Jumat, 01 April 2016

Asean Harus Bersatu Selesaikan Konflik Laut China Selatan

Kronologi penangkapan kapal maling ikan di Natuna [the diplomat]

Wilayah Laut China Selatan masih menjadi pertikaian oleh negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Asean, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei dengan Tiongkok. Ini dikarenakan Negeri Tirai Bambu mengklaim hampir semua wilayah perairan tersebut.

Menurut profesor bidang Kajian Strategis dan Studi Maritim Tiongkok di US Naval War College Peter Dutton cara tercepat untuk menyelesaikan konflik tersebut adalah dengan bersatunya negara-negara Asean dan merumuskan klarifikasi bersama.

Karena setiap negara punya kepentingan ekonomi di sana. Jadi penting sekali untuk Indonesia dan negara terkait menyatakan sikap terkait sengketa di sana. Lebih baik seperti itu daripada terjadi ketidakseimbangan di kawasan dan melanggar standar internasional,” ujar dia dalam telekonferensi dari Boston, Amerika Serikat (AS), kepada wartawan di Kedutaan Besar AS, Jakarta, Rabu (30/3).

Saat disinggung mengenai Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan yang sedang digodok Asean, Dutton memandang hal itu tidak menyelesaikan masalah. Sebab CoC bersifat tidak mengikat sehingga tidak memberikan efek jera.

Salah satu tantangan dari Code of Conduct ini adalah bagaimana caranya supaya dapat mengikat. Harus ada konsekuensi jika ada yang melanggar Code of Conduct dan itu harus diperhatikan secara hati-hati,” tutur Dutton.

Selain itu, lanjut Dutton, dokumen hasil dari CoC ini juga harus menetapkan batasan jelas atas sumber daya yang ada di Laut China Selatan, jangan hanya masalah kedaulatan. Pasalnya, masalah wilayah sebenarnya sudah diatur jelas dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS).

Harus ada hasil yang jelas tak hanya mengenai mana pulau saya dan pulau kalian, tapi juga mana sumber daya saya, mana sumber daya kalian, mana ikan saya, mana ikan kalian. Apakah minyak ini milik saya atau kalian? Mereka harus segera mencari win win solution,” papar Dutton.

Ia menilai sikap Indonesia selama ini sudah benar. Indonesia mampu membuktikan konsistensinya, memainkan peran penting dan aktif meminta negara-negara Asean untuk menahan diri.

Meski berperan hanya di belakang layar, tetapi Indonesia menunjukkan kepemimpinan yang bagus dan posisi publik yang jelas,” pungkas dia.

Bahkan Dutton melihat Indonesia telah menjadi model bagi seluruh kawasan soal ketegasan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dalam UNCLOS tiga puluh tahun yang lalu.

Dutton menilai Indonesia sebagai negara yang secara alami menjadi pemimpin di Asean (berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk), dan dapat menyerukan pihak-pihak pengklaim di Laut China Selatan untuk menegakkan norma hukum berdasarkan UNCLOS serta hukum internasional lainnya di kawasan tersebut.

Hal itu adalah sikap yang penting untuk menunjukkan di mana posisi Indonesia untuk menyelesaikan perselisihan di Laut China Selatan melalui jalur damai,” kata dia.
 

  Berita Satu  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.