadi hobi favorit wartawan, analis dan ahli lainnya. Paling menonjol adalah pada 2009 di mana desainer pesawat terkenal Pierre Sprey dan pengawas pertahanan Winslow Wheeler membuat kasus yang menarik bahwa F-35 adalah reinkarnasi dari F-111.

Pesawat sayap ayun F-111 awalnya dibangun pada tahun 1960 sebagai pesawat tempur jarak jauh Angkatan Udara. Kemduian Menteri Pertahanan Robert McNamara dan memutuskan bahwa pesawat ini juga harus menjadi pesawat pencegat berbasis kapal induk untuk Angkatan Laut.

Tapi Angkatan Udara dan Angkatan Laut memiliki persyaratan yang berbeda secara radikal. Angkatan Laut akhirnya memilih mundur dari program tersebut hingga hanya 563 F-111 dibangun untuk Angkatan Udara dan Australia. F-111 muncul dengan biaya yang jauh lebih mahal dari rencana semula, menderita cacat desain yang melumpuhkan dan tidak efektif dalam pertempuran.

Sekarang yang terjadi adalah mengubah ‘F-111′ untuk ‘F-35,'” kata Sprey sebagaimana dikutip War is Boring. “Konsekuensi yang sama, yakni hasil program yang kemungkinan sama.

Tetapi ada yang kurang dari analisa itu. Bahwa jika anggaran untuk F-35 dipangkas karena anggaran pertahanan yang ketat atau kegagalan untuk memenuhi tujuan kinerja, maka mungkin menjadi kegagalan mahal seperti F-111.

Namun faktanya anggaplah bahwa semua atau sebagian besar dari 2.443 F-35 untuk Amerika ditambah lagi 700 atau lebih pesanan asing, benar-benar dibangun dan disebarkan jelas akan menjadi sangat beda dengan F-111. Pesawat ini sepertinya akan menempuh jalur yang digunakan F-4.
Mengikuti Jalur Terjal Phantom http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/04/f-4-9.jpgF-4 Phantom

Dengan julukan seperti “Rhino,” “Lead Sled” dan DUFF (“Double Ugly Fat F*cker”), karena bentuknya yang tampak seperti penjahat yang melawan hukum aerodinamis, Phantom adalah bukti bahwa “Batu bata bisa terbang jika Anda memiliki mesin yang cukup besar di atasnya,“ untuk meminjam satu komentar yang terkenal.

F-4 tidak cantik, tapi dia produktif. Sekitar 5.195 F-4 dibangun, menjadi andalan Angkatan Udara AS, Angkatan Laut dan pasukan tempur Marinir, serta jet tempur utama di Israel, Inggris dan Jepang. Phantom menjadi ikon kekuatan udara Barat, jet yang melambangkan perang udara di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Pesawat ini juga tidak memulai kariernya sebagai pesawat populer. Sama seperti F-35 yang mulai sebagai pesawat tempur Korps Marinir sampai menjadi multi-service Joint Strike Fighter. F-4 lahir pada tahun 1959 sebagai pencegat berbasis kapal induk US Navy, sampai kemudian McNamara ingin sebuah jet tempur umum untuk semua layanan.

Seperti F-35, F-4 didasarkan pada konsep pertempuran udara masa depan. F-35 juga lahir dari keyakinan bahwa fighter harus menggunakan kekuatan siluman dan memiliki kemampuan untuk berbagi data taktis dengan pesawat untuk mengejutkan dan memilih lawan-lawan mereka.

Sementara F-4 didasarkan pada keyakinan bahwa pertempuran udara akan dilakukan dari luar jangkauan visual dengan menggunakan rudal radar jarak jauh.

Tentu tidak ada yang tahu apakah filosofi desain F-35 akan terbukti benar, tapi jika belajar pada Phantom sepertinya tidak akan salah. Rudal Sparrow yang digunakan ternyata melempem, dan dalam setiap peristiwa pesawat AS dilarang untuk melakukan serangan di luar visual ketika perang di Vietnam Utara. Alih-alih menembak dari jarak jauh pilot F-4 AS justru berkutat dalam dogfights kecepatan rendah dengan pesawat yang kurang canggih tapi jauh lebih lincah seperti MiG-21 dan MiG-17.

Karena diracang untuk tempur jarak jauh, Phantom awalnya tidak memiliki sebuah meriam internal, sehingga meski dia bisa berada di belakang ekor MiG, pilot hanya bisa menggunakan rudal Sidewinder pencari panas. Sementara dua mesin J79 memang memiliki banyak kekuatan tetapi juga banyak asap, sehingga pilot MiG bisa melihat Phantom dari jarak jauh.

Hasilnya adalah bahwa rasio kill Phantom adalah 2:1 di perang Vietnam. Sebuah pukulan yang memalukan ketika melawan MiG yang lebih tua dan berteknologi rendah.

Sprey percaya F-4 adalah sebuah kesalahan. Dia berpendapat AS akan menjadi lebih baik menggunakan pesawat lebih murah seperti A-4 sebagai bomber dan pesawat bermanuver F-5 sebagai dogfighter-nya.

Membeli F-4 untuk USAF jauh tidak lebih efektif dibandingkan A-4 karena berarti kita mengirimkan jauh lebih sedikit bom ke Vietnam dengan biaya dua setengah kali lebih tinggi sementara kehilangan setidaknya tiga kali lebih banyak dari awak pesawat kami,” katanya. “Anda juga akan lebih bauk dengan memberikan 500 F-5 ke USAF untuk pertempuran udara dan 2.500 A-4 untuk pengeboman. Hal itu hanya membutuhkan sepertiga biaya dibandingkan 3.000 F-4 USAF, dan kami akan menghancurkan jauh lebih banyak target darat Vietnam dan setidaknya dua kali lebih banyak MiG."
Penebusan dan Pembuktian http://www.jejaktapak.com/wp-content/uploads/2015/05/f-35c-e1432570346896.jpgF-35C

Dengan berkaca pada kasus Phantom di Vietnam kemudian para ahli melihat masa depan F-35 yang disebut akan menjadi sasaran nikmat bagi pesawat cepat dan super manuver seperti Su-35 dan Su-30 mili Rusia dan J-20 China. F-35 sudah menderita pembengkakan biaya, persoalan perangkat lunak yang kompleks dan belum terbukti untuk memungkinkannya beroperasi dari pangkalan Angkatan Udara, Angkatan Laut dan operator lapangan Marinir.

Jika siluman ini tidak berhasil seperti yang diharapkan dalam perang udara berikutnya, maka kutukan Vietnam akan menjadikan F-35 berada dalam kesulitan.

Sulit untuk menentukan bagaimana nasib pesawat utama Amerika yang telah menelan biaya lebih dari satu triliun dolar. Tetapi jika kembali ke sejarah Phantom waktu yang kemudian menjawab bahwa pesawat ini bisa membuktikan sebagai teknologi yang memang sangat unggul.

Ketika Angkatan Laut merintis latihan tempur udara Top Gun, rasio membunuh AS melonjak dibandingkan di Vietnam. Pilot Israel semula juga nggerundel ketika harus meninggalkan Mirage pada akhir tahun 1960, tetapi kemudian mereka menjadi sangat mencintai fleksibilitas dan daya tahan Phantom.

Jika F-35 tidak terbukti cacat, setidaknya Phantom menunjukkan bahwa bahkan pesawat cacat dapat menebusnya. Jika F-4 menjadi panduan maka sebenarnya F-35 hanya belum dapat membuktikan kemampuannya dengan baik. [National Interest]

  Jejaktapak  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.