Rabu, 29 Juni 2016

Proyek Pangkalan Militer Natuna Harus Selesai Dalam 3 Tahun


Presiden Joko Widodo hari ini mengadakan rapat terbatas membahas soal Kepulauan Natuna dengan sejumlah menteri. Rapat itu untuk menindaklanjuti kunjungan Jokowi pekan lalu ke Natuna, menyusul pencegatan kapal TNI Angkatan Laut atas kapal China yang ketahuan menyusup ke Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di perairan kepulauan tersebut.

Pemerintah, kata Jokowi, ingin menjadikan Kepulauan Natuna sebagai pangkalan induk pertahanan negara di ujung terluar. Terkait hal itu, akhir tahun ini atau paling lambat mulai tahun depan, Indonesia dipastikan akan memulai pembangunan pangkalan militer untuk tiga matra, yakni laut, darat dan udara di Kepulauan Natuna.

Kepastian pembangunan itu disampaikan oleh Menteri Koodinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan. "Iya kita harapkan akhir tahun ini mulai bangun. Pembangunan itu untuk tiga tahun mulai 2017-2019," ujar Luhut di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu, 29 Juni 2016.

Karena itu, menurut mantan kepala kantor staf kepresidenan tersebut, paling lambat awal tahun 2017, proyek penguatan pertahanan Indonesia di dekat kawasan Laut China Selatan itu akan direalisasikan.

Untuk anggarannya, Luhut masih enggan membocorkan, berapa banyak rupiah yang harus dirogoh pemerintah. "Awal tahun depan. Anggarannya masak saya kasih tahu kamu," ungkap dia.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, juga pernah mengungkapkan bahwa pemerintah akan membangun pangkalan militer di sejumlah wilayah perbatasan Indonesia, tak hanya di kepulauan Natuna. Upaya itu untuk memperkuat kawasan perbatasan.

"Tahun 2017, perbatasan harus diperkuat dengan pangkalan militer," ujar di kantor Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis 19 Mei 2016.

Senada, Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Sidik juga pernah menyampaikan bahwa rencana pembangunan pangkalan militer Indonesia di Kepulauan Natuna sudah ada sejak tahun 2015.

DPR sendiri juga telah menyetujui pengalokasian anggaran sebesar Rp 450 miliar untuk pembangunan pangkalan militer Indonesia di Kepulauan Natuna. "Kita menyetujui usulan TNI untuk melakukan realokasi atau pergeseran anggaran sekitar Rp 450-an miliar untuk kebutuhan penguatan pangkalan TNI di Natuna," kata Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, di kompleks Parlemen di Jakarta, Senin, 21 September 2015 lalu.

DPR pun sudah menyatakan dukungannya atas rencana itu. Anggaran pun sudah disiapkan meski terbatas di APBN 2015 dan APBN Perubahan 2016. "Dibutuhkan tambahan anggaran sekira Rp 1,3 triliun dari sebelumnya sekira Rp 400 miliar," ungkapnya kemudian pada Kamis, 24 Maret 2016 lalu.

Namun, anggaran tersebut baru untuk pembangunan pangkalan militer. Belum termasuk persenjataan tiga matra TNI. Sementara untuk kebutuhan senjata, peralatan dan anggota TNI yang akan disiagakan pemerintah, masih dilakukan kajian sesuai kebutuhan. "Target 2017 harus selesai," kata Mahfudz.

Untuk diketahui, TNI sesungguhnya sudah bersiaga sejak lama mengantisipasi konflik perebutan kawasan itu. Sejak 1996, ribuan personel TNI disiagakan di Natuna maupun di Kepualuan Anambas, yang lokasinya tidak jauh dari daerah kaya minyak itu.

Indonesia belum bersengketa langsung dengan Tiongkok. Sebelum isu peta Tiongkok dengan sembilan garis titik-titik menyinggung Natuna pada 2009, Vietnam dan Filipina yang diketahui sering perang urat saraf dengan Negeri Tirai Bambu itu.

