Salah satunya Kapal Perang Ilustrasi PKR TNI AL [TNI AL]
Kerjasama antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab terus meningkat. Di mana UEA akan melakukan sejumlah investasi di Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan membeberkan, setidaknya ada 3 bidang yang ingin UEA dapatkan dari Indonesia, yaitu masjid, pertanian, dan kapal perang.
“Kerjasama kita dengan UEA ini sangat cepat. Baik menyangkut masjid, pertanian, atau kapal perang,” ujar Menko Luhut di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jumat (11/10/2019).
Dari sektor pertanian, tim dari UEA akan survei langsung ke Kalimantan Tengah. Ini dilakukan untuk melihat tanaman apa yang cocok dikembangkan.
“Mengenai pertanian di mana mereka (tim dari UEA) mau masuk 100.000 hektare. Jadi betul-betul semua cepat. Tim pertanian mereka akan melihat lahan yang ada di Kalimantan Tengah. Mereka akan melakukan research pohon apa yang akan bisa ditanam,” bebernya.
Tidak hanya itu, di sektor kelautan, UEA juga akan membeli kapal di Lampung, Sorong, dan Surabaya.
“Kemarin mereka sudah ngirim angkatan laut ke Lampung, Sorong, dan Surabaya, untuk beli kapal. Mereka puas dan senang sekali,” kata Menko Luhut senang.
Intinya, Menko Luhut menyatakan kalau Indonesia harus ‘jemput bola’. Contohnya adalah kerjasama antara Pertamina dengan UEA yang akan rampung saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang ke lokasi langsung.
“Kemudian juga bahwa kerjasama mereka dengan Pertamina bisa rampung sewaktu Presiden Jokowi berkunjung ke sana. Intinya kita harus jemput bola,” tuturnya.
Tahun 2020 UCAV CH4 TNI AU [Jeff Prananda]
Pangakalan Udara atau Lanud Anang Busra Tarakan di Provinsi Kalimantan Utara, terus melakukan penambahan sarana dan prasarana.
Rencananya tahun 2020 TNI AU akan membangun skadron intai tempur atau UAV di Lanud Anang Busra Tarakan.
Danlanud Anang Busra Tarakan, Kolonel HKD Handaka mengungkapkan, pembangunan skadron intai tempur baru dilakukan tahun 2020.
“Meskipun begitu, tahun 2019 ini proses tahap perencanaan pembangunan skadron telah dilakukan. Kita harapkan pembangunan skadron UAV ini dapat selesai Oktober 2020,” ucapnya, Jumat (11/10/2019).
Menurut Handaka, pembangunan skadron intai tempur ini dapat mendeteksi pesawat asing yang masuk di wilayah NKRI, khususnya di daerah perbatasan di Provinsi Kalimantan Utara.
“Kalau ada pesawat asing yang masuk, skadron ini dapat mengintai dan menembak. Begitu pula kalau ada perompak di laut dapat kelihatan,” ujarnya.
Dikatakan Handaka, nantinya skadron UAV di Lanud Anang Busra akan ditempatkan empat box lengkap dengan persenjataan dan pengintainya.
“Pesawat asing atau pun perompak di laut yang masuk di wilayah NKRI, bisa saja ditembak. Namun untuk penembakan itu harus ada prosedurnya. Awalnya tentu diberikan peringatan terlebih dahulu dan mendapatkan perintah dari pimpinan atas,” ungkapnya.
Mega Takut Gagal "Landing", Anisa Fobia KetinggianLetda Pnb Mega Coftiana (24) dan Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25) penerbang wanita TNI AU saat ditemui di Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Kamis (10/10/2019).[KOMPAS.COM/ANDI HARTIK] ✈️
Letda Pnb Mega Coftiana (24) dan Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25) merupakan dua orang prajurit penerbang wanita TNI Angkatan Udara (AU).
Keduanya merupakan lulusan taruna wanita Akdemi Angkatan Udara (AAU) pertama yang jadi penerbang.
Keduanya pun memiliki kisah yang mengesankan sebagai seorang penerbang wanita.
Mega mengaku, dirinya sangat terkesan saat diberi kesempatan terbang seorang diri dengan pesawat latih.
Kesempatan itu didapatkan Mega saat menempuh pendidikan di Sekolah Penerbangan (Sekbang) di Pangkalan Udara Adisudjipto Yogyakarta.
“Yang paling berkesan itu saat saya diberi kesempatan terbang solo,” kata Mega saat diwawancara di Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Kamis (10/10/2019).
