Samsul Sangunim, pria Indonesia yang disandera kelompok penculik bersenjata Abu Sayyaf. [Foto/The Star] ☆
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengonfirmasi video seorang pria warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok penculik bersenjata Abu Sayyaf. Kementerian tersebut menegaskan terus melakukan upaya untuk membebaskan sandera dengan mengerahkan seluruh aset yang dimiliki pemerintah.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah video yang dikirim kelompok Abu Sayyaf menunjukkan seorang pria Indonesia bernama Samsul Sangunim menangis meminta tolong untuk dibebaskan.
Samsul dan seorang WNI lainnya, Usman Yunus, diculik Abu Sayyaf dari perairan Pulau Gaya di Semporna pada 11 September lalu. Namun, Usman berhasil melarikan diri pada 5 Desember lalu dan telah berkumpul dengan keluarganya di Indonesia.
Dalam video yang telah beredar di media sosial, Samsul terlihat meringkuk di dalam lubang yang baru digali. Dia menangis dan memohon bantuan kepada bosnya agar dibebaskan.
"Tolong saya bos, tolong saya bos, tolong ...," teriak Samsul di video tersebut. Sandera tersebut mengenakan celana pendek warna merah muda dan tidak mengenakan baju.
Menurut sumber-sumber yang berbasis di Filipina, video itu dikirim oleh kelompok Abu Sayyaf ke pemilik kapal penangkap ikan tempat Samsul bekerja. Video dikirim sebagai upaya untuk meminta uang tebusan untuk pembebasan sandera.
"Video yang beredar di Malaysia adalah salah satu sandera WNI yang diculik di Pulau Gaya, Semporna, Malaysia, 11 September 2018. WNI dalam video diculik bersama WNI lainnya atas nama Usman Yunus yang sudah lebih dahulu bebas pada Desember 2018," kata Kemlu Indonesia dalam sebuah pernyataan yang diterima SINDOnews.com, Sabtu (5/1/2019).
Menurut Kemlu, sejak penyanderaan WNI pertama kali tahun 2016, penyebaran video semacam itu sudah beberapa kali dilakukan oleh kelompok penyandera.
Kementerian yang dipimpin Retno Lestari Priansari Marsudi itu juga membenarkan bahwa total saat ini ada tiga WNI yang masih disandera kelompok penculik di Filipina.
"Pemerintah terus melakukan upaya-upaya pembebasan terhadap 3 WNI yang saat ini masih disandera di Filipina Selatan," lanjut pernyataan Kemlu. "Dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki di Indonesia maupun di Filipina. Dalam proses tersebut, keselamatan sandera selalu menjadi perhatian utama," sambung Kemlu. (mas)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengonfirmasi video seorang pria warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok penculik bersenjata Abu Sayyaf. Kementerian tersebut menegaskan terus melakukan upaya untuk membebaskan sandera dengan mengerahkan seluruh aset yang dimiliki pemerintah.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah video yang dikirim kelompok Abu Sayyaf menunjukkan seorang pria Indonesia bernama Samsul Sangunim menangis meminta tolong untuk dibebaskan.
Samsul dan seorang WNI lainnya, Usman Yunus, diculik Abu Sayyaf dari perairan Pulau Gaya di Semporna pada 11 September lalu. Namun, Usman berhasil melarikan diri pada 5 Desember lalu dan telah berkumpul dengan keluarganya di Indonesia.
Dalam video yang telah beredar di media sosial, Samsul terlihat meringkuk di dalam lubang yang baru digali. Dia menangis dan memohon bantuan kepada bosnya agar dibebaskan.
"Tolong saya bos, tolong saya bos, tolong ...," teriak Samsul di video tersebut. Sandera tersebut mengenakan celana pendek warna merah muda dan tidak mengenakan baju.
Menurut sumber-sumber yang berbasis di Filipina, video itu dikirim oleh kelompok Abu Sayyaf ke pemilik kapal penangkap ikan tempat Samsul bekerja. Video dikirim sebagai upaya untuk meminta uang tebusan untuk pembebasan sandera.
"Video yang beredar di Malaysia adalah salah satu sandera WNI yang diculik di Pulau Gaya, Semporna, Malaysia, 11 September 2018. WNI dalam video diculik bersama WNI lainnya atas nama Usman Yunus yang sudah lebih dahulu bebas pada Desember 2018," kata Kemlu Indonesia dalam sebuah pernyataan yang diterima SINDOnews.com, Sabtu (5/1/2019).
Menurut Kemlu, sejak penyanderaan WNI pertama kali tahun 2016, penyebaran video semacam itu sudah beberapa kali dilakukan oleh kelompok penyandera.
Kementerian yang dipimpin Retno Lestari Priansari Marsudi itu juga membenarkan bahwa total saat ini ada tiga WNI yang masih disandera kelompok penculik di Filipina.
"Pemerintah terus melakukan upaya-upaya pembebasan terhadap 3 WNI yang saat ini masih disandera di Filipina Selatan," lanjut pernyataan Kemlu. "Dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki di Indonesia maupun di Filipina. Dalam proses tersebut, keselamatan sandera selalu menjadi perhatian utama," sambung Kemlu. (mas)