Senin, 16 November 2015

RI Siap Hadapi Terorisme

Jokowi Sebut RI Siap Hadapi Terorisme Bersama Warga GlobalPresiden Jokowi dalam pertemuan KTT G20. (Setpres/Intan)Presiden Republik Indonesia Jokowi menyatakan komitmen dan kesiapan pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan masyarakat global dalam menghadapi ekstremisme dan terorisme, serta untuk menumbuhkan toleransi, baik di dalam negeri dan di seluruh dunia.

Jokowi bicara soal keterkaitan antara ekstremisme dan derasnya aliran imigran, khususnya di Eropa, dalam Working Dinner Session Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Antalya, Turki. G20 merupakan forum internasional bagi 20 negara dengan perekonomian besar di dunia.

Working Dinner Session KTT G20 memang mengangkat tema ‘Terrorism and Refugee Crisis.’ Di sana, Jokowi menyampaikan bahwa ekstremisme dan terorisme marak terjadi di berbagai tempat.

"Ini merupakan tantangan yang perlu ditindaklanjuti dan disikapi bersama melalui tindakan konkret," ujar Jokowi seperti dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi Presiden.

Jokowi mengatakan, dampak negatif nyata dari konflik yang terus terjadi di berbagai kawasan di dunia adalah meningkatnya migrasi ireguler. Isu tersebut, menurut Jokowi, menjadi tantangan cukup serius bagi Turki dan negara-negara Eropa.

Untuk menyelesaikan masalah itu, ujar Jokowi, perlu menuntaskan akar permasalahannya lebih dulu, antara lain dengan memastikan pembangunan berimbang, menghentikan kekerasan dan penindasan, serta menghilangkan diskriminasi dan menegakkan demokrasi.

Terkait upaya Indonesia mengatasi ekstremisme, Jokowi menyatakan selama ini Indonesia menerapkan kombinasi pendekatan hard approach yang mengedepankan penegakan hukum dan keamanan, dengan soft approach yang menggunakan pendekatan kebudayaan dan agama.

Sebagai negara dengan penduduk muslim besar serta negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, tutur Jokowi, Indonesia adalah laboratorium yang menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, dan kemajemukan bisa berjalan seiring.

Harmonisasi ini, klaim Jokowi, terlihat di mana kemajemukan dan toleransi merupakan kenyataan sehari-hari di Indonesia.

Jokowi pun menegaskan, kerja sama internasional yang kuat untuk mengatasi ekstremisme dan terorisme merupakan satu keharusan.

"Diperlukan pendekatan terpadu yang mengharuskan negara-negara bersatu dan mengesampingkan perbedaan politik untuk menghadapi ekstremisme dan terorisme," kata Jokowi.

Salah satu aksi terorisme terbaru terjadi di Paris, Perancis. Kota itu diserang sekelompok bersenjata di beberapa lokasi yang menyebabkan 100 lebih orang tewas. ISIS mengklaim sebagai dalang teror tersebut. (agk)

 KTT G20 Dihantui Aksi Teror di Paris 
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan berbicara setelah pertemuan di Budapest Carya Resort di Antalya, Turki, 15 November 2015. (REUTERS/ Jonathan Ernst)

Pertemuan para pemimpin KTT G20 di Antalya, Turki, akhir pekan ini dibayangi oleh aksi teror di Paris, Perancis, yang menewaskan 129 orang dan melukai ratusan lainnya. Dalam pidato pembukaan sesi kerja KTT G20, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pertemuan tersebut tidak hanya berbicara soal ekonomi, tapi juga meningkatkan kerja sama dalam pemberantasan terorisme.

"Insiden yang menyedihkan ini mengingatkan kita bahwa antara ekonomi dan keamanan saling terkait. Kita tidak bisa melupakan hubungan ini. Ekonomi memang menjadi kepentingan utama pertemuan G20, tapi tidak bisa terlepas dari sosial, budaya, dan kemanusiaan," kata Erdogan, Minggu (15/11), usai menyatakan belasungkawa dan mengajak pemimpin negara G20 mengheningkan cipta selama satu menit.

Serangan di Paris merupakan yang terbesar terjadi di Eropa sejak pengeboman kereta Madrid, Spanyol, yang menewaskan 191 orang pada 2004. Dalam serangan yang terjadi pada Jumat, (13/11), delapan orang tersangka melakukan penembakan dan pengeboman di enam lokasi berbeda di jantung kota Paris.

Serangan terparah terjadi di acara konser musik di La Bataclan, menewaskan 87 orang. Peristiwa itu memicu kepanikan dari 1.500 pengunjung yang langsung berlarian. Insiden lainnya adalah pengeboman bunuh diri pertama di Paris, terjadi dekat stadion sepak bola saat berlangsung pertandingan antara Perancis dan Jerman, disaksikan oleh Presiden Francois Hollande. Akibat peristiwa ini, Hollande diamankan dan pengunjung stadion dievakuasi.

Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menguasai sebagian Irak dan Suriah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut dalam sebuah surat yang dirilis di internet. Mereka mengatakan bahwa serangan ini adalah pembalasan dendam atas gempuran udara koalisi Barat yang mengincar markas mereka.

Akibat peristiwa ini juga, Hollande memutuskan untuk membatalkan kehadirannya dalam KTT G20 kali ini.

Turki sebagai penyelenggara KTT G20 juga kerap menjadi sasaran serangan ISIS, salah satunya di Ankara Oktober lalu yang menewaskan 97 orang. Erdogan mengatakan, Turki akan memberantas terorisme di Suriah yang menjadi akar permasalahan keamanan di berbagai negara.

"Memerangi terorisme di Suriah adalah untuk alasan ini. Terorisme adalah ancaman bagi keamanan dan perdamaian. Turki meyakini perlunya dikembangkan kerja sama untuk memerangi terorisme, juga dalam mengatasi masalah kemanusiaan dan krisis pengungsi," ujar Erdogan.

Erdogan sebelumnya juga mengatakan akan memasukkan isu pengungsi dan konflik Suriah dalam salah satu agenda KTT G20 yang biasanya berbicara soal ekonomi. (obs)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.