Sabtu, 14 November 2015

[World] Persaingan Rusia dan AS di Pasar Senjata

Putin Tegaskan Rusia Tak Berniat Terlibat dalam Kompetisi SenjataPersaingan pasar senjata yang sangat kompetitif di wilayah ini didominasi oleh dua negara.

Rusia tak berniat terlibat dalam kompetisi senjata, namun industri pertahanan Rusia harus mengejar ketertinggalan pengembangan dari dekade lalu, demikian disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi terkait pengembangan angkatan bersenjata, Rabu (11/11).

"Kita tak akan terlibat dalam kompetisi senjata ataupun mengejar dan mengalahkan pihak lain. Kita hanya mengejar ketertinggalan pengembangan di bidang militer akibat minimnya dana untuk pengembangan senjata pada akhir 1990-an hingga awal tahun 2000-an," terang Putin.

Sang presiden menerangkan, pengembangan pasukan modern yang dilengkapi dengan perangkat canggih tetap menjadi priortias. "Tugas kita adalah merealisasikan semua rencana yang telah disusun," kata Putin.

Pendanaan sektor militer Rusia dilakukan sesuai program pembaharuan senjata yang berlaku hingga 2020. Menurut Putin, pengembangan efisiensi dan kualitas latihan tempur telah dibuktikan dengan latihan dan manuver militer, termasuk inspeksi dadakan.

 Situasi di Timur Tengah Memanas, Ketertarikan Terhadap Senjata Rusia Meningkat 

Ketertarikan negara Timur Tengah terhadap senjata Rusia meningkat seiring meningkatnya ketidakstabilan situasi di wilayah tersebut. Demikian hal tersebut dilaporkan Penasihat Direktur Jenderal Rosoboroneksport Mikhail Zavaliy kepada TASS pada pameran Dubai Airshow yang diselenggarakan 8 12 November di Uni Emirat Arab.

Kini di Timur Tengah terjadi lonjakan minat senjata dan peralatan militer asal Rusia. Senjata domestik kami dibuat bukan untuk parade, melainkan untuk menyelesaikan misi tempur yang sulit di dalam kondisi cuaca yang buruk. Negara-negara di kawasan tersebut sadar betul akan efisiensi penggunaan senjata buatan Rusia dan bukan sekadar akibat promosi iklan. Oleh karena itu, karena ketidakstabilan situasi di wilayah ini, beberapa negara telah menyampaikan ketertarikannya dengan senjata dan alat militer yang telah teruji untuk melindungi keamanan dan kedaulatan nasional,” ujar Zavaliy.

Menurutnya, para mitra Timur Tengah tertarik pada senjata dan peralatan darat dan sistem pertahanan udara. Rosoboroneksport telah terus-menerus mencatat peningkatan yang terjadi di Timur Tengah terhadap persenjataan Rusia. Tercatat pada tahun 2014, Rusia dan Mesir telah sepakat untuk memperluas kerja sama militer-teknis. Menurut para ahli, volume kontrak mencapai lebih dari dua miliar dolar AS.

Sumber dari TASS melaporkan bahwa Kairo telah memesan beberapa lusin helikopter Ka-52 Alligator. Selain itu, dan kemungkinan Kairo akan membeli rancangan geladak kapal untuk jenis helikopter Mistral. Kepala Administrasi Kepresidenan Rusia Sergey Ivanov mengatakan bahwa Mesir dapat memperoleh kapal milik Rusia. Menurutnya, total kerja sama dengan Kairo bernilai lebih dari satu miliar dolar AS.

Pembeli terbesar senjata Rusia dalam beberapa tahun terakhir adalah Irak yang menjadi pemimpin perlawanan terhadap militan ISIS. Bahkan pada tahun 2012, Irak telah menandatangani paket kontrak untuk penyediaan berbagai peralatan militer kepada Baghdad, termasuk helikopter Mi-28NE dan Mi-35 dengan total senilai 4,2 miliar dolar AS. Minat kepada senjata Rusia ditunjukkan pula oleh negara-negara lain di sekitar kawasan. Secara khusus, Arab Saudi menyampaikan ketertarikannya pada sistem rudal taktis Iskander-M dan kendaraan infanteri BMP-3.

Angkatan Darat Uni Emirat Arab yang sudah memiliki BMP-3 mengadakan modernisasi kendaraan tersebut dengan bantuan Rusia dan berencana membeli ratusan unit-unit militer untuk membangun kendaraan lapis baja mereka sendiri yang dinamai Enigma. Selain itu, negara-negara Timur Tengah juga tertarik versi modern T-90MS yang berhasil diuji di Kuwait.
 

  RBTH  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.