Rabu, 01 Juni 2016

[Dunia] Saudi Tangkis Serangan Roket Houthi

Sudah Dua Kali Dalam SebulanSaudi tangkis rudal balistik pemberontak Houthi. (Foto: Reuters)

Untuk kedua kalinya dalam bulan ini, Arab Saudi mendapat serangan rudal balistik dari Yaman. Serangan yang diluncurkan kelompok pemberontak Houthi itu diarahkan ke Saudi pada Senin 30 Mei 2016 malam waktu setempat dan telah ditangkis serta dihancurkan di udara.

Serangan Houthi tersebut dipastikan merupakan pelanggaran gencatan senjata yang disepakati pemerintah Yaman, Saudi sebagai negara pendukung dan kelompok pemberontak Houthi pada 10 April lalu.

Terkait serangan udara tersebut, pihak Saudi menegaskan tidak akan tinggal diam terhadap pelanggaran gencatan senjata dalam bentuk apapun. Media setempat sayangnya tidak menjelaskan secara rinci mengenai sasaran maupun jenis misil yang digunakan Houthi dan yang digunakan Kerajaan Arab untuk membalas.

"Pihak koalisi, melalui pernyataan ini, menegaskan bahwa pelanggaran gencatan senjata oleh milisi Houthi beserta para pendukungnya yang menyasar wilayah kerajaan, akan memaksa koalisi untuk mempertimbangkan kembali kemungkinan akan perjanjian ini (terkait pertahanan diri)," demikian yang diwartakan SPA, Selasa (31/5/2016).

Sebelumnya, Saudi dibikin dongkol oleh ulah Houthi pada 9 Mei lalu. Saat itu, rudal balistik tiba-tiba melayang dari Yaman ke arah Saudi, namun berhasil digagalkan juga sebelum jatuh ke sasaran.

Arab Saudi memimpin koalisi negara Arab untuk melakukan intervensi di Yaman sejak Maret 2015. Melalui serangan udara, mereka mencoba mengembalikan kedudukan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi di Yaman. Tokoh yang justru ditolak mentah-mentah oleh pihak Houthi, yang didukung oleh pasukan yang setia terhadap mantan presiden Ali Abdullah Saleh.

Hadi digulingkan dan Houthi mengambil alih kekuasaan di Kota Aden, memaksa Presiden Hadi minggat dari negaranya sendiri. Akibat perang saudara yang bergejolak di Yaman, sedikitnya 6.200 orang tewas dan lebih dari 2,5 juta orang terpaksa mengungsi dari tempat tinggalnya.

Pihak Houthi menjelaskan keberhasilan merebut Ibu Kota Sanaa pada 2014 dan kemajuan mereka di Aden sebagai bagian dari revolusi melawan korupsi. Selain juga untuk menghentikan serangan dari Al Qaeda. Mereka telah menuduh koalisi pimpinan Arab Saudi melanggar gencatan senjata dengan melakukan serangan udara.

PBB berusaha menengahi konflik ini dan membawa kedua belah pihak yang berseteru ke meja perundingan damai di Kuwait. Dengan tujuan untuk mengakhiri perang yang telah bergulir selama 14 bulan terakhir dan meringankan krisis kemanusiaan di negara termiskin di Semenanjung Arab itu. Sayangnya, hingga saat ini, pertemuan yang diadakan oleh PBB itu masih menghasilkan sedikit kesepakatan. (Sil)

   Okezone  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.