9 Unit Pesanan TNI AUWakil Menteri Pertahanan RI Tinjau progres pesawat di PT DI ☆
Wakil Menteri Pertahanan RI, Bapak Sakti Wahyu Trenggono berkunjung ke PTDI, diterima oleh Direktur Utama, Elfien Goentoro, Direktur Teknologi & Pengembangan, Gita Amperiawan dan Direktur Produksi, M. Ridlo Akbar.
Dalam kesempatannya beliau juga meninjau beberapa kontrak berjalan di area hanggar, salah satunya adalah progress kontrak 9 unit pesawat NC212i TNI AU.
Diharapkan kunjungan ini dapat membawa berkah dan manfaat berkelanjutan bagi PTDI dan Kementerian Pertahanan RI.
Indonesia mengesahkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan peran pasukan perdamaian PBB perempuan yang tertuang dalam konsensus resolusi 2538 tahun 2020.
Diwakili oleh Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Dubes Dian Triansyah, RI bersama anggota DK PBB lain mempelopori Resolusi 2538 pada 28 Agustus 2020 di markas PBB di New York, Amerika Serikat.
"Resolusi 2538 (2020) ini merupakan resolusi pertama dalam sejarah diplomasi Indonesia di DK PBB. Resolusi yang digagas Indonesia ini disponsori oleh 97 negara PBB, termasuk seluruh anggota DK PBB," tulis pernyataan Kemenlu RI.
Kemenlu RI menyatakan hal ini merupakan terobosan penting karena untuk pertama kalinya Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi yang secara khusus mengangkat peran personel perempuan penjaga perdamaian dunia, dan juga merupakan kontribusi nyata Indonesia dalam diplomasi perdamaian.
Beberapa elemen utama yang termuat dalam Resolusi antara lain, perlunya peningkatan jumlah personel perempuan dalam misi PBB, kerjasama pelatihan dan pengembangan kapasitas, pembentukan jejaring dan basis data personel perempuan, peningkatan keselamatan dan keamanan, penyediaan sarana dan fasilitas khusus bagi personel perempuan, serta kerjasama PBB dengan organisasi kawasan.
"Resolusi ini merupakan wujud kontribusi nyata Indonesia dalam meningkatkan peran perempuan sebagai agen perdamaian, khususnya dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Resolusi DK PBB ini juga tergolong langka karena disponsori bersama oleh seluruh anggota Dewan Keamanan PBB, yang didukung 97 negara anggota PBB.
"Dukungan atas inisiatif Indonesia ini tidak terlepas dari diplomasi, kredibilitas dan rekam jejak Indonesia dalam misi perdamaian PBB, termasuk kiprah personel perempuan Indonesia di berbagai misi PBB”, demikian ditegaskan Dubes Dian Triansyah Djani.
Pasukan perdamaian perempuan Indonesia selama ini diakui perannya dalam mendekatkan diri dengan masyarakat setempat di wilayah konflik, khususnya dalam perlindungan perempuan dan anak.
Indonesia adalah salah satu kontributor personel perempuan terbesar dengan 158 personel yang bertugas di tujuh misi PBB yaitu Lebanon, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, Darfur, Mali, dan Sahara Barat. Sejak tahun 1999, Indonesia telah mengirim lebih dari 570 personel perempuan ke berbagai misi pemeliharaan perdamaian PBB.
Saat ini, personel perempuan dalam pasukan perdamaian PBB berjumlah 5.327 atau 6.4% dari total 82.245 personel.
Menyusul minat pasar yang terus menunjukan tren positif, Chief Engineer N-219 PT DI, Palmana Banandhi menegaskan kesiapan jajarannya untuk memenuhi target penyelesaian type certificate pesawat penumpang berkapasitas 19 penumpang itu, sebelum diproduksi massal, yang dijadwalkan rampung pada akhir 2020.
Menurut dia, optimisme itu merujuk pada proses pengujian yang dilakukan terhadap dua purwarupa pesawat yang dinamai Nurtanio tersebut. "Alhamdulillah, (sejauh ini) data-data dari instrumentasi pesawat bagus dan realiable (andal)," tandasnya saat dihubungi, Senin (24/8).
