Senin, 18 Juli 2016

Panglima TNI Instruksikan Prajuritnya Bersiap Bebaskan Sandera WNI di Filipina

http://assets.kompas.com/data/photo/2015/09/22/154508120150922-144236-1780x390.jpgPanglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta prajuritnya bersiap untuk membebaskan warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina.

"Kepada prajurit TNI, saya perintahkan untuk selalu siap menghadapi segala kemungkinan, apabila TNI dilibatkan dalam upaya pembebasan sandera," ujar Gatot dalam amanat upacara bendera di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, sebagaimana dikutip siaran pers Puspen TNI, Senin (18/7/2016).

Gatot akan menerjunkan prajurit TNI untuk membebaskan sandera jika pemerintah Filipina memutuskan militer negara asing boleh masuk ke wilayahnya.

Di depan para prajurit, Gatot menegaskan, penyanderaan WNI tidak dapat ditoleransi. Sebab, penyanderaan oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan perbatasan Filipina dan Indonesia bukan hanya sekali atau dua kali terjadi, namun seringkali.

Dalam kesempatan yang sama, Gatot juga meminta prajurit TNI selalu siap menghadapi ancaman terorisme, baik dari dalam maupun luar negeri. Ia menekankan agar teror di luar negeri dapat dicegah masuk ke dalam negeri.

"Terorisme tidak mengenal agama, tingkatkan kewaspadaan melalui deteksi dan cegah dini, tingkatkan pengamanan pangkalan serta sistem keamanan," ujar dia.

Total, sudah empat kali WNI disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Terakhir, tiga WNI disandera kelompok Abu Sayyaf ketika melewati perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia.

Mereka adalah ABK pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim berbendera Malaysia.

Sebelum penyanderaan tiga WNI, tujuh anak buah kapal (ABK) WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan.

Penyanderaan itu terjadi pada Senin (20/6/2016). Selain membajak kapal, penyandera meminta tebusan sebesar Rp 60 miliar. Dengan demikian, total 10 WNI masih disandera.

Sebelumnya, 10 WNI ABK kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf dan dibebaskan pada awal Mei 2016. Selain itu, empat ABK kapal tunda Henry juga disandera kelompok yang sama. Keempatnya dibebaskan pada pertengahan Mei 2016.

 Indonesia-Filipina Sepakat Tempatkan Militer di Kapal Dagang 

Asisten Operasi Panglima TNI dan Asisten Operasi Angkatan Bersenjata Filipina secara komprehensif membahas strategi agar pembajakan kapal dan penyanderaan warga negara Indonesia di Perairan Sulu, tidak terulang.

Pembahasan itu membuahkan hasil yang dinilai mampu mencegah pembajakan dan penyanderan, yakni dengan menempatkan militer masing-masing pada kapal yang melintas di perairan tersebut.

"Salah satu tindakan yang telah disepakati, yakni penugasan personel keamanan bersenjata di atas kapal niaga masing-masing negara," ujar Kepala Bidang Penerangan Internasional Pusat Penerangan TNI Kolonel Laut Sultan Djanieb melalui siaran pers, Jumat (15/7/2016).

Selain itu, disepakati pula patroli maritim atau 'passing exercise' antara militer kedua negara, yakni oleh Western Mindanao Command Angkatan Bersenjata Filipina dan Komandan Lantamal XIII/Tarakan.

Kedua negara juga menyepakati mengembangkan aturan bersama soal wilayah perairan yang diawasi.

Sultan mengatakan, kesepakatan itu didasarkan pada RP-RI Border Patrol Agreement tahun 1975.

Aturan itu kemudian diimplementasikan dalam Forum Komite Perbatasan RI-RPBC yang diketuai oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur dan Commander of Eastern Mindanao Command.

"Kedua delegasi sepakat melaksanakan tindakan proaktif dan preventif di wilayah yang menjadi perhatian bersama sejalan dengan RP-RI Border Patrol Agreement tahun 1975 dan relevan dengan Konvensi Maritim Internasional," ujar Sultan.