Soal berada di ketinggian, prajurit kelahiran Ujung Pandang, 6 Maret 1995, itu mengaku tidak masalah. Sebab ia tidak memiliki fobia ketinggian.
“Saya biasa saja sebenarnya karena tidak ada fobia,” katanya. “Hanya saat pertama terbang solo, saya merasa takut, bagaimana caranya saya landing dengan selamat. Terus membuktikan kepercayaan instruktur yang sudah memberikan kesempatan terbang solo,” katanya.
Saat ini, Mega ditempatkan di Skadron 4 Lanud Abdulrachman Saleh.
Mega dipercaya untuk menerbangkan pesawat jenis Cassa 212 Aviocar. Mega masih menjadi siswa transisi. Sebab untuk menjadi kopilot, Mega harus terbang sebanyak 26 kali.
Sampai sekarang, dirinya sudah terbang sebanyak 22 kali. Tersisa empat kali penerbangan untuk menjadikan dirinya sebagai kopilot pesawat jenis Cassa 212 Aviocar.
Selain Mega, juga ada Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25). Anisa merupakan penerbang Hercules wanita pertama di Indonesia.
Padahal sebelum menempuh pendidikan di Sekolah Penerbang, Anisa memiliki fobia ketinggian. “Saya merasakan takut. Karena sebelumnya saya mempunyai fobia ketinggian. Tapi dari atasan mempercayai saya untuk mengawaki pesawat militer TNI AU, akhinya saya lawan rasa takut itu. Mengubah mindset saya, fobia saya lawan. Jadi tentara itu bisa karena terpaksa, bisa karena terbiasa, bisa karena perintah,” katanya.
Anisa saat ini masih berstatus sebagai siswi transisi untuk menjadi kopilot Hercules C-130 B/H di Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh.
Anisa harus terbang sebanyak 23 kali atau selama 40 jam untuk menjadi kopilot.
Sampai saat ini, dia sudah terbang sebanyak 12 kali menggunakan pesawat dengan empat mesin itu.
Yang Unjuk Gigi di HUT TNI UCAV CH4 TNI AU [alutsista Indonesia]
Perayaan HUT ke-74 TNI dimeriahkan dengan kehadiran drone CH-4. Yuk kita bedah kecanggihan pesawat tanpa awak ini.
Drone yang mampu terbang di ketinggian 15 ribu kaki tersebut merupakan alutsista terbaru milik TNI. Pesawat tanpa awak berjenis medium altitude long endurance (MALE) tersebut bahkan bisa terbang dengan jangkauan radius of action-nya 1.000 kilometer apabila menggunakan satelit beyond line of sight (BLOS).
"Hari ini kami tampilkan di depan Presiden bahwa kami sudah memiliki pesawat tanpa awak, memiliki kemampuan MALE, dan mampu terbang dengan radius of action 1.500-2.000 km dengan menggunakan beyond line of sight dengan bantuan satelit," kata Panglima TNI Jenderal TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (5/10/2019).
CH-4 adalah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) buatan China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC). CH adalah singkatan dari Cai Hong atau Pelangi. Meskipun namanya imut, ini adalah alat tempur yang gahar.
CASC membuat 13 tipe drone dan CH-4 adalah yang paling besar. Penampakannya mirip drone buatan Amerika yaitu General Atomics MQ-9 Reaper. Bedanya cuma pada sirip pesawat V-tail yang tidak ada di CH-4.
CH-4 terdiri dari 2 versi yaitu 4A dan 4B. CH-4B bisa melakukan pengintaian dan penyerangan dengan membawa 6 senjata dan kapasitas muatan 250-345 kg.
CH-4 bisa menembakan rudal udara-ke-darat dari ketinggian 5.000 meter. Sehingga CH-4 aman dari jarak tembak senjata anti-pesawat. Drone ini diekspor ke Mesir, Arab Saudi, Aljazair dan Irak. Drone ini banyak dipakai dalam perang melawan ISIS di Mosul dan Ramadi.
Dikutip dari situs Military Factory, spesifikasi CH-4 adalah memiliki panjang 11 meter, lebar sayap 20 meter, tinggi 3,8 meter, berat kosong 1.600 kg, dan berat membawa senjata sampai 4.500 kg.
Drone ini ditenagai mesin 900 tenaga kuda dan baling-baling. CH-4 sanggup melesat 350 km/jam dengan puncak ketinggian 14.440 meter. Ada 500 unit drone CH-4 yang diproduksi.
