Jumat, 30 Desember 2016

[Dunia] Usaha Menjaga Nyawa F-5 Tiger Iran

Pesawat F5 & Saeqeh Iran [Global Military Review]

Dari 36 negara pengguna keluarga F-5 Tiger termasuk AS dan Indonesia, Iran merupakan pengguna terbanyak pesawat buatan Northrop ini. Terdiri dari 104 F-5A, 23 F-5B Freedom Fighter, 15 RF-5A, 140 F-5E, dan 28 F-5F Tiger II. Pesawat ini didatangkan semasa Syah Reza Pahlevi berkuasa.

Dengan terjadinya revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah Khomeini, rezim Shah Iran terguling pada Februari tahun 1979. Puncak dari pergolakkan ini adalah dengan putusnya hubungan diplomatik AS-Iran.

Bagi AU Iran (IIAF) yang berubah menjadi Islamic Republic of Iranian Air Force (IRIAF), kejadian ini menjadi pukulan berat. Semua pesawat yang diimpor dari Barat praktis mengalami kekurangan suku cadang. Lebih-lebih setelah setahun revolusi, Iran berseteru dengan negara tetangganya Irak. Peperangan yang memakan waktu hampir sembilan tahun ini (1980-1988) memaksa IRIAF siaga. Khususnya barisan penempur F-5 yang dimilikinya.

Embargo senjata dari AS dan sekutunya memaksa IRIAF menuju swasembada militer. Khusus F-5 Tiger, awalnya hanya berfokus pada perawatan agar armada F-5 mereka tetap bisa terbang. Beruntung bagi Iran, semasa hubungan mesra dengan AS, Northrop Corp sempat membangun fasilitas perbaikan, pemeliharaan, dan pembuatan beberapa suku cadang F-5 serta pelatihan teknisi lokal Iran tahun 1970 yang berlokasi di Bandara Mehrabad.

Komponen yang sulit dibuat di dalam negeri tetap harus didatangkan dari luar. Untuk itu mereka mendirikan perusahaan fiktif di beberapa negara Barat.

Modus ini ada yang terdeteksi. Salah satunya yang terjadi bulan Februari 1993 ketika Bea Cukai Inggris menyita 7.500 bilah mesin General Electric J-85-21B dari perusahaan DBI Ltd dengan perkiraan nilai sebesar 1 juta dolar AS. Lalu bulan Juli 2003 instansi Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS mencurigai dan menyelidiki 18 perusahaan berlokasi di AS yang mengekspor komponen pesawat dan rudal ke Multicore Ltd yang merupakah perusahaan terdepan Iran di London untuk pengadaan sistem senjata rahasia.

 Proyek Azarakhsh 

Di awal tahun 1990-an IRIAF memerlukan pesawat latih lanjut baru menggantikan Lockheed T-33A. Dengan banyaknya pesawat F-5A Freedom Fighter yang dimilikinya, dan juga tersedianya fasilitas pembangunan beserta SDM, maka diputuskan pesawat latih baru akan dikembangkan dari pesawat F-5A ini.

HESA dipercaya untuk menjalankan proyek yang diberi nama Simorgh ini pada tahun 1993 untuk mengonversi F-5A menjadi tipe tempat duduk ganda. Instrumen kokpit diambil secara kanibal dari pesawat F-5 lain yang masih layak.

Hasil proyek Azarakhsh menghasilkan SimorghHasil proyek Azarakhsh menghasilkan Simorgh

Setidaknya tahun 2002 sudah tujuh pesawat latih Simorgh tersedia. Diperkirakan saat ini total 20 unit telah lengkap megisi satu skadron.

Berbekal pengalaman membangun Simorgh, kali ini HESA melakukan tindakan reverse engineering sekaligus upgrading. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja pesawat agar bisa menandingi penempur modern generasi terkini serta memiliki usia pakai yang lebih lama.

Proyek Azarakhsh (Lightning) resmi diumumkan oleh Brigjen Arasteh, Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran pada bulan April 1997. Dilihat dari penampilannya, prototipe pertama Azarakhsh dikembangkan dari F-5E dengan mengubah posisi sayap dari lower type menjadi middle type. Namun belakangan tipe produksi massalnya tetap menggunakan sayap rendah.

Produksi massal Azarakhsh baik versi tempat duduk tunggal maupun ganda dimulai akhir tahun 1997 dan pada tahun 2001 sudah enam unit tersedia. Kedua tipe Azarakhsh mulai terlihat debutnya saat berpartisipasi pada National Army Day dengan flypass di langit Teheran pada 17 April 2008.

Namun belakangan beredar rumor, proyek ini telah dibatalkan di bulan Agustus 2010. Proyek ini kemudian dialihkan ke proyek Azarakhsh-2, atau dikenal juga dengan proyek Saegheh yang juga masih menggunakan platform F-5E sebagai acuannya.

 Proyek Saegheh 

Secara kasat mata pesawat Saegheh/Saeqeh (Thunderbolt) tak berbeda jauh dengan Azarakhsh. Perbedaan nyata terlihat pada penggunaan ekor tegak ganda. Kehadiran pesawat ini awalnya diduga sebagai platform pengembangan pesawat latih tempur canggih bernama Shafagh yang dikenal dengan proyek ‘Integral’ kerjasama antara Iran dan Rusia.

Dalam pengembangan Saegheh, HESA dibantu oleh MATSA Air Force Technology & Elektronic Center serta Shahid Sattari Air Force University of Teheran yang dimulai pada tahun 1998. Saegheh berhasil melakukan penerbangan pertama pada tanggal 30 Mei 2004.

Faktanya, proyek Integral tak berlanjut karena Rusia menarik diri tanpa alasan. Pengembangan Saegheh sendiri berlanjut hingga masuk jalur produksi. Prototipe pertama sempat unjuk gigi dalam latihan bersandi ‘Blow of Zolfaqar’ pada tanggal 19 Agustus 2006 dengan melaksanakan misi serangan bersenjata menembakkan multiple rocket launcher.

http://militaryedge.org/wp-content/uploads/2014/02/Saegheh_2.jpgSaeqeh Iran

Tiga pesawat versi produksi awal telah bergabung dengan IRIAF pada 22 September 2007 dan mendapat kesempatan melakukan flypass di depan publik pada perayaan National Army Day dengan berlabur warna ala tim aerobatik Blue Angels Angkatan Laut AS.

Satu skadron Saegheh resmi dibentuk pada 24 Februari 2010, dimana penempur ini akan berperan sebagai pesawat pertahanan udara dan serangan darat ringan. Hingga tahun 2013 skadron ini lengkap diisi 24 pesawat. Meski tergolong penempur baru, Saegheh masih dikategorikan sebagai pesawat tempur generasi 4 karena belum memiliki kemampuan stealth.

Banyak pihak meyakini kinerja dan manuver pesawat ini hanya sedikit lebih baik ketimbang F-5E Tiger II, terutama karena telah menggunakan teknologi fly by wire serta radar yang lebih baik dari aslinya. Sedang jenis pesenjataanya yang diusungnya tak berbeda dengan pesawat F-5E yang lama.

Untuk meningkatkan penciuman sang Harimau, diluncurkan proyek Offogh (Horizon) pada tahun 1999. Jangkauan radar bawaan APQ-159 untuk pengendalian penembakkan bertambah dari 32 ke 64 km dalam modus pencarian, dan 16-40 km dalam modus pelacakan.

Ada pula proyek Raad yakni pengembangkan sistem kompatibilitas untuk bisa menembakkan rudal udara ke udara CATIC PL-7 buatan China, R-60 (AA-8 Aphid) buatan Rusia, AIM-9P Sidewinder buatan AS, serta rudal dalam negeri Fatter. Dengan proyek-proyek ini membuat kehadiran Harimau Persia akan disegani lawan, apalagi dengan gigi taring yang sudah berkilau diasah.

Author: Rangga Baswara Sawiyya

  Angkasa  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.