Senin, 28 Maret 2016

AS Masukkan Santoso dalam Daftar Teroris Global

Tanggapan KapolriSantoso/Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo

Otoritas Amerika Serikat (AS) memasukkan nama Santoso alias Abu Wardah ke dalam daftar teroris global. Soal daftar teroris itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti hanya menegaskan soal perburuan Santoso yang tetap dilanjutkan.

"Ya lingkupnya lingkup di kita. Bagi saya enggak ada masalah mau global atau yang lain enggak ada masalah, faktanya dia melakukan teror," kata Badrodin usai menghadiri acara peluncuran buku 'Masalah Aktual Kepolisian dan Saran Penanganannya' karya mantan Kapolri Jenderal (Purn) Awaloedin Djamin di Auditorium STIK-PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/3/2016).

Badrodin menyampaikan, Satgas Operasi Tinombala masih berupaya membekuk Santoso dan kelompoknya yang bersembunyi di wilayah pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.

"Enggak ada (bantuan personel dari luar negeri), cukup kita saja," ujarnya.

Dalam pernyataan otoritas AS yang dilansir Reuters, Rabu (23/3/3026), Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menyatakan nama Santoso dimasukkan ke dalam daftar teroris global atau Specially Designated Global Terrorists (SDGT). Santoso yang berasal dari Poso ini sudah 3 tahun terakhir diburu polisi.

"Sebagai dampak dari penunjukan ini, seluruh properti dalam yurisdiksi AS yang terkait dengan Santoso diblokir dan semua warga AS dilarang terlibat transaksi apapun dengan Santoso," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS. (idh/fdn)

 Santoso Dipercaya Memberi Pelatihan Militer Kepada Simpatisan ISIS Asia

Sejumlah WNI, bahkan WN China etnik Uighur telah terindikasi bergabung dengan jaringan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Suriah. Namun untuk bergabung dengan ISIS ini, pengikut di kawasan Asia diwajibkan menjalani tadrib (pelatihan militer) di kelompok Abu Wardah alias Santoso.

"Santoso ini sudah dipercaya oleh Al-Bhagdadi (pimpinan ISIS) untuk melatih para pengikut yang berbai'at kepada ISIS. Jadi sebelum mereka berangkat ke Suriah, mereka harus mengikuti tadrib (pelatihan militer) terlebih dahulu di Poso, dipimpin oleh Santoso," ujar Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi saat berbincang dengan detikcom, Senin (28/3/2016).

Rudy mengatakan, sejak Santoso membai'atkan diri bergabung dengan ISIS, Al-Bhagdadi merespons 'positif' hal itu sehingga Santoso dipercaya untuk membangun jaringan ISIS di Indonesia. Santoso bahkan disebut-sebut menerima aliran dana dari ISIS.

"Santoso ini mendapat aliran dana dari ISIS semenjak dia membai'atkan diri kepada ISIS. Saya kurang tahu berapa dananya, yang tahu Densus. Tapi kemungkinan dana itu dikirim lewat kurir," imbuh Rudy.

Rudy menjelaskan, Santoso berbai'at ke ISIS karena menilai ideologi ISIS sama dengan ideologinya. Tidak hanya ikon barat, namun muslim yang dinilai tidak 'sealiran' dengan kelompoknya dianggap sebagai thogut yang dihalalkan darahnya.

"ISIS ini mereka menganut takfiri atau mengkafirkan orang-orang yang dianggap tidak sealiran dengan mereka, bahkan muslim yang tidak sejalan dengan mereka dianggap darahnya halal. Kelompok mereka yang berbelot pun dihalalkan untuk dibunuh, mereka beda dengan Al-Qaeda," paparnya.

Terkait banyaknya WNI yang mulai bergabung dengan ISIS di Suriah, Rudy menilai bahwa mereka tertarik karena propaganda ISIS.

"Salah satunya propaganda ekonomi seperti iming-iming kesejahteraan, uang atau penghasilan yang berlimpah, padahal tidak begitu," pungkasnya. (mei/erd)

 Kelompok Santoso Terbelah

Seorang anggota teroris kelompok Santoso, MAQ atau Brother, turun gunung untuk memisahkan diri karena kelaparan dan sudah tidak sepaham dengan ajaran Santoso. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan kelompok Santoso kini telah terpecah.

"Menurut saya bagus karena ada kebijakan perintah Santoso tidak disepakati, tidak sepaham dengan perintah itu sehingga itu ada dua kelompok," kata Badrodin di Auditorium STIK-PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (28/3/2016).

"Ya ada kelompok Santoso cukup besar dan kelompok lain," sambungnya.

Badrodin tidak mau menjelaskan lebih jauh tentang kelompok lain yang tidak sepaham lagi dengan Santoso tersebut. Namun soal kekuatan, kelompok Santoso lebih kuat dibanding kelompok lain tersebut.

"Tidak perlu kita sampaikan," ujarnya.

Lalu, apakah ada cara khusus untuk menangkap Santoso dan kelompoknya? "Ya ini kan terus diupayakan untuk bisa tertangkap. Kalau bisa lebih cepat lebih baik. Justru operasi kita lakukan dalam rangka dekati itu," jawab Kapolri. (idh/aan)
 

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.