Dijelaskan, untuk purwarupa pertama (PD1) dengan registrasi PK-XDT yang mulai terbang perdana pada Agustus 2017 sudah mengantongi 222 jam terbang yang merupakan hasil dari 196 kali mengudara. Pesawat ini digunakan untuk menguji stability, control, performance pesawat, dan struktur pesawat.
Sedangkan prototype kedua (PD2) dengan registrasi PK-XDP sudah mengantongi 168 jam terbang setelah mengudara 130 kali. Pesawat yang terbang perdana pada Desember 2018 itu, lebih banyak digunakan untuk pengujian sistem-sistem yang berada di pesawat.
✈ Pesawat N-219 Nurtanio prototipe kedua [Roby Aeros]
Untuk mendapatkan sertifikasi, kedua pesawat tipe rute perintis tersebut harus memenuhi sekitar 300 jam terbang. Proses tersebut dilakukan secara bervariasi sebelum mengakhiri rangkaian panjang itu pada Desember mendatang sebelum kemudian bisa diproduksi untuk memenuhi keinginan peminat.
Untuk pesawat N-219 pertama, jelas putra Tegal itu, masih membutuhkan sekitar 25 kali terbang lagi. Sedangkan pesawat kedua masih terdapat jadwal sekitar 18 kali terbang lagi. Untuk jam terbangnya jelas Palmana, cukup bervariasi karena masing-masing misi terbang itu bisa memakan waktu antara 1,5 sampai 3 jam,.
"Jumlah jam itu tergantung misi. Makanya, kalau kami hitungnya adalah berapa kali terbang lagi karena disesuaikan dengah jumlah mission test-nya. Untuk dua pesawat ini ya. Insya Allah sertifikasi N-219 akan diselesaikan pada akhir tahun 2020," kata Palmana Banandhi.
Liputam om mobilFIN Komodo, kendaraan produksi Indonesia juga telah digunakan TNI [fb Fin Komodo] ★
Sebagai Perusahaan Prinsipal otomotif Indonesia, yang pertama kali mengawali sebuah proses Perancangan dari sebuah ide menjadi produk jadi kendaraan bermotor FIN Komodo.
Perancangan mandiri dalam sistem R&D, Engineering, Production, Testing, Marketing, After Sales hingga menjadi produk andalan Nasional.
Ungkap LuhutUjicoba KRI Alugoro 405 [submarine.id] ★
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengungkapkan pembangunan kapal selam di dalam negeri Kapal Selam Alugoro kelas 209 sempat mengalami kendala. Saat awal-awal pembangunan proyek ini ada opsi untuk membatalkan proyek ini alias 'disuntik mati'.
"Dalam perjalanan waktu, program tersebut tidak semulus seperti diharapkan. Banyak kendala menimpa, sebagian besar justru terjadi di pihak kita, sampai-sampai muncul opsi untuk membatalkan pembuatan kapal selam tersebut dan diganti kapal jenis lain. Ada juga dorongan kuat untuk membeli kapal selam yang sudah jadi dari negara lain, Rusia diantaranya," kata Luhut seperti dikutip dari akun media sosialnya, Jumat (28/8).
Saat itu, Luhut masih menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), ia mengungkapkan bahwa Direksi PT PAL sempat datang kepadanya dan menuturkan berbagai kesulitan dalam dalam pembuatan kapal selam di Indonesia. Namun, ketika tahu bahwa ujung dari kerjasama tersebut adalah melatih kemampuan bangsa untuk membuat kapal selam sendiri, maka Luhut total mendukung rencana mereka.
"Saya waktu itu percaya bahwa esok Indonesia mempunyai alutsista yang canggih tetapi buatan dalam negeri. Karya asli anak bangsa dan bukan hanya impor melulu." sebutnya.
Program pembuatan kapal selam PT PAL [PAL] ★
Meski diklaim sebagai buatan anak bangsa, nyatanya pengembangan kapal selam ini dibuat berdasarkan kerjasama dengan sejumlah negara. Ada juga ikut campus Thyssenkrupp Marine Systems, Jerman.
