Kamis, 17 Maret 2016

Pemberontakan di Papua Tidak Boleh Dibiarkan!

Bagaimana jika disebut sebagai teroris ?⚓️ Ilustrasi pasukan pemberontak [antara]

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, kelompok separatis atau pemberontak tidak boleh dibiarkan terus ada di Indonesia.

"Ini tidak boleh dibiarkan. Negara manapun tetap kita kejar. Jangan seenaknya sipil bersenjata pemberontak," kata Ryamizard di Jakarta, Kamis (17/3/2016), seperti dikutip Antara.

Dia meyakini, setiap pemberontakan didalangi oleh negara lain.

"Setiap pemberontakan pasti ada dalangnya di luar negeri, bekingnya, itu urusan saya. Jangan macam-macam lah yang di luar," tegasnya.

Menurut Ryamizard, jika di Papua terus menerus terjadi penembakan atau penyerangan dari kelompok bersenjata, rakyat akan selalu dihantui oleh ketakutan.

"Kita cukup lah bersabar, itu harus dihentikan dengan cara terbaik," ucapnya.

Kelompok separatis bersenjata di Papua kembali menebar teror tepatnya di Desa Agenggen, Daerah Sinak, Kabupaten Puncak pada Selasa (15/3/2016) siang sekitar pukul 13.45 WIT.

Sebanyak empat pekerja PT Modern yang mengerjakan proyek pembangunan jalan dari Sinak ke Mulia di Kabupaten Puncak Jaya tewas tertembak.

Sebelumnya Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom menyatakan, pihaknya akan tetap melakukan aksi penyerangan demi memperjuangkan kemerdekaan Papua.

"Aksi ini adalah bagian dari revolusi yang bertahap yang telah ditetapkan dalam pertemuan di Biak pada tahun 2012 lalu. Aparat dan warga yang menjadi korban adalah kesalahan pemerintah yang tak mau memberikan kebebasan bagi kami," ujar Sebby.

 OPM Klaim Serang TNI di Puncak Jaya

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom menyatakan pihaknya yang menyerang anggota TNI di Desa Ilekme, Kabupaten Puncak Jaya, pada Rabu (9/3/2016) lalu.

Berdasarkan data kronologis dari pihak TNI, anggota TNI dari puluhan anggota Satgas Batalyon Infrantri 751/Raider dan Satgas Batalyon Infantri 509/Raider saat sedang berpatroli di Ilekme. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun, pihak TNI menghabiskan sebanyak 160 butir amunisi kaliber 5,56 milimeter dalam kontak senjata dengan kelompok itu.

Sementara salah itu seorang supir alat berat atau eksavator hampir terbunuh dalam baku kontak antara TNI dan OPM tersebut.

Sebby saat dihubungi dari Jayapura pada Jumat (11/3/2016) mengatakan, aksi ini dipimpin langsung Komandan Operasional TPN OPM Lekagak Telenggen yang berpangkat Brigadir Jenderal.

"Aksi ini adalah bagian dari revolusi bertahap yang digelar OPM untuk meraih kemerdekaan bagi Papua Barat," kata Sebby.

Ia pun menyatakan, segala aksi revolusi telah ditetapkan sesuai konferensi OPM di Kabupaten Biak Numfor pada bulan Mei tahun 2012 lalu.

Sementara itu Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Teguh Pudji Raharjo mengatakan, aksi yang dilakukan kelompok separatis telah menganggu upaya pemerintah daerah yang sedang membangun jalan untuk masyarakat dari Mulia, Ibukota Puncak Jaya ke Bandara Sinak.

"Anggota diserang saat sedang memantau pembangunan jalan. Kami telah menyiagakan sekitar 100 personel aparat TNI di tempat itu untuk mengamankan pembangunan jalan dari Mulia ke Sinak," ujar Teguh.
 

  Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.