Ilustrasi Flypast F16 TNI AU [def.pk]
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Unpad Muradi mengapresiasi rencana pembangunan empat pangkalan militer di Biak, Merauke, Morotai, dan Saumlaki karena hal itu bagian dari menjaga kedaulatan NKRI.
“Itu bagian dari pembacaan ancaman kita melihat geostrategi dan geopolitik. Natuna itu sudah enggak ada pilihan lain. Harus ada pangkalan yang memang menjadi simbol dan efek gentar buat negara lain, termasuk Tiongkok,” kata Muradi.
Pangkalan militer di Biak, kata dia, merupakan bentuk nyata dari pemerintah hadir di sana.
“Posisi Papua yang terus diganggu oleh negara-negara asing, seperti Australia dan Papua Nugini. Itu bukan sebatas menggentarkan, tapi juga memang efek nyata bahwa Indonesia hadir di sana,” ujar Muradi.
Muradi mengapresiasi pemerintah akan menambah anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar Rp 10 triliun. Penguatan TNI juga, kata dia, mutlak dibutuhkan untuk mengantisipasi ancaman, baik itu konvensional maupun nonkonvensional. Aspek kesejahteraan prajurit pun harus diperhatikan.
Terkait dengan keamanan dan separatisme di Tanah Papua, ia menilai pendekatan militer memang bukan jalan keluar. Pendekatan lunak melalui kesejahteraan lebih dibutuhkan untuk menghilangkan konflik Papua.
Di Tarakan UCAV CH4 TNI AU [Jeff Prananda]
TNI AU akan melengkapi kekuatan di Pangkalan Udara (Lanud) Anang Busra Tarakan, sebagai upaya menjaga kedaulatan NKRI di perbatasan.
Tidak lama lagi akan terbentuk Skadron UAV atau Skadron Pengintai yang dilengkapi dengan pesawat di Lanud Anang Busra. Untuk menyambut kedatangan skadron tersebut, sedang dibangun markas di sekitar Lanud Anang Busra.
“Ke depan kita akan bangun Skadron Pengintai yang dipersenjatai,” ujar Komandan Lanud Anang Busra Tarakan Kolonel Pnb HKD Handaka kepada awak media, Sabtu (5/10) lalu.
Menurutnya, pembangunan markas Skadron Pengintai pada tahun ini dalam tahap perencanaan. Dan, dilanjutkan tahun depan yang sekaligus menjadi target rampungnya pembangunan pada Oktober 2020.
Nantinya, skadron akan dilengkapi dengan pesawat pengintai CH-4 yang bisa melakukan pengintaian, sekaligus pemboman.
Dilengkapinya kekuatan di Lanud Anang Busra, menurut Handaka, karena Kaltara memiliki potensi konflik di perbatasan. Berdasarkan pengalaman, Ambalat menjadi salah satu perhatian serius TNI AU.
Bahkan, tahun ini saja Handaka mengaku sudah terjadi beberapa kali pelanggaran wilayah perbatasan udara oleh pesawat negara tetangga dari hasil operasi yang dilakukan pihaknya.
“Ada, cuma dia pelanggarannya masih dibilang di perbatasan, di border-nya. Sehingga menjadi perhatian kita, dan kita biasanya buat protes. Kalaupun misalnya masuk terlalu dalam, kita akan airborn-kan pesawat tempur yang dari Makassar,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, tidak menutup kemungkinan pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur nantinya akan berdampak pada Lanud Anang Busra Tarakan, yang bisa saja menjadi penyanggah ibu kota dengan ditempatkan juga skadron tempur dan naiknya status menjadi pangkalan utama.
Saat ini saja dengan potensi konflik yang ada, Lanud Anang Busra terus ditingkatkan statusnya. Dari semula hanya pos menjadi lanud tipe B. Selain itu, Lanud Anang Busra juga terus dilengkapi kekuatan.
Skadron Udara 51
TNI AU sudah memiliki Satu Skadron UAV di Pulau Kalimantan, yaitu Skadron Udara 51.
Skadron Udara 51 adalah sebuah skuadron udara dari TNI AU dibawah kendali Wing Udara 7, yang berbasis di Lanud Supadio, Pontianak.
Saat ini skadron ini dilengkapi dengan pesawat udara nirawak atau unmanned aerial vehicle (UAV). Keberadaan Skadron Udara 51 Wing 7 dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengamatan perbatasan.