Selain itu, dijalin kesepakatan kontrak dengan Korea Selatan, dijanjikan bahwa satu kapal selam dibangun sepenuhnya di Korea Selatan. Kapal selam kedua separuh bagian dibangun oleh para teknisi PT PAL di Korea Selatan, dan kapal selam ketiga sepenuhnya dibangun oleh pakar-pakar dari Indonesia di Surabaya.
Sembari memantau progresnya, Luhut menyebut ketika melakukan kunjungan ke Surabaya, Ia selalu sempatkan mampir ke PT PAL pada awal 2020. Dalam kunjungannya itu, Direktur Utama PT Pal Budiman Saleh membanggakan produksi anak buahnya. Di antaranya dalam klaim las-lasan zero-defect, alias tanpa cacat sedikit pun dalam proses pengelasan kapal selama yang merupakan bagian tersulit pembangunan kapal selam.
"Saya turut bangga karena di tempat asalnya, las-lasan demikian terkadang banyak yang harus diulang karena ada kesalahan atau kurang rata," paparnya.
PTDirgantara Indonesia tengah menjajaki pasar bagi pesawat N-219 di Afrika. Peluangnya cukup besar mengingat ada kebutuhan 100 unit bagi pesawat jenis tersebut. BUMN strategis ini akan merampungkan sertifikasi pesawat ter-gres-nya itu pada akhir 2020.
Adanya ketertarikan Afrika terungkap dalam peringatan hari jadi Ke-44 pabrik pesawat itu yang disiarkan secara daring, Senin (24/8).
"Jadi di saat ulang tahun ini, kita mendapatkan kontrak NC-212i, dan ternyata ada potensi kontrak 100 unit N-219 semoga kita bisa mendapatkannya, sehingga saya minta kesiapan tim N-219 terkait potensi pasar yang cukup besar ini," jelas Dirut Elfien Goentoro.
Sebelumnya, orang nomor satu di PT DI itu melakukan komunikasi jarak jauh dengan Direktur Niaga, Ade Yuyu Wahyuna yang baru saja menuntaskan penandatangan kontrak satu unit NC-212i dengan Kongo (DRC=Democratic Republic of the Congo) pada Jumat (21/8) lalu.
Dari proses tersebut, diketahui bahwa salah satu negara di Afrika itu membutuhkan pula pesawat berkapasitas 19 penumpang itu. Sinyal ini berarti menambah daftar pihak yang tertarik membeli N-219. Sebelumnya, sejumlah maskapai dalam negeri dan Pemda ingin pula memilikinya dengan perkiraan kebutuhan hampir 300 unit.
"Ada potensi ke depan di sini, kita tengah menjajaki kerjasama pengembangan pembelian N-219 sebanyak 100 unit dengan pihak DRC yang didukung investor AS sebagai holdingnya, jadi perkembangannya (N-219) ini sudah go global," kata Ade Yuyu.
Seiring dengan progres negosiasi yang dilakukan, Ade Yuyu pun meminta internal tim yang tengah menangani N-219 bisa menuntaskan pengembangannya mengingat adanya pasar yang siap dimasuki.
"Kepada tim yang sehari-hari menangani N-219 mudah-mudahan (kabar) ini bisa jadi penyemangat sehingga menyelesaikannya sesuai target. Ini jelas tantangan. Mudah-mudahan didahului NC-212i, kemudian N-219 bisa terbang di langit Afrika," katanya.
Elfien Goentoro tak menampik bahwa masa pandemi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hanya saja, dia berharap dengan perubahan mindset di perusahaan, kondisi tersebut bisa dihadapi dengan baik terutama dalam menjaga ketepatan penyerahan produk dan kualitas produk. "Kita bukan buat pesawat tapi bisnis pesawat," katanya.
Sedangkan Direktur Umum dan SDM Sukatwikanto sempat menyinggung langkah penyerahan prototype pertama N-250 yang mendapat atensi luas karena dimuseumkan. Menurut dia, langkah tersebut tak menyurutkan jajaran perusahaan untuk terus berkiprah mengingat pengembangan pesawat di kelas N-250 tengah pula berjalan.
Terlebih komitmen pemerintah untuk program pengembangan pesawat sudah dikantongi. Hanya saja, dia menyebut bahwa hal itu akan bergantung kepada kesuksesan N-219 yang dibandrol sekitar USD 6 Juta Dollar itu.
