Senin, 23 November 2015

[World] Basis ISIS Hanya Tinggal 34

Gempur ISIS, Rusia Luncurkan 101 Rudal dan 1.400 Ton BomIlustrasi (Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation)

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigo mengatakan, pihaknya telah meluncurkan ratusan rudal dan menjatuhkan ribuan jenis bom saat menggempur sejumlah wilayah yang dikuasai oleh ISIS.

"Dalam empat hari terakhir, kami telah melakukan penerbangan strategis dan taktis sebanyak 522 sorties. Total 101 rudal jelajah telah diluncurkan dari udara dan laut, dan sekitar 1.400 ton bom dari berbagai jenis telah dijatuhkan di sejumlah sasaran milik teroris," tuturnya dalam sebuah laporan kepada Presiden Vladimir Putin seperti dikutip dari laman Sputniknews, Sabtu (21/11/2015).

Menurut Shoigu, akibat serangan tersebut, ISIS mengalami kerugian sebesar USD 1,5 juta per hari karena mereka tidak bisa menjual 60.000 ton minyak ilegal ke pasar gelap.

Pasalnya, 525 truk tangki dan 15 tempat penyimpanan dan fasilitas kilang minyak baru milik ISIS telah hancur. Selain itu, serangan itu juga menewaskan 600 anggota ISIS di Provinsi Deir ez-Zor, Suriah.

"Dua puluh tiga basis pelatihan teroris, 19 pabrik memproduksi senjata dan bahan peledak, 47 depot dengan amunisi dan dana, serta benda-benda lainnya hancur. Ini membantu pasukan pemerintah Suriah untuk melanjutkan tindakan sukses di propinsi Aleppo, Idlib, Latakia pegunungan dan Palmyra," terangnya.

Sebagaimana diketahui, Rusia telah melakukan operasi udara di Suriah sejak akhir September lalu. Operasi udara dilakukan setelah Presiden Suriah, Bashar al-Assad meminta bantuan Rusia untuk memerangi kelompok teroris di negaranya.

Rusia menyatakan bahwa sasaran utama dari operasi udara mereka adalah kelompok ekstrimis ISIS.

 Dibombardir Rusia 
Tentara Rusia menuliskan pesan pada rudal-rudal yang digunakan untuk membombardir ISIS di Suriah (Reuters)

Serangan udara yang dilakukan Rusia berhasil memangkas jumlah wilayah yang dikuasai oleh ISIS. Saat ini, wilayah yang dimiliki ISIS hanya tinggal puluhan saja di Suriah dan Irak.

"Saat ini, ISIS hanya memiliki 34 basis di Mosul, Raqqa, dan lain-lain yang sebelumnya begitu banyak jumlahnya," kata Managing Director kantor berita Irak al-Nakhil, Mohammad Ali al-Hakim seperti dikutip dari laman Sputniknews, Minggu (22/11/2015).

Menurutnya, bukan tidak mungkin, ISIS akan hancur di masa mendatang. "Akhir dari ISIS yang dilahirkan oleh Barat kian dekat," katanya.

Sementara itu Duta Besar Suriah untuk Rusia, Riad Haddad menegaskan bahwa serangan Angkatan Darat Suriah yang didukung oleh Angkatan Udara Rusia ditujukan kepada organisasi teroris bersenjata dan bukan kepada faksi oposisi politik dan sipil.

 Kremlin Tegaskan Tak Akan Gelar Operasi Darat di Suriah 


Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan, pihaknya tidak akan menerjunkan personel militer dan melakukan operasi darat di Suriah. Hal ini seolah membantah kabar yang menyatakan Rusia menerjunkan personel militernya di Suriah.

"Kemungkinan operasi militer darat tidak pernah dibahas (dalam pertemuan) dan itu masih belum dibahas," tegas Peskov seperti dikutip dari laman Tass, Minggu (22/11/2015).

Sebelumnya, stasiun televisi Rusia memperlihatkan peta militer yang menunjukkan unit artileri Rusia di Suriah. Unit artileri itu berada di dekat pemukiman Sadad, antara kota Homs dan Damaskus disertai kata-kata: "5 Gabatr 120 ABR 2A65 Msta B, enam buah dari 14:00 06,11."

"Gabtr" adalah singkatan umum yang digunakan dalam militer Rusia untuk "Howitzer Battery." Sedangkan Akronim "ABR" merujuk pada "Artileri Brigade". Sementara "2A65 Msta B" menggambarkan jenis howitzer digunakan oleh militer Rusia.

Rusia sendiri sejak akhir September lalu telah melancarkan operasi udara di Suriah. Operasi udara ini menyasar ISIS dan Front al-Nusra atas permintaan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. (ian)

  Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.