Jumat, 04 Desember 2015

Kisah Pertempuran Pertama Di Laut

70 Tahun Angkatan Perang IndonesiaIlustrasi dua perahu Madura. Gambar ini dijepret di Selat Bali, 2012. [Wenri Wanhar/JPNN.com]

KISAH pertempuran laut pertama sesudah proklamasi 17 Agustus 1945. Pertempuran laut pertama yang dilakoni angkatan perang Indonesia.

=======
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
=======

Selat Bali, Minggu, 5 April 1946. Fajar menyingsing di ufuk timur. Hari baru tiba. Dua perahu Madura yang ditumpangi Pasukan M masih terkatung-katung di laut. Bergerak perlahan.

Pantai Penginuman, Jembrana, Bali sudah di depan mata, sekitar dua mil lagi. Di balik kabut pagi, dari arah Cupel, tiba-tiba muncul kapal yang cukup besar. Ternyata, dua LCM (Landing Craft Mechanized) milik Belanda yang sedang patroli.

Dua awak perahu yang masing-masing memuat 40 orang itu mendayung sekuat tenaga, agar lekas mencapai tepian. Apa hendak kata, LCM lebih kencang.

Pasukan M sedang mengemban tugas suci yang mulia. Antara lain mengabarkan proklamasi kemerdekaan ke Bali, bagian dari perjuangan mendirikan Republik Indonesia.

Anggota pasukan ini kebanyakan pelajar Sekolah Pertanian Malang. Pemimpin mereka bernama Kapten Markadi, anak muda berusia 18 tahun.

 Tembaaak! 

Sebelum LCM itu semakin mendekat, Kapten Markadi menyuruh pasukannya melepas seragam hitam-hitam yang mereka kenakan dan menyembunyikan senjata, biar dikira nelayan. Tapi tetap dalam posisi siap tembak.

Dua LCM itu mendekati perahu terdekat, perahu yang ditumpangi Kapten Markadi. Dalam jarak kira-kira 5 meter, 2 orang Belanda yang berada di LCM terdepan mengarahkan senjata Watermantel.

Dalam bahasa Belanda, mereka memberi perintah, "berhenti!". Kemudian meminta awak di perahu itu melempar tali.

Atas saran Sumeh Darsono, Kapten Markadi mengambil tali dan berdiri di ujung perahu. Laksana koboi, Sang Kapten memutar-mutar tali itu di atas kepalanya. Dia mengulur waktu.

Orang Belanda itu kembali berteriak meminta tali segera dilempar. Nampaknya mereka akan menarik perahu “nelayan” Kapten Markadi ke Gilimanuk.

Tali itu dilempar. Tapi saat akan diraih, Kapten Markadi menariknya. Sandiwara itu dilakukannya berkali-kali.

Kini, riak gelombang mendekatkan jarak mereka. LCM dan perahu nyaris menempel. Bahkan mereka saling mendengar percakapan. Waktu itulah seorang Belanda berteriak, “God, ze hebben spuiten! (mereka punya bedil!).

Kapten Markadi yang mengerti bahasa Belanda langsung menceburkan diri ke laut, seraya memberi perintah, “tembak!

 Kemenangan Pertama! 

Perang laut pertama pecah. Tidak semua awak di perahu itu ikut bertempur. Beberapa hanya tiarap, mereka ini umumnya tidak memiliki senjata.

Belanda membalas serangan Pasukan M dengan mitraliur berat jenis browning kaliber 12,7 mm. Namun, karena terlalu dekat, dan posisi LCM lebih tinggi dari perahu Madura, tembakan Belanda hanya mengenai tiang layar. Pasukan M menang posisi.

Kapten Markadi yang tadi terjun di lambung sebelah kanan perahu muncul di lambung sebelah kiri. Dia dibantu rekan-rekannya naik.

Belanda nyaris putus asa karena tembakan mereka tidak maksimal. Mereka lalu menabrak perahu Kapten Markadi. Beberapa orang jatuh ke laut. Tapi naik lagi dibantu pasukan lainnya.

LCM itu main tabrak lagi. Berkali-kali. Saat aksi tabrak-tabrakan itulah Kapten Markadi memerintahkan Pasukan M serempak melempar granat ke dua LCM Belanda.

Satu LCM meledak. Empat awaknya tewas. Satu LCM lainnya berhasil melarikan diri dengan keadaan terbakar pada bagian dek dan lambung kapal.

Sambil mundur ke arah Gilimanuk, LCM itu terus menembak. Tapi tak satupun mengenai sasaran.

Laporan Angkatan Laut Belanda mengabarkan, dalam perjalanan menuju pangkalannya di Gilimanuk, LCM itu tenggelam juga pada akhirnya. Awak kapalnya selamat.

Angkatan perang Indonesia mendapatkan kemenangan pertamanya di laut.

Tak mau larut dengan kemenangan kecil itu, Kapten Markadi segera memerintahkan kedua perahu Pasukan M untuk memutar haluan kembali ke Banyuwangi.

Dia menduga akibat pertempuran laut itu Belanda akan mengamuk dan mendatangkan pesawat-pesawatnya. Tak ada angin bertiup. Arus laut yang sangat deraslah yang menggiring dua perahu Pasukan M ke Banyuwangi.

 Dokumen Bersejarah 

Pertempuran laut itu diberitakan oleh kantor berita Antara, 17 April 1946. Judul beritanya “Pertempoeran Laoet di Selat Bali”. Naskah asli dokumen bersejarah ini awak temukan di Arsip Nasional Republik Indonesia. Berikut cuplikannya...
Yogja,17/4 (Antara)

Pada tg 8/4 di Selat Bali terjadi pertempuran laut yang hebat antara kapal bermotor Belanda dan dua perahu layar Indonesia.

Perahu2 layar tersebut dalam perjalanan ke Bali. Sekonyong-konyong bertemu dengan dua kapal bermotor Belanda (satu kata tak terbaca) yang bersenjata lengkap dan memerintahkan supaya perahu-perahu layar Indonesia itu menyerah.

(satu kata tak terbaca) tetapi perahu2 layar tersebut tidak menghiraukan perintah tersebut. Salah satu dari perahu itu kemudian dikejar oleh kapal bermotor Belanda itu, dan setelah dekat pihak Belanda memerintahkan lagi supaya menyerah.

Perintah itu dituruti oleh nakhoda perahu layar yang dikejar tadi, tetapi tiba-tiba pihak Belanda memberi komando: “Tembak!

Nakhoda perahu layar itu tidak menyangka bahwa akan terjadi peristiwa sedemikian dan dengan cepat diberikannya pula komando kepada anak buahnya: “Tembak!

Pada saat itu juga pertempuran hebat lalu terjadi. Berkat ketangkasan anak buah perahu-perahu layar Indonesia itu, mereka berhasil mematahkan perlawanan Belanda tersebut.

Dari pihak Belanda tewas juru mudinya, penembak mitraliyurnya dan kapten kapalnya. Setelah itu kapal Belanda di atas melarikan diri. Dari pihak Indonesia kita: satu orang hilang satu orang luka.

Naskah berita disesuaikan dengan EYD tanpa merubah isi dan struktur penulisan. Perubahan hanya pada “oe” menjadi “u”, “jang” menjadi “yang”, dan seterusnya.

Antara memberitakan perang laut itu terjadi pada tanggal 8 April 1946. Setelah memeriksa dengan seksama, yang betul 5 April 1946. Ketidakakuratan ini bisa dipahami mengingat berbagai keterbatasan-keterbatasan masa itu. Masa perang, kawan!

Saudara sekalian...senarai kisah di atas diangkat dari buku Pasukan M--Pertempuran Laut Pertama dalam Sejarah RI yang ditulis oleh Iwan Santosa dan Wenri Wanhar.

Ya, 2012 lalu awak bersama Ketua Ong (sapaan awak pada Iwan Santosa, dia wartawan Kompas), berjibaku berburu dan meramu buku itu. Nah, cerita pertempuran di atas, bagian awak. Tanya saja Ketua Ong... (wow/jpnn)
 

  jpnn  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.