"Jangan pesimis N-250 PA1 dimuseumkan, karena program pengembangan pesawat sekelas 50 penumpang akan dilanjutkan. Tapi ada prasyarat yang harus dipenuhi yakni type certificate N-219 tuntas sehingga masuk pasar, dan kita bisa fokus mengembangkan CN-235 civil version, atau nanti akhirnya berujung pada N-245," katanya.
✈️ Setelah program Falcon Star-eMLU✈️ Pesawat 1601 TNI AU setelah program Falcon Star-eMLU [TNI AU]
Kemampuan dua pesawat tempur F-16 A/B Blok 15 yakni TS-1610 dan TS-1601 milik TNI AU semakin garang setelah di upgrade (perbarui) di Skadron Teknik 042 Lanud Iswahjudi, Madiun Jawa Timur.
Bagaimana tidak, pesawat buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat ini memungkinkan untuk dipersenjatai dengan senjata-senjata modern dan mematikan seperti, Advance Medium Range Air To Air Missile AAMRAM-C, Air Intercept Missile AIM-9 X, Laser JDAM, Air to Ground Missile AGM-65 D/G dan Advanced Targeting Pod. Dengan kemampuan tersebut maka pesawat F-16 A/B eMLU telah sejajar dengan pesawat tercanggih di kelasnya dalam hal combat effectiveness.
Tidak hanya itu, pesawat ini juga dilengkapi dengan radar canggih guna menjamin survivability ketika masuk ke dalam area pertempuran. Di antaranya, ALR-69 Radar Warning Receiver (RWR), ALQ-213 Electronic Warfare Management System (EWMS), ALE-47 Countermeasures, dan New radar APG-68(V)9.
Kehebatan radar ini adalah mampu mendeteksi sasaran di atas permukaan yang lebih jauh yaitu meningkat lebih dari 30% daripada radar sebelumnya. Selain itu pada mode udara ke udara, radar ini juga memiliki beberapa fitur baru antara lain, dapat melakukan akuisisi dua target sekaligus untuk penembakan rudal dari udara ke udara.
Selain dilengkapi persenjataan dan radar canggih, dengan modifikasi structure maka safety integrity pesawat dan kondisi airframe menjadi lebih baik dibanding sebelumnya dan meminimalisasi potensi terjadinya kerusakan struktural. Dengan demikian, pesawat dapat dioperasional hingga 8.000 jam dan berpotensi untuk diperpanjang menjadi 10.800 atau 12.000 bahkan 14.000 EFH (equivalent flight hours).
Program The Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon Star) Enhanced Mid-Life Update (eMLU) ini didasari atas kebutuhan operasional dari satuan pengguna dimana teknologi pesawat F-16 A/B merupakan teknologi yang sudah tua terutama pada sistem radar dan sistem senjata yang masih menggunakan teknologi buatan tahun 80-an.
Ditambah usia pakai pesawat F-16 B (double seat) yang sudah di atas 6.000 jam dan ditemukannya kerusakan pada beberapa struktur pesawat F-16 A/B. Dengan kemampuan yang telah di upgrade tersebut maka pesawat F-16 A/B eMLU telah sejajar dengan pesawat tercanggih di kelasnya dalam hal combat effectiveness.
"Dengan perkembangan teknologi pertempuran secara modern dapat dimenangkan tanpa saling berhadapan, faktor penentu bukan lagi kepada kuantitas namun bagaimana kualitas alutsista yang dimiliki. Kecanggihan dan kemutakhiran alutsista khususnya alutsista udara adalah faktor yang sangat menentukan sekaligus faktor uji dalam memenangkan pertempuran masa depan," ujar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat penyerahan dua pesawat F-16 program Falcon Star eMLU di Skadron 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/8/2020).
Hadir dalam serah terima ini, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Sekjen Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsdya TNI Donny Ermawan Taufanto, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama Fadjar Adriyanto.