Pada HUT TNI ke-74 Radar Shikra Arhanud
Arhanud TNI AD menampilkan Shikra di HUT TNI ke-74, Radar yang mempu mendeteksi sasaran udara sejauh 250 km.
Hal tersebut disampaikan Komandan Batalyon (Danyon) Arhanud 15/DBY Letkol Arh Muhammad Ufiz.
Diterangkan Muhammad Ufiz, keterlibatan satuan yang dipimpinnya pada peringatan HUT Ke-74 TNI tahun 2019, yaitu keikutsertaannya pada pergelaran parade alutsista yang dimiliki Yon Arhanud 15/DBY saat ini.
“Dari segi Alutsista, satuan mengikutsertakan satu unit Radar CM 200 (Shikra), tiga unit rudal Multi Mission System (MMS) serta, tiga unit rudal Lightweight Multiple Laincer (LML),’’ ujarnya.
“Sementara itu untuk rudal, masing-masing diawaki oleh 3 orang, radar Startrek diawaki oleh 2 orang, serta pendukungnya 15 personel, sehingga total seluruhnya 23 orang,’’ terangnya.
Menurutnya, sebagai satuan yang memiliki tugas 4 (empat) fungsi, meliputi pencarian dan penemuan (detection), pengenalan (identification), penjejakan (tracking) dan penghancuran (destruction), sangatlah tepat Yon Arhanud 15/DBY sebagai bagian dari parade alutsista yang dimiliki TNI AD.
“Masyarakat Indonesia, mungkin belum banyak yang mengetahui, bahwa saat ini Arhanud TNI AD telah dilengkapi berbagai Alutsista modern, salah satunya Radar Shikra, yang dapat mendeteksi ke sasaran udara sampai 250 km, dengan dilengkapi perangkat Electronic Counter-Countermeasures (ECCM), menjadikannya aman dari serangan Pernika, serta memiliki kemampuan mendeteksi 200 sasaran secara bersamaan,’’ ucapnya.
Rudal Starstreak TNI AD
Lanjutnya, sementara itu dua jenis Rudal LML dan MMS, dimana keduanya mampu mengatasi ancaman udara, baik pesawat udara maupun sasaran lainnya seperti UAV(Unmanned Aerial Vehicle).
“Dengan berat yang ideal dan sifatnya portable, menjadikan Rudal LML dapat digelar diberbagai bentuk medan, dan dengan waktu kurang dua menit, rudal ini siap digunakan untuk tempur. Selain itu juga, dengan mencari pemancar gelombang elektromagnetik sebagai sasaran, menjadikan rudal ini sulit untuk dideteksi lawan,’’ jelasnya.
“Jarak tembak efektif pada misil ini sekitar 7,2 km, dengan kecepatan 3,5 Mach setara dengan kecepatan 4.321,8/jam, dengan ketinggian 4,6 km, serta dapat juga digunakan pada misil darat-udara atau darat-darat,’’ tutur Alumni Akmil 2001 ini.
Berbeda dari Rudal MMS, dimana rudal ini ditempatkan menjadi satu pada kendaraan, menjadikannya memiliki mobilitas yang tinggi, serta memiliki multi missile turret yang memungkinkan penggunaan misil untuk melakukan penyerangan terhadap berbagai bentuk sasaran udara dengan waktu yang reaksi cepat.
“Karena dilengkapi Infra Red Camera, rudal ini pun sulit dilacak atau dihancurkan oleh rudal pencari emisi gelombang elektromagnetik. Jarak deteksi sasaran secara pasif dengan menggunakan Thermal Infrared sampai dengan 15 km,’’ urainya.
“Dengan kecepatan 3,5 Mach (4321,8 km/jam), ketinggian 5 km, jarak tembak 7,2 km, dan waktu reaksi dalam penyerangan kurang dari 5 detik kepada sasaran, menjadikan rudal ini memiliki Kill Probability mencapai 95% yang artinya 1 shot 1 Kill Aircraft,’’ tambahnya.
Dirinya berharap, dengan keterlibatan alutsista yang dimiliki Yon Arhanud 15 menjadikan masyarakat mengenali berbagai jenis Alutsista satuan Arhanud TNI AD.
“Ini juga sebagai ajang Show of Force kepada dunia Internasional bahwa Militer Indonesia juga memiliki kesenjataan pertahanan udara yang canggih, yang setara dengan negara-negara maju lainnya seperti Inggris dan Perancis,’’ pungkasnya.