TNI mencurigai Tiongkok sengaja memasukkan bagian dari Kepulauan Natuna dalam Nine-Dash Line, batas tidak jelas yang digunakan pada peta Tiongkok untuk mengklaim sekira 90 persen dari laut di daerah itu. (ren)

Pesawat Tempur dan Kapal Selam Akan Ditempatkan di Natuna
Pemerintah memastikan Kepulauan Natuna akan menjadi basis pertahanan militer untuk wilayah Indonesia di laut. Untuk itu, akan ada penambahan anggaran pertahanan untuk penyiapan kawasan tersebut.

Menurut Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, sejumlah infrastruktur yang akan disiapkan cukup banyak. Mengingat Natuna merupakan perbatasan Indonesia di laut yang berhadapan langsung dengan beberapa negara.

"Yang paling utama runway di Natuna tidak dimungkinkan untuk bisa dilandasi oleh pesawat-pesawat besar. Salah satu yang akan dilakukan perbaikan adalah runway-nya supaya pesawat besar bisa mendarat," kata Pramono di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 29 Juni 2016.

Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu menambahkan, tujuan perbaikan runway tersebut agar di Natuna bisa dilandasi oleh F-16 dan Sukhoi. "Pesawat tempur kan nggak boleh sembarangan, dia ngisep, kalau ada kerikil-kerikil ini bahaya. Dan dilebarkan (runway)," ujarnya.

Ryamizard mengaku, nantinya di kawasan Kepulauan Natuna juga akan ditempatkan tiga kapal selam yang baru dibeli dari Korea. Satu unit telah ada, satu lagi akan ada bulan depan dan khusus yang ketiga akan ditempatkan sementara di Surabaya. "Harusnya yang ketiga ini di sana (Natuna), tapi infrastruktur kan belum," katanya. (mus)

Jokowi Minta Patroli Keamanan Natuna Segera Ditingkatkan

Perairan Natuna sebagai salah satu kawasan terdepan Indonesia, sudah lama menjadi sasaran pencurian ikan oleh nelayan negara lain. Terakhir, terjadi saat TNI Angkatan Laut menangkap kapal ikan berbendera China, yang diduga melakukan illegal fishing pada 17 Juni 2016 lalu.

Kejadian itu berbuntut pada kunjungan Presiden Joko Widodo ke lokasi, sekaligus menggelar rapat di atas KRI Imam Bonjol bersama jajaran terkait, seperti Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, serta Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

Menindaklanjuti rapat terbatas di perairan Natuna itu, Presiden kembali mengingatkan pentingnya meningkatkan keamanan di wilayah itu.

"Di sektor pertahanan untuk menjaga sumber daya alam kita, menjaga kedaulatan kita, Natuna sebagai pulau terdepan, dalam ratas (rapat terbatas) yang lalu telah saya perintahkan TNI, khususnya TNI AU, Bakamla (Badan Keamanan Laut) agar tingkatkan patroli penjagaan di kawasan Natuna," jelas Jokowi.

Selain itu, Presiden meminta perbaikan infrastruktur segera dilakukan di wilayah itu untuk mendukung peningkatan patroli keamanan. "Beberapa infrastruktur yang mau dibangun, diperbaiki dan segera dimulai," katanya.

Ada tiga sektor, yang diputuskan pemerintah untuk dikembangkan, yakni sektor industri perikanan, industri migas dan pertahanan. Jokowi mengatakan pengembangan sektor perikanan di Natuna masih minim karena potensi ikan di perairan itu belum digarap secara maksimal.

"Saya dapat laporan bahwa produksi di sektor kelautan dan perikanan di Natuna hanya sebesar 8,9 persen dari potensi yang kita miliki. Ini perlu didorong dan dipercepat sehingga bisa datangkan manfaat bagi kita," ungkap Jokowi.

Terkait migas di Natuna, Jokowi mengungkapkan baru 5 dari 16 blok migas di sekitar Natuna yang produksi. Sementara 7 blok masih ekplorasi, dan 4 blok dalam proses terminasi. "Oleh sebab itu, kita dorong agar proses produksi bisa segera dilakukan," katanya.
 

  Vivanews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.