Rabu, 28 Juni 2017

[Dunia] Filipina Yakin Konflik Marawi Berakhir

Dalam Dua MingguMiliter Filipina meyakini konflik Marawi akan berakhir dalam dua pekan. (REUTERS/Romeo Ranoco) ★

Sekretaris Kementerian Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyatakan, konflik Marawi diperkirakan berakhir satu hingga dua pekan mendatang.

Kemhan juga mengakui terdapat 'sedikit' tekanan untuk mengakhiri konflik bersenjata sejak 23 Mei itu. Sebab, Presiden Rodrigo Duterte dijadwalkan menyampaikan pidato kenegaraan (Sona) pada 24 Juli mendatang.

"Tekanan karena kalau konflik Marawi berlanjut, hal itu tidak akan terlihat bagus untuk sona Presiden," ujar Lorenzana, Selasa (27/6).

Lorenzana juga menyampaikan, Kepala Staf Militer Jenderal Eduardo Ano telah menginformasikan baku tembak akan selesai dalam satu minggu. Informasi itu disampaikan pekan lalu.

Optimisme militer Filipina itu didukung kemajuan terbaru dalam membatasi gerak para militan.

Juru Bicara Militer Filipina Letnan Kolonel Jo-ar Herrera mengatakan, jajarannya telah menutup jalur laut yang selama ini digunakan memasok logistik kepada kelompok militan di Marawi.

Herrera menjelaskan, jalur ini diketahui setelah mengikuti seorang laki-laki yang membawa kapal melewati selatan Danau Lanao untuk menyelundupkan amunisi dan mengeluarkan anggota militan terluka dari daerah konflik.

"Ini kabar bagus karena kami telah menutup jalur ini," ujar Herrera seperti dikutip AFP.

Penutupan jalur laut melalui penambahan sekaligus penguatan kapal jaga di sekitar danau.

Sebelumnya, pihak militer beberapa kali menetapkan tenggat waktu guna mengakhiri konflik, namun terus gagal. Kini, Lorenzana menuturkan, mereka tak perlu lagi menetapkan tenggat waktu karena militan sudah terdesak.

"Kami meyakinkan mereka untuk menyerah sebab tidak akan menang. Tetapi mereka melanjutkan operasinya. Mungkin ini akan berakhir sebelum Sona," tutur Lorenzana.

Ia berkata pemerintah telah mempersiapkan upaya pemulihan dan rehabilitasi Marawi.

Ribuan orang telah dipindahkan sejak konflik bersenjata antara pemerintah dengan kelompok militan ini terjadi. Sebanyak 70 anggota militer tewas dalam konflik ini.

"Ini akan selesai dalam waktu dekat. Kami telah menyiapkan bantuan kepada masyarakat untuk membangun kembali rumah mereka dan memperbaiki infrastruktur," ucap Lorenzana seperti dikutip Inquirer. (les)

 Maute Tawarkan Tukar Sandera Pastor dengan Ibunda 
Maute Tawarkan Tukar Sandera Pastor dengan IbundaAbdullah Maute (rambut panjang) saat sedang berdiskusi dengan tokoh yang disebut sebagai pemimpin ISIS di Asia Tenggara, Isnilon Hapilon. (Armed Forces of the Philippines/Handout via Reuters TV)

Pemimpin kelompok militan Maute, Abdullah dan Omar Maute, mau melepaskan satu sandera pastor, Teresito “Chito” Suganob, dengan timbal balik pembebasan sejumlah kerabat mereka, termasuk sang ibu, yang ditangkap oleh militer.

Seorang sumber yang menjadi utusan untuk bertemu dengan Abdullah Maute mengatakan kepada Inquirer bahwa Chito masih dalam keadaan sehat setelah diculik bersama 200 warga sipil lain saat bentrokan pecah di Marawi pada 23 Mei lalu.

Maute bersaudara mau membebaskan Chito jika militer melepaskan sejumlah kerabat mereka, termasuk sang ayah, Cayamora, dan istri keduanya yang ditangkap di Davao pada 11 Juni lalu.

Dua hari kemudian, ibunda dari Maute bersaudara, Ominta "Farhana" Maute, juga diringkus aparat di Lanao del Sur.

Pada 18 Juni, Farida dan Al Jadid Romato, sepupu Maute bersaudara, juga kekasih dari Farida, Abdul Rahman Dimacula, juga ditahan di pelabuhan Kota Iloilo.

Selain membicarakan tawaran tukar tahanan tersebut, Maute bersaudara juga menekankan penolakan mereka bernegosiasi dengan pemerintah dan lebih memilih untuk berdiskusi bersama kelompok pemberontak MILF.

"Jika MILF ingin mengintervensi, mereka siap meninggalkan Marawi. Namun jika tidak, mereka harus siap bertempur sampai titik darah penghabisan," kata sumber tersebut kepada Inquirer.

Kelompok militan Maute sendiri tetap bertekad mempertahankan wilayah mereka di Marawi, meski sudah digempur habis-habisan oleh militer sejak 23 Mei lalu.

Bentrokan itu pecah ketika militer Filipina melancarkan operasi penangkapan Isnilon Hapilon, sosok yang disebut-sebut sebagai pemimpin ISIS di Asia Tenggara.

Tak lama setelah bentrokan pecah, Presiden Rodrigo Duterte langsung mendeklarasikan darurat militer. Sejak saat itu, terhitung ratusan orang tewas dalam pertempuran di Marawi, termasuk para militan, aparat, juga warga sipil. (has)

 Filipina Tegaskan Tak Akan Bernegosiasi dengan Maute 
Filipina Tegaskan Tak Akan Bernegosiasi dengan MautePemerintah Filipina menegaskan tidak akan bernegosiasi dengan militan Maute di Marawi. (REUTERS/Romeo Ranoco)

Juru Bicara Presiden Filipina Ernesto Abella menegaskan, pemerintah tetap pada kebijakan tidak akan bernegosiasi dengan teroris.

Penegasan itu disampaikan menanggapi tawaran pimpinan kelompok militan Maute, Abdullah dan Omar Maute, mengenai barter satu sandera pastor dengan pembebasan sejumlah kerabat militan.

Abella menyebut pemerintah tidak pernah memberikan wewenang kepada pemimpin agama untuk bertemu dan berdialog bersama pemimpin Maute.

"Pembicaraan pemimpin agama dan teroris Minggu kemarin tidak disetujui pemerintah, militer, dan pemimpin politik. Setiap tuntutan yang dibuat tidak berdasar,” kata Abella di Istana Kepresidenan Filipina, seperti dikutip CNN Phillippines, Selasa (27/6).

Pada Senin, koordinator pembebasan warga sipil Dickson Hermoso menuturkan, delapan pimpinan agama Islam berhasil berdialog dengan Abdullah Maute.

Selain pembebasan sandera, mereka juga membahas kemungkinan menyerahnya kelompok militan. Namun, dialog panjang terus dilakukan karena perbedaan keyakinan mereka. Ia enggan menjelaskan detail karena kondisi Marawi masih dinilai "genting".

Kepada CNN Phillippines, Juru Bicara Komite Manajemen Krisis Zia Alonto Adiong menuturkan para utusan memanfaatkan status mereka sebagai tetua Muslim Maranao agar sebanyak mungkin warga sipil dapat keluar dan aman, bukan untuk mengakhiri perang.

Namun, Abella menyatakan, setiap teroris harus membayar kejahatan yang dibuat.

Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan, tidak akan ada lagi dialog bersama kelompok Maute sebab banyak warga sipil menjadi korban karena konflik ini.

Duterte bahkan menantang kelompok Maute untuk bertarung hingga titik darah penghabisan. Sebab, ia telah menginstruksikan militer untuk membawa kepala kelompok militan Maute.

Konflik Marawi telah menelan lebih dari 300 nyawa, termasuk puluhan warga sipil dan pasukan keamanan. Selain itu, sekitar 200 ribu orang juga telah mengungsi ke kota tetangga akibat bentrokan tersebut. (les)

  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.