★ TNI AD
Anggaran tahun 2020 sebanyak 131 Triliun Ilustrasi [def.pk]
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letnan Jenderal Joni Suprianto mengatakan salah satu yang menghambat TNI untuk memperkuat alusista adalah sistem penganggaran Indonesia yang tergolong lambat. Hal ini kerap membuat persenjataan militer Indonesia cenderung tertinggal dari negara lain.
“Sistem penganggaran yang dimiliki oleh negara kadang-kadang sangat panjang. Jadi pada saat barangnya datang, kesannya sudah kuno,” kata Joni dalam diskusi yang digelar oleh Centre of Strategic and International Studies (CSIS), di Jakarta Pusat, Senin, 7 Oktober 2019.
Joni mengatakan saat akan membeli suatu senjata paling mutakhir, anggaran memang telah disiapkan. Namun, kata dia, terkadang proses penganggaran sampai memakan waktu hingga 5 tahun.
“Hari ini barangnya baru, tapi karena barangnya datang tiga sampai lima tahun ke depan, barangnya itu menjadi tidak update lagi,” kata Joni.
Selain itu, Joni mengatakan besarnya dana tak menjamin sejalan dengan penambahan alutsista.
Faktor kepentingan-kepentingan global, mulai dari Amerika hingga Rusia, ikut mempengaruhi kebijakan pembelian alutsista TNI.
“Dalam melengkapi alutsista, TNI sangat dipengaruhi oleh dua kekuatan tersebut. Tak serta merta kita punya uang, kita bisa beli,” kata Joni. Pemerintah menganggarkan Rp 131 triliun untuk TNI dalam anggaran 2020. Naik dibandingkan 2019 sebesar Rp 121 triliun.
★ Tempo
Drone CH4 TNI AU [Jeff Prananda]
Pakar pertahanan Andi Widjajanto menyebut TNI perlu mempersiapkan diri untuk kemungkinan perang di masa depan. Hal ini dikarenakan menurutnya perang di masa depan bergantung pada teknologi.
"Perang masa depan akan sangat bergantung kepada teknologi terkini," ujar Andi dalam Forum Politik dan Kebijakan Publik, Transformasi TNI di Era Disrupsi Teknologi: Prospek dan Tantangan, di Auditorium CSIS Gedung Pakarti, Jl Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2019).
Mantan Sekretaris Kabinet ini mengatakan, perang di masa depan akan memiliki daya hancur yang tinggi. Menurutnya, hal ini ditandai dengan adanya teknologi dalam fasilitas militer maupun non militer.
"Kedua perang masa depan daya hancurnya akan sangat tinggi, sudah ada teknologi-teknologi yang memastikan daya hancur di fasilitas-fasilitas militer maupun nonmiliter akan sangat tinggi," tuturnya.
Selain itu, disebutkan pada tentara di masa depan tidak akan lagi perang hingga berlarut-larut. Hal ini dikarenakan karakter perang, yang hanya dilakukan sekali oleh para tentara.
"Ketiga, karakter perang masa depan itu ditandai dengan decisive battle. Tentara-tentara moderen masa depan tidak mau lagi perang 2-3 kali, maunya perang satu kali, selesai," ujar Andi.
"Jadi one battle, determine the war. Satu pertempuran, memastikan perangnya kalah atau menang. One decisive battle karena ada teknologi, karena ada daya penghancur," sambungnya.
Namun, Andi mengapresiasi TNI yang memperkenalkan pesawat nir awak Drone CH4, di Ulang Tahun ke-74. Menurutnya, hal ini merupakan salah satu teknologi yang bagus yang ditunjukan oleh TNI.
"Di HUT TNI 74 salah satu yang menarik yang digelar oleh Mabes TNI adalah drone CH4, yang sebetupnya sudah dicoba, dipakai dilatihan gabungan dharma yuda di September 2019. Drone CH4 itu di latihan Darma Yuda, digelar di pusat latihan Marinir Situbondo dan dikendalikan dari Surabaya. Jadi kita sudah punya drone, combat drone, dipertunjukan juga di Halim, jadi dia teknologi bagus," tuturnya.
(dwia/fdu)
★ detik
Kopaska dan Marinir TNI AL Telah Gunakan ILSV Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV), kendaraan tempur ringan hasil pengembangan PT. Jala Berikat Nusantara Perkasa bekerjasama dengan PT. Dirgantara Indonesia (PT DI) tampil memeriahkan upacara parade dan defile peringatan HUT Ke-74 TNI Tahun 2019 di Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (05/ 10/ 2019).
General Manager PT Jala Berikat Nusantara, Hasan Subhakti menjelaskan telah menurunkan tiga unit kendaraannya yang digunakan Kopaska dan Marinir TNI Angkatan Laut pada parade HUT TNI kali ini, yakni ILSV APC (4.500cc dan 2.500cc), ILSV J-Forces 2.500cc dan ILSV JTV 4.500cc.
Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) [ist]
“Dengan bangga kami tampilkan karya anak negeri hasil pengembangan kami bersama dengan PT DI dalam parade alutsista pada peringatan HUT TNI hari ini. Kami tampilkan dan disaksikan langsung presiden kita, petinggi militer dan petinggi negeri lainnya pengambil keputusan di negeri ini” terang pria yang akrab dipanggil Ujang ini.
Menurut Dia, sudah saatnya berkomitmen untuk lebih mendayagunakan kemampuan putra-putri terbaik bangsa dalam mengembangkan industri pertahanan di dalam negeri.
★ antara
Masuk dalam tiga program industri pemerintah Program pengembangan pesawat LAPAN ☆
Pemerintah berencana mengembangkan industri aviasi nasional. Salah satunya, dengan meneruskan pengembangan pesawat R80 yang digagas oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pengembangan pesawat R80 masuk dalam tiga program industri pemerintah.
“Ada program pesawat terbang, ada yang akan dikembangkan oleh Kemenperin, ada yang dikembangkan oleh almarhum Pak Habibie," ujar Darmin di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Darmin menjelaskan, dalam mengembangkan proyek tersebut pemerintah mengajak pihak swasta terlibat dalam mendanai proyek tersebut. Proyek tersebut direncanakan mulai digarap pada 2023.
Berdasarkan data dari Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) pengembangan pesawat terbang R80 membutuhkan dana sebesar Rp 6,75 triliun.
Pesawat R80 [detik]
“Kita bangun infrastruktur, kita bisa kumpulkan dana, tapi kepemilkan tetap punya pemerintah sehingga kita bisa tambah pembangunan itu sendiri,” kata Darmin.
KPPIP sendiri mencatat saat ini pemerintah memiliki 223 Proyek Strategis Nasional (PSN) dan tiga program dengan nilai investasi mencapai Rp 4.180 triliun.
Untuk mendanai proyek tersebut pemerintah akan menggandeng para investor.
Agar investor tertarik, pemerintah telah menyiapkan beberapa program, yakni Viability Gap Fund (VGF), availability payment dan insentif pajak.
“Sebetulnya ada lagi yang kami kembagkan tapi perumusannya agak lambat. Namanya LCS (limited concession scheme),” ucap dia.
Wingcopter, a drone product from PT Farmindo Inovasi Teknologi
President Director of PT Famindo Inovasi Teknologi Julius Agus Salim inaugurated the first drone technology development plant in Southeast Asia located in Bogor, West Java, on Thursday.
Salim noted in a statement received here, Friday, that several Indonesians possess immense abilities, thus motivating themselves to advance the work of the nation`s children, especially in the development and production of environment-friendly drones.
"So far, we have been importing more drones from China and Europe, but we can produce them ourselves, which has motivated me to establish a drone factory," he noted.
Salim further pointed out that the development of drone technology in Indonesia is still lagging behind due to the lack of technological support and educational use of drones by manufacturers and developers, so production of drones in Indonesia is still low, and the people prefer to use drones produced using foreign technology.
"Some 80 percent of the raw material used in making the drones is produced domestically," he remarked.
He added that the Famindo Group is a company that had forged cooperation with the Army, Police force, National Search and Rescue Agency, and Intelligence Headquarters.
Furthermore, drones by the company are produced in an environment-friendly plant and supported by accredited technologies and standards, both nationally and internationally.
"Each product manufactured passes through three dynamic stages -- design, assembling, and testing -- all of which prioritize detailing and perfection of each circuit on the UAV system or unmanned aircraft," he explained.
Additionally, the company has established a drone school to meet the needs of potential drone pilots in Indonesia, both for the country`s security sector and for civilian needs.
It has provided basic classes, covering material on how to control drones along with the safety aspects. A captain class covers all safety material on the use of drones, manual drone control, and introduction of ground control system to control drones, while an instructor class is held to meet the training needs for drone pilots keen on becoming trainers.
♖ antara