Rabu, 20 Juli 2016

[Dunia] Pembunuhan Erdogan yang Gagal dan Kisah di Balik Kudeta Turki

http://images.cnnindonesia.com/visual/2016/07/16/f9d42fb5-47e0-4cb4-ae74-a633ffe6fe32_169.jpg?w=650Tentara dua kali gagal membunuh Erdogan saat kudeta akhir pekan lalu, di hotelnya dan di pesawat. Langkah Erdogan berikutnya memicu semangat juang rakyat Turki. (Reuters/Huseyin Aldemir)

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hampir jadi sasaran pembunuhan, namun gagal karena situasi yang tidak sesuai rencana dalam percobaan kudeta akhir pekan lalu. Kisah lainnya yang terungkap adalah ketegangan para petinggi pemerintah Erdogan saat militer menyatakan kudeta.

Dalam pernyataannya di Istanbul, tidak lama setelah melakukan wawancara dengan CNN Turk melalui aplikasi FaceTime, Erdogan mengatakan kota tempatnya berlibur, Marmaris, di bom sesaat setelah dia meninggalkan tempat tersebut.

CNN Turk, seperti dikutip The Guardian, juga mengungkapkan upaya pembunuhan Erdogan oleh para militer pembangkang. Sebanyak 25 tentara, lapor CNN Turk, menyambangi penginapan tempat Erdogan menginap di Marmaris. Saat itu, Erdogan baru saja beranjak setelah tahu ada kudeta, padahal baru 20 menit dia tiba di Marmaris.

Para tentara tersebut, turun dari helikopter, menembaki penginapan itu untuk membunuh Erdogan, tapi gagal karena presiden Turki itu telah pergi ke Istanbul.

Dalam penerbangan ke Istanbul, nyawa Erdogan juga diincar. Menurut laporan Reuters, dua jet tempur F-16 yang dikendarai para tentara pelaku kudeta telah mengunci pesawat Erdogan dalam radar tembak.

Menurut pejabat anti-terorisme kepada The Guardian, tembakan urung dilakukan setelah tahu Erdogan terbang menggunakan pesawat sipil Turkish Airlines di kelas bisnis.

Kudeta militer yang berlangsung pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari itu mengguncang Turki. Militer di Istanbul menurunkan tank-tank untuk memblokir jalan-jalan, salah satunya akses di jembatan yang melintang di atas selat Bosphorus.

Militer menguasai kantor berita TRT, mengatakan kudeta dilakukan demi mengembalikan demokrasi. Setengah percaya, sembilan orang menteri senior melakukan rapat di kantor perdana menteri, seperti disampaikan oleh salah satu menteri yang hadir, kepada The Guardian.

Saat itu, kata dia, para menteri sudah siap mati jika kudeta berhasil. "Mereka [tentara] mungkin berhasil dan kami akan mati malam ini. Biarkan kami siap mati. Kami akan mati syahid dalam pertempuran ini," kata dia.

Menteri ini kemudian meminta pengawalnya untuk mengambilkannya pistol. Pasukan keamanan yang bertugas melindungi bangunan itu diperintahkan keluar ruangan, karena mereka tidak tahu siapa lagi yang bisa dipercaya.

"Apakah ini nyata?" kata cemalettin Hasimi, penasihat senior Perdana Menteri Binali Yildirim di Ankara dalam rapat dengan para menteri tersebut.

"Ya, ini nyata," jawab seseorang. "Tapi kami tidak yakin apakah pelakunya termasuk dalam rantai komando atau hanya faksi di kemiliteran."

Masyarakat Turki turun ke jalan. (Reuters/Yagiz Karahan)

Banyak yang mengatakan upaya kudeta itu adalah tindakan para amatir. Tapi kisah yang muncul setelahnya menunjukkan kudeta direncanakan dengan matang dan terencana.

Contoh di Ankara, di hari kudeta pecah, menteri dalam negeri Turki, Efkan Ala, diundang untuk rapat dengan para pejabat keamanan lainnya pada pukul 5 sore. Namun dia tidak bisa hadir karena jadwalnya terlalu padat. Saat terjadi kudeta, Ala terjebak di bandara Esenboga, Ankara, dan membentuk jaringan krisis di tempat itu. Dia dilindungi oleh masyarakat Ankara yang menentang kudeta.

Beruntung Ala tidak memenuhi undangan rapat itu. Pejabat badan anti-terorisme yang mengepalai kampanye pemberantasan ISIS datang ke rapat di istana presiden di Ankara tersebut. Dia ditemukan tewas dengan tangan terikat di belakang dan ditembak di leher.

Kembali ke kantor perdana menteri, keputusasaan menyergap para petinggi pemerintahan. Mereka sudah hampir menyerah saat Erdogan muncul dalam sebuah wawancara di CNN Turk dengan aplikasi Facetime.

"Apa itu FaceTime? Kenapa saya tidak punya?" kata seorang menteri di tempat itu.

Pernyataan Erdogan kala itu membangkitkan semangat juang dalam diri para menteri dan rakyat. Erdogan mengatakan tidak akan menyerah dan kudeta itu ilegal. Dia juga menyerukan rakyat Turki untuk turun ke jalan melawan militer.

"Itu adalah saat ketika mental kami berbalik dan kami berpikir akan menang," kata Hasimi.

Usai wawancara itu, Kementerian Agama Turki memerintahkan semua masjid di negara itu mengumandangkan takbir, "Allahu Akbar". Kemudian ribuan orang di Istanbul dan Ankara tumpah ruah ke jalan, melawan kudeta militer.

Berita lainnya mengemuka di saat-saat genting, antara pidato Erdogan dan gagalnya kudeta sekitar pukul 4 pagi. Sekitar pukul 1 dini hari, Sabtu (16/7), pejabat Turki mengatakan komandan polisi di kota Bursa menahan seorang komandan militer, dan menyita daftar nama setebal enam halaman.

Dalam daftar itu adalah orang-orang yang nantinya akan menempati posisi hakim dan pejabat militer jika Erdogan digulingkan. Tentara pro-kudeta lainnya tertangkap memiliki daftar nomor telepon jalur rahasia untuk menerima perintah.

Laporan ini membuktikan kudeta Turki bukan peristiwa yang tiba-tiba muncul, melainkan telah direncanakan sebelumnya.

"Sebenarnya peristiwa tersebut sangat terencana, namun langkah pemimpin dan gerakan dari rakyat merusak seluruh rencana itu," kata Hasimi.

"Kudeta bisa saja berhasil. Tapi mereka kehilangan kesempatan saat presiden dan perdana menteri mengudara, dan saat komandan tinggi militer tampil di udara dan menyatakan mendukung demokrasi, dan saat masyarakat menolak untuk pulang ke rumah," lanjut Hasimi.

Sedikitnya 209 orang tewas, termasuk warga sipil dan aparat keamanan, hampir 1.500 orang terluka dalam peristiwa akhir pekan lalu itu.

Hampir 18 ribu orang ditahan menyusul kudeta, termasuk di antaranya 6.000 anggot amiliter, sekitar 9.000 polisi, sedikitnya 3.000 hakim dan 30 gubernur. (stu)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.