Ban tanpa udara buatan TNI AD. [Dok. Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) Kodiklat TNI AD] ★
Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) TNI AD mengakui punya keinginan melanjutkan pengembangan ban tanpa udara hingga ke tahap produksi massal. Namun hal itu dikatakan mesti mendapat persetujuan dari pimpinan TNI AD atau Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang saat ini dikepalai Prabowo Subianto.
Komandan Poltekad Kodiklat TNI AD Brigadir Jenderal Nugraha Gumilar menjelaskan batas karya siswa-siswi di Poltekad hanya sampai tahap penelitian, termasuk pada pengembangan ban tanpa udara yang sudah diuji coba pada tahun ini.
"Kami sifatnya penelitian dan ide dasar. Pengembangan selanjutnya ini milik AD, harus seizin Kasad (Kepala Satuan AD) atau Kemenhan," kata Nugraha melalui telepon, Kamis (16/7).
Hak paten ban tanpa udara itu diklaim atas nama TNI AD sehingga untuk masuk ke jalur produksi, misalnya bekerja sama dengan pihak ketiga, hanya bisa dilakukan atas restu pimpinan jajaran TNI AD.
"Jadi kami tidak bisa memutuskan," ucap dia.
Lebih lanjut Nugraha bilang urusan produksi ban tanpa udara seharusnya diserahkan kepada pihak lain yang punya keahlian dan teknologi canggih. Jika ada semacam kerja sama dengan pihak lain, Poltekad dikatakan cuma menyediakan formulasi pembuatan ban.
"Itu dari kami dan kami tidak berani memberikannya [formula] tanpa seizin Kasad," ungkap dia.
Ban tanpa udara racikan prajurit TNI AD saat ini masih dalam uji coba sebagai tahap penyempurnaan. Ban itu dibuat dengan struktur unik, seperti sarang lebah, yang berfungsi sebagai penyangga atau peredam.
Nugraha mengungkap pengembangan dilakukan memakai teknologi, peralatan, dan bahan sederhana. Struktur sarang lebah itu dibuat dari karet mentah yang diolah dengan senyawa kimia.
Kemudian olahan itu dicetak lalu disambung ke bagian tapak ban menggunakan sistem vulkanisir.
Pengujian ban sudah dilakukan pada pikap kabin ganda sambil di area perkotaan di Batu, Jawa Timur selama hampir dua jam dengan kecepatan 40-50 km per jam.
Ban ini tak akan bocor saat menggilas paku atau benda tajam lain, bahkan tidak rusak seketika saat ditembak senjata api. Ban tanpa udara ini diklaim mampu menahan beban dua sampai empat ton.
Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) TNI AD mengakui punya keinginan melanjutkan pengembangan ban tanpa udara hingga ke tahap produksi massal. Namun hal itu dikatakan mesti mendapat persetujuan dari pimpinan TNI AD atau Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang saat ini dikepalai Prabowo Subianto.
Komandan Poltekad Kodiklat TNI AD Brigadir Jenderal Nugraha Gumilar menjelaskan batas karya siswa-siswi di Poltekad hanya sampai tahap penelitian, termasuk pada pengembangan ban tanpa udara yang sudah diuji coba pada tahun ini.
"Kami sifatnya penelitian dan ide dasar. Pengembangan selanjutnya ini milik AD, harus seizin Kasad (Kepala Satuan AD) atau Kemenhan," kata Nugraha melalui telepon, Kamis (16/7).
Hak paten ban tanpa udara itu diklaim atas nama TNI AD sehingga untuk masuk ke jalur produksi, misalnya bekerja sama dengan pihak ketiga, hanya bisa dilakukan atas restu pimpinan jajaran TNI AD.
"Jadi kami tidak bisa memutuskan," ucap dia.
Lebih lanjut Nugraha bilang urusan produksi ban tanpa udara seharusnya diserahkan kepada pihak lain yang punya keahlian dan teknologi canggih. Jika ada semacam kerja sama dengan pihak lain, Poltekad dikatakan cuma menyediakan formulasi pembuatan ban.
"Itu dari kami dan kami tidak berani memberikannya [formula] tanpa seizin Kasad," ungkap dia.
Ban tanpa udara racikan prajurit TNI AD saat ini masih dalam uji coba sebagai tahap penyempurnaan. Ban itu dibuat dengan struktur unik, seperti sarang lebah, yang berfungsi sebagai penyangga atau peredam.
Nugraha mengungkap pengembangan dilakukan memakai teknologi, peralatan, dan bahan sederhana. Struktur sarang lebah itu dibuat dari karet mentah yang diolah dengan senyawa kimia.
Kemudian olahan itu dicetak lalu disambung ke bagian tapak ban menggunakan sistem vulkanisir.
Pengujian ban sudah dilakukan pada pikap kabin ganda sambil di area perkotaan di Batu, Jawa Timur selama hampir dua jam dengan kecepatan 40-50 km per jam.
Ban ini tak akan bocor saat menggilas paku atau benda tajam lain, bahkan tidak rusak seketika saat ditembak senjata api. Ban tanpa udara ini diklaim mampu menahan beban dua sampai empat ton.