Kedua delegasi yakin kesepakatan tersebut menciptakan kepastian pada sektor keamanan dan keselamatan kapal dagang beserta awaknya di wilayah perairan yang sering dijadikan lokasi pembajakan atau penyanderaan.

Kesepakatan kedua negara itu diketahui dibahas sejak tanggal 12 sampai 14 Juli 2016. Adapun pembahasan dilaksanakan di Park Lane Hotel Jakarta Selatan.

 Filipina Sepakat TNI Boleh Kejar Penyandera WNI 

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan, Pemerintah Indonesia dan Filipina telah menyepakati pola pengamanan bersama di wilayah Laut Sulu.

Wilayah perairan tersebut kerap dijadikan lokasi aksi pembajakan sekaligus penyanderaan oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf.

Militer Indonesia dapat memasuki wilayah perairan Filipina jika ada WNI yang disandera.

"Kita sudah boleh masuk, asalkan lapor dulu. Kasih tahu apa yang dibawa, berapa orang, kita bisa masuk," ujar Ryamizard, di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (14/7/2016).

Meski demikian, Pemerintah Indonesia dan Filipina belum menyepakati pola pengamanan di darat. Hal ini penting jika WNI yang disandera terlanjur memasuki wilayah darat Filipina.

Meski demikian, Ryamizard memastikan bahwa Indonesia telah membahas strategi militer di darat.

Sambil menunggu kesepakatan pengamanan di wilayah darat diputuskan, Ryamizard mengatakan, TNI akan terus berlatih strategi-strategi pembebasan sandera.

"Yang saya bicarakan itu belum diputuskan ya. Jadi harus dilatih dulu, enggak mungkin kita main masuk-masuk saja, harus dilatih sesuai dengan prosedurnya nanti," ujar Ryamizard.

 Lokasi Penyanderaan 10 Sandera WNI Berhasil Dideteksi 

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjelaskan posisi terakhir sepuluh WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf berada di dua tempat, yaitu di Panamao dan Pulau Palak, Filipina Selatan.

Ryamizard mengatakan, awalnya tujuh WNI yang disandera secara bersamaan pada 20 Juni lalu berada di satu wilayah yang sama. Tujuh sandera WNI itu berada di wilayah Sitio Lupah Kapituhan, Bulangsi, Panamao, Sulu.

Pucuk pimpinan Abu Sayyaf Group itu atas nama Alhabsy Misaya dan Salip Mira Kayawan dengan 50 personel bersenjata.

Namun pada 1 Juli lalu, tiga sandera lainnya dibawa ke Pulau Palak yang berada 64 Km dari Panamao.

Sementara, empat sandera lainnya masih berada di Barangay, Desa Pangdan, Kalingakang Caluang, di bawah pengawasan Abu Sayyaf Group Sub Group Alhabsy Misaya.

Tiga nelayan WNI yang disandera di perairan Sabah, Malaysia, digabung bersama dengan empat sandera sebelumnya di Panamao.

"Yang tiga (sandera terakhir) ini ditaruh dengan yang empat, jad di sana tetap ada tujuh," kata Ryamizard dalam acara saat ditemui di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016).

Ryamizard menyatakan, saat ini pihaknya masih terus berkoordinasi dan menerima laporan dari Menteri Pertahanan Filipina.

Selain itu, dia juga menjalin komunikasi dengan Menhan Malaysia melalui staf khusus masing-masing. Ryamizard mengungkapkan, kondisi sandera masih dalam keadaan sehat.

"Berdasarkan informasi terakhir yang saya terima Sabtu kemarin, sandera WNI masih sehat, kecuali tahanan-tahanan lain yang lama sudah kena malaria," kata Ryamizard.

Ryamizard menuturkan, Pemerintah Filipina yang baru, telah berkomitmen memerangi Abu Sayyaf dan menyelesaikan kasus penyanderaan yang dialami WNI.

"Sesuai perintah Presiden Filipina, akan dihabiskan ini Abu Sayyaf. Itu sudah tekad presiden baru," ujar Ryamizard.

Saat ini total, sudah empat kali WNI disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Terakhir, tiga WNI disandera kelompok Abu Sayyaf ketika melewati perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu Sabah, Negara Bagian Malaysia.

 ♖ Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.