Jumat, 13 Mei 2016

Presiden Belum Tentu Umumkan Pembelian Sukhoi 35

Ke RusiaIlustrasi Su 35 Rusia [sputnik]

Presiden Joko Widodo belum tentu akan mengumumkan rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi 35 dalam lawatannya ke Rusia pekan depan. Presiden berada di Rusia guna menghadiri pertemuan puncak Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) di Sochi pada 19-20 Mei 2016.

Sebagaimana diberitakan media, Indonesia berencana membeli 10 unit pesawat tempur Sukhoi 35. Direktur Eropa Timur dan Tengah Kementerian Luar Negeri, Tyas Baskoro Her Witjaksono Adji, menyatakan pembahasan soal pembelian tersebut masih berlangsung. “Belum diputuskan. Masih dalam proses,” kata Witjaksono dalam briefing mingguan di Ruang Palapa, Pejambon, Jakarta, Kamis, 12 Mei 2016.

Meskipun hal itu mungkin diangkat dalam pertemuan bilateral, pengumumannya sangat bergantung pada selesai-tidaknya proses pembelian.

Presiden akan langsung bertolak ke Sochi setelah melawat ke Korea Selatan. “Kunjungan pertama Presiden ke Rusia, mitra penting Indonesia, bilateral, regional, maupun global,” kata Witjaksono.

Dia menambahkan, hal-hal yang akan dibahas antara lain masalah ekonomi soal upaya memperluas akses pasar, unggulan, peningkatan investasi Rusia di Indonesia, terutama di bidang infrastruktur, energi, serta kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan.

Kerja sama pertahanan dan keamanan yang dimaksud tidak spesifik soal pembelian alutsista. Antara lain dialog, konsultasi, isu keamanan, pertukaran informasi, pengalaman dalam menggelar operasi perdamaian, dan pengembangan hubungan.

Selain itu, akan diumumkan pula komunike bersama guna memerangi penangkapan ikan ilegal atau illegal, unregulated, undocumented (IUU) fishing, serta nota kesepahaman di bidang kearsipan.

Pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Joko Widodo di sela KTT APEC di Beijing, 10 November 2014, antara lain membahas target nilai perdagangan bilateral sebesar US$ 5 miliar dalam waktu dekat. Selain itu, mereka membahas peluang pasar Rusia bagi produk pertanian dan hortikultura Indonesia.

Dibahas pula soal proyek investasi Rusia di bidang pembangunan jalur kereta api di Kalimantan Timur dan pembangunan aluminium smelter di Kalimantan Barat. Rusia menawarkan produk berteknologi tinggi, seperti pesawat sipil SSJ-100, alutsista, radar, dan kendaraan berat “KAMAZ”. Rusia juga menawarkan diri untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia.

Pada 19 November 2015 telah dilakukan groundbreaking oleh Presiden RI pada proyek investasi Rusia di Kalimantan Timur dengan total nilai investasi mencapai US$ 5,51 miliar (sekitar Rp 72 triliun), meliputi pembangunan jalur kereta api, pelabuhan/terminal batu bara, dan technopark.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi langsung (FDI) Rusia di Indonesia pada 2016 triwulan pertama mencapai US$ 578 ribu dalam lima proyek. Sedangkan pada 2015 mencapai US$ 1,01 juta dalam 17 proyek.

Data perdagangan bilateral RI-Rusia pada 2015 mencapai US$ 1,98 miliar atau turun 24,83 persen dibandingkan dengan 2014. Sedangkan pada 2014 mencapai US$ 2,64 miliar, turun 25,01 persen dibanding 2013 yang mencapai US$ 3,52 miliar. Namun pada 2014 RI mengalami defisit sebesar US$ 536,94 juta, sedangkan pada 2015 mengalami surplus US$ 1,10 juta.

   Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.