Jumat, 14 Agustus 2020

Misteri Teknologi Militer Canggih Jenderal TNI Akhir Zaman SBY

  https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2014/04/07/246776_kepala-staf-tni-ad-jenderal-budiman_665_374.jpgJenderal Budiman ketika memperkenalkan 15 teknologi TNI AD [vivanews]

Tiga hari sebelum Hari Raya Idul Fitri 2014 atau 27 Ramadan 1435 Hijriah merupakan hari yang menjadi sejarah bagi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Di hari itu, prajurit terbaik dan cerdas yakni Jenderal Budiman harus merelakan tongkat komando KSAD berpindah tangan ke rekannya, Jenderal Gatot Nurmantyo.

Pergantian Kepala Staf Angkatan Darat itu cukup mengejutkan Indonesia, sebab dilakukan hanya sehari sebelum Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasil pemungutan suara Pilpres 2014.

Dan yang tak disangka-sangka, Jenderal Budiman juga belum sampai setahun menjabat KSAD. Diketahui, beliau pertama kali menempati jabatan itu menggantikan Jenderal TNI Moeldoko pada 30 Agustus 2013.

Memang ada polemik besar yang mencuat sebelum pencopotan jabatan Jenderal Budiman itu. Polemik itu terkait sindiran Jenderal TNI (hor) Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY tentang adanya perwira tinggi TNI yang tak netral di Pemilu.

Sindiran itu dilontarkan SBY saat memberikan arahan kepada perwira TNI/Polri di Gedung Kementerian Pertahanan pada 2 Juni 2014.

"Informasi yang telah dikonfirmasikan, ada pihak-pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk berpihak pada yang didukungnya. Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar presiden kalian, kan itu kapal karam yang sudah mau tenggelam, berhenti, lebih baik cari kapal baru yang tengah berlayar dan matahari bersinar," kata SBY kala itu.

Memang, SBY tak menyebut nama dan meminta perwira yang hadir dalam acara itu untuk mencari kebenaran dari informasi yang diterima SBY. Hanya saja dikabarkan perintah pergantian Jenderal Budiman berasal dari SBY.

Jenderal Budiman sendiri menyatakan tidak tahu menahu tentang informasi yang digembor-gemborkan SBY. Bahkan dia tak mengetahui alasan di balik pemberhentiannya dari kursi KSAD.

Akhirnya alasan pemberhentian Jenderal Budiman diungkapkan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko menyatakan pemberhentian Jenderal Budiman atas dasar regenerasi di tubuh TNI. "Jadi Jenderal Budiman sebentar lagi memasuki masa pensiun," kata Jenderal Moeldoko.

Memang apa yang dikatakan Jenderal Moeldoko sangat masuk akal, sebab Jenderal Budiman memang akan pensiun pada September 2014. Dan memang terbukti selepas pensiun Jenderal Budiman sama sekali tak ikut-ikut berpolitik.

 Misteri teknologi canggih militer 

https://cdn.sindonews.net/size/940/photos/2014/04/07/6524/21720_highres.jpgJenderal TNI Budiman memberikan penjelasan tentang perlengkapan militer saat pameran hasil riset berbasis teknologi di Mabes TNI AD, Jakarta, Senin (07/04/2014). Melalui pengembangan riset tersebut diharapkan dapat mengembangkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) sehingga militer Indonesia tak perlu bergantung dengan negara lain​. [sindonews]

Kisah di atas akan menjadi sebuah sejarah bagi TNI. Namun, perlu diketahui, dari data yang dihimpun VIVA Militer, Kamis 13 Agustus 2020, Jenderal Budiman merupakan prajurit TNI yang sangat istimewa. Dia dikenal sebagai jenderal yang melek teknologi dan misi gemilang untuk memajukan teknologi militer di Indonesia.

Yang hebatnya lagi, jenderal peraih penghargaan Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama Akabri 1978, pernah menginisiasi penelitian untuk menciptakan peralatan militer modern dan canggih.

Riset alat-alat militer itu dilakukan melalui kerjasama dengan Universitas Surya. Dan ketika itu, tak tanggung-tanggung ada 15 program hasil riset yang siap dikembangkan TNI.

15 program itu mulai dari superdrone alias pesawat tanpa awak yang mampu menjadi pesawat pembom: lalu ada laser gun yaitu senjata tanpa peluru untuk latihan menembak: kemudian ada Open BTS yang bisa dipakai TNI AD untuk membuat jaringan seluler sendiri; Nanosatelit berupa satelit mini yang biasa dipergunakan untuk pengintaian; Integrated Optronic Defence System, sebuah sistem pertahanan dengan memanfaatkan sistem optik dan elektronika.

Selanjutnya ada 2 software bernama simulasi komputer 1 yang berfungsi untuk menganalisa tank serta alat perang dam simulasi komputer 2 yang bekerja menganalisa senjata; serta Multirotor dan Frapping Bird dua alat untuk melakukan pengintaian dan pemantauan daerah.

Hebatnya lagi, biaya untuk melakukan riset disebut-sebut sangat murah, hanya menghabiskan Rp 31 miliar. "Hasil riset ini untuk meningkatkan alutsista demi kemandirian bangsa," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman dalam launching hasil riset berbasis teknologi tinggi di Mabes Angkatan Darat, Jakarta, Senin 7 Maret 2014.

Hanya saja sayangnya, setelah Jenderal Budiman tak lagi menjabat KSAD, program-program riset itu bagai sebuah misteri yang tak terungkap lagi. Bagaimana tidak, sejak zaman KSAD dipegang Jenderal Gatot hingga Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi KSAD, tak pernah terdengar lagi kabar tentang program-program hasil riset ini.

Malahan ketika Jenderal Budiman melakukan peluncuran program riset, Jenderal Gatot Nurmantyo hadir, ketika itu beliau masih menjabat sebagai Panglima Kostrad.

Padahal jika program itu berjalan sesuai cita-cita Jenderal Budiman, saat ini Indonesia mungkin sudah tak lagi menjadi negara yang hanya bergantung pada Asing dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Toh ketika itu memang Jenderal Budiman sudah memikirkan bagaimana Indonesia bisa lepas dari jerat bisnis senjata Asing. "Dengan memproduksi sendiri, banyak keuangan negara yang dihemat. Total biaya riset ini hanya mengeluarkan biaya Rp 31 miliar, ini jauh lebih murah dari pada membeli produk asing," kata beliau kala itu.

Jenderal Budiman sangat menyadari, bahwa sebagus apapun dan semahal apapun serta secanggih apapun peralatan militer yang dibeli dari Asing, tetap saja Indonesia mendapatkan yang kualitasnya dua lebih buruk dari yang dimiliki negara penjual.

"Kalau kita beli dari negara luar, pasti alat terhebatnya dipakai sendiri. Layer (lapisan) kedua tentu dia berikan kepada sekutunya, dan layer ketiga baru diberikan kepada kita jika mereka menganggap sahabat," kata Jenderal Budiman saat itu.

Nah yang menjadi pertanyaan saat ini, apakah semua program hasil riset itu akan terus menjadi misteri yang tak bakal terungkap? Dan Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor persenjataan Asing? Semoga saja tidak.

 ♖ VIVAnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.