Rabu, 20 Juli 2016

[Dunia] Menlu Filipina Menolak Berdialog dengan China

Soal LCS Scarborough Soal di LCS. (Al Jazeera)

Dalam sebuah konferensi pers di kantornya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Filipina Perfecto Yasay menyatakan telah menolak proposal China untuk berdialog soal sengketa Laut China Selatan (LCS). Menurutnya, hasil persidangan Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) di Den Haag yang diumumkan pekan lalu merupakan hal yang tidak bisa dinegosiasikan lagi.

(Menlu China) meminta kepada kita untuk membuka diri dan melangsungkan negosiasi bilateral, tetapi di luar atau (secara tidak langsung menyiratkan) dengan mengabaikan putusan arbitrase. (Permintaan) ini adalah sesuatu yang saya katakan kepadanya tidak bisa diterima, karena tidak sejalan dengan konstitusi dan kepentingan nasional kami,” tegas Yasay, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/7/2016).

China sendiri sudah menegaskan sejak jauh-jauh hari bahwa apa pun keputusan dari pengadilan internasional tersebut tentang status kedaulatan mereka di LCS, tidak akan dituruti. Mendengar hasil keputusan PCA yang mengabulkan tuntutan Filipina, Negeri Tirai Bambu pun geram dan mengumumkan pelatihan militer yang akan dimulai hari ini hingga Kamis 21 Juli 2016.

Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA-AF) bahkan telah menerbangkan pesawat pengebom (bomber) H-6K berkemampuan nuklir di atas Scarborough Shoal, pulau di Laut China Selatan yang disengketakan, pada Senin 18 Juli. Manuver China ini terjadi tiga hari setelah putusan Pengadilan Tetap Arbitrase (PCA) keluar pada 12 Juli.

Yasay dan kompariotnya di China, Menlu Wang Yi, bertemu pada kesempatan KTT Asia-Eropa (ASEM) di Ulan Bator, Mongolia, pada akhir pekan lalu. Dalam pertemuan singkat tersebut, Yasay menegaskan bahwa prioritas Filipina adalah menegosiasikan hak para nelayan mereka untuk mengambil sumber daya laut di LCS di Scarborough Shoal dikembalikan.

Sementara persoalan lain terkait implementasi putusan-putusan PCA lainnya di kawasan perairan tersebut ke depannya akan diselesaikan satu per satu. (Sil)

 China Peringatkan Filipina, Berunding atau Perang 
Pesawat bomber nuklir China 6-HK di atas Laut China Selatan. (Foto: Weibo) Pesawat bomber nuklir China 6-HK di atas Laut China Selatan. (Weibo)

Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay Jr, pada Selasa (19/7/2016) mengungkap peringatan dari China yang minta berunding soal sengketa wilayah Laut China Selatan di luar putusan pengadilan arbitrase. Menurutnya, China memperingatkan untuk berunding atau perang.

Yasay mengaku memiliki kesempatan untuk membahas putusan pengadilan arbitrase bersama Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di sela-sela pertemuan Asia-Eropa di Mongolia akhir pekan lalu. Namun, Menlu Filipina itu menolak permintaan Menlu China untuk berunding di luar putusan pengadilan arbitrase.

Seperti diketahui putusan pengadilan arbitrase di Den Haag yang keluar pada 12 Juli 2016 lalu memenangkan semua gugatan Filipina terhadap China perihal sengketa wilayah di kawasan Laut China Selatan.

Mereka telah bersikeras kepada kami untuk tidak, atau bahkan membuat komentar tentang itu. Dan juga telah meminta kami untuk membuka diri guna bernegosiasi bilateral tetapi di luar putusan arbitrase,” ujar Yasay dalam sebuah wawancara dengan ANC’s Headstart.

Meski demikian, Yasay tetap menolak permintaan Wang Yi, karena tidak konsisten dengan konstitusi negara dan kepentingan nasional Filipina.

Yasay melanjutkan bahwa Wang Yi kemudian memperingatkan dirinya bahwa konfrontasi mungkin pecah jika Filipina bersikeras pada putusan Pengadilan Tetap Arbitrase (PCA).

Mereka mengatakan bahwa, jika Anda akan bersikeras pada putusan dan tidak mendiskusikannya di sepanjang jalur tersebut, maka kita mungkin akan menuju konfrontasi,” lanjut Yasay, seperti dikutip Philstar.

Diplomat top Filipina ini menginginkan jaminan bahwa nelayan Filipina diizinkan mengakses ke Scarborough Shoal, wilayah yang jadi sengketa kedua negara.

Menurutnya, China harus memikirkan kembali posisinya pada klaim “Nine-Dash Line” yang disengketakan menyusul putusan Pengadilan Tetap Arbitrase. Sebab, jika mengabaikan maka China akan kehilangan rasa hormat dari masyarakat internasional.

Sidang arbitrase benar-benar menolak klaim tidak posisi China pada ‘Nine-Dash Line’ yang bersangkutan," pungkas Yasay. (FIK)

  Okezone  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.