Di tengah tantangan dan ancaman, kata Fadjar, ketidakmampuan dalam melakukan perawatan sendiri akan menjadi sebab rendahnya kesiapan operasional TNI AU khususnya dikala ketidakstabilan global yang terjadi saat ini. Itulah mengapa program Falcon Star eMLu merupakan sebuah keputusan yang tepat. Sehingga pesawat F16 A/B selanjutnya dapat ditingkatkan kemampuan dan dapat digunakan kembali untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia. "Terbangkan kembali pesawat pesawat ke langit Indonesia dengan kemampuan yang lebih baik," ucapnya.
Upgrade Pesawat F-16 Habiskan USD 12 juta ✈️ Avionik Pesawat 16 TNI AU setelah upgrade [TNI AU]
Program The Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon Star) Enhanced Mid-Life Update (eMLU) TNI Angkatan Udara (AU) berhasil memutakhirkan atau meng-upgrade dua pesawat tempur F-16 A/B. Program tersebut dinilai sangat menghemat anggaran.
"Dengan cara ini, kita mendapat penghematan luar biasa. Anggaran untuk ini, sekitar USD 10 juta -12 juta persatu pesawat. Dibandingkan dengan membeli pesawat baru yang nilainya sekitar USD 90 juta. Karena itu pemerintah sangat concern sekali kalau hal-hal ini bisa kita lakukan," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Manoarfa saat menghadiri penyerahan dua pesawat tempur F-16 di Skadron 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/8/2020).
Menurut Suharso, program ini merupakan bagian dari rancangan Bappenas dalam menyusun alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional hingga 15 tahun ke depan.
"Kita sebut terpenuhinya kebutuhan Minimum Essensial Force (MEF), salah satunya penguasaan di udara. Jadi ini salah satu cara kita melengkapi alutsista TNI AU dengan meng-upgrade yang kita miliki dengan teknologi yang terbaru," katanya.
Apalagi, sambung dia, setiap jenis teknologi pada masanya akan terjadi perubahan. Selain itu, karena pesawat akan membopong amunisi smart yang lebih maka strukturnya juga mesti diperkuat. Karena itu, program ini sangat penting.
Suharso menyebutkan, salah satu teknologi yang paling canggih dari pesawat tempur ini adalah radarnya. Keberadaan radar tersebut menjadi game changer.
"Karena ini menyangkut pemeliharaan dan perawatan serta penguasaan teknologi, kita bisa peroleh ketika ada game changer di sini ikut serta sehingga terjadi upgrading kemampuan teknis dari SDM Indonesia. Dengan demikian pesawat-pesawat lain sejenis bisa kita lakukan," katanya.
Disinggung mengenai kesiapan TNI AU memperbarui pesawat sejenis dari negara-negara lain pengguna F-16, Suharso mengaku tergantung kepada pemilik teknologi.
"Itu tergantung perjanjian, karena kita tidak diberikan license. Jadi dengan sendirinya itu adalah milik dari pemilik teknologinya," kata Suharso.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan, program ini merupakan suatu investasi besar dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM) karena ada loncatan teknologi yang dikuasai dalam pemeliharaan pesawat baik struktur, avionik maupun persenjataan.
"Proyek ini dikerjakan penuh oleh teknisi Indonesia didampingi supervisor dari Lockheed Martin, Amerika Serikat. TAapi kita turun langsung. Yang mengerjakan kita. Jadi kami sangat bersyukur dengan adanya proyek ini," katanya. (SindoNews)
✈️ Alutsista pesawat TNI AU✈️ Perlengkapan JDAM kits di hanggar TNI AU [Keris]
Alutsista ini memperkuat sistem persenjataan bom pesawat F16 TNI AU, sehingga nantinya lebih akurat karena dipandu dengan sistem GPS dan laser.
JDAM (Joint Direct Attack Munition) Kits adalah perangkat panduan yang relatif murah namun dapat mengubah bom jatuh bebas menjadi senjata pintar berpandu yang akurat.
Menurut Data DAMR, Indonesia memesan 102 kits.
JDAM kits merupakan alat yang dipasang pada bom Mk80 series.
✈️ Liputan TNI AU✈️ Pesawat 16 TNI AU setelah program Falcon Star-eMLU [TNI AU]
Pelaksanaan program Falcon Star-eMLU pesawat F-16 A/B Block 15 dilakukan oleh teknisi-teknisi TNI AU di Skadron Teknik 042, Lanud Iswahjudi.
Program Falcon Star-eMLU Pesawat F-16 A/B Block 15 TNI AU bertujuan meningkatkan kemampuan Airframe, Avionic dan Armament serta memaksimalkan usia pakai pesawat F-16 A/B Block 15 yang telah dioperasionalkan TNI AU sejak 30 tahun yang lalu.
Setelah selesai Program Falcon Star-eMLU, pesawat dapat dipakai sekitar 20 tahun mendatang berdasarkan itungan sistem komputer ASIP.
Pesawat ini juga dipersenjatai alutsista modern, seperti rudal AIX9M, rudal AIM 120 AMRAAM dan bom JDAM.
Agar tidak ada investasi ganda dan menaikan omzetRantis Maung 4x4 produksi Pindad [Pindad}
Direktur Utama (Dirut) PT Len Industri Zakky Gamal Yasin mengatakan holding industri pertahanan bertujuan untuk menaikkan omzet penjualan.
Menurut dia, holding dan merger dilakukan agar tidak ada investasi ganda yang selama ini dilakukan beberapa industri pertahanan.
"Investasi peralatan akan diatur sedemikian rupa, jangan sampai Len Industri investasi, di tempat lain PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, melakukan hal sama, ke depan akan diintegrasikan hal tersebut," kata dia, dalam keterangan resminya, Kamis, 27 Agustus 2020.
Zakky melanjutkan, dengan pembentukan holding maka industri pertahanan bisa meningkatkan sumber daya manusia (SDM), dan melakukan penilaian terhadap talenta perusahaan. Nantinya industri pertahanan bisa saling terintegrasi dan menjadi BUMN yang kuat untuk mendukung pertahanan negara dan perekonomian nasional.
"Jangan sampai industri pertahanan cakar-cakaran, bertengkar satu dengan lainnya, BUMN dan BUMS memperebutkan beberapa hal yang sama. Harus ada yang diproritaskan, tentunya tidak itu-itu saja, karena itu perlu renstra perlu diwujudkan," jelas Zakky.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Pindad Ade Bagdja menambahkan kini perusahaan sedang membuat produk pesanan khusus dari Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, yaitu kendaraan taktis (rantis) bernama Maung.
Pesanan yang akan dipenuhi itu mencapai 500 unit sesuai pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). "Kita melihat kebutuhan dan peluang dari berbagai macam kondisi Maung, ini sekalian kita sedang industrialisasi semoga tahun ini bisa 500 unit, meskipun kapasitas kita bangunan mencapai 1.000 unit dengan berbagai variannya," kata Ade.
Selain itu PT Pindad juga akan meluncurkan kendaraan tempur lainnya pada 2021. Hanya saja, alutsista kali ini diperuntukkan bagi TNI AL.
"Ini coming soon, available 2021. Tentu saja kendaraan tersebut dilengkapi senjata mesin untuk digunakan personel TNI. Kendaraan tempur berkonsep Tank Boat Antasena APC-30, ada variasi tank boat rudal dan tank boat kaliber 105 mm," jelas Ade.
Rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membeli jet tempur bekas Austria, Eurofighter Typhoon, menjadi salah satu sorotan dalam diskusi virtual yang diadakan Jakarta Defence Studies (JDS), Rabu (26/8/2020).
Ketua Harian Persatuan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) Mayor Jenderal TNI (Purn) Jan Pieter Ate mengkritik langkah Kemenhan di bawah kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto yang berencana membeli alutsista bekas.
Menurut dia, jika kebijakan alutsista bekas lebih diprioritaskan, maka pertahanan Indonesia semakin tertinggal. Ate menyoroti, pembelian Eurofighter Typhoon yang diproduksi belasan tahun lalu. Fakta terbaru di Austria adalah jet tempur itu sudah tidak dipakai. Apabila dibeli untuk memperkuat TNI, maka kekuatan TNI bisa dipertanyakan.
"Indonesia kok beli bekas terus? Beli teknologi yang baru, supaya indhan (industri pertahanan) kita itu bisa catch up. Jadi kita bicara kita generasi keenam, stealth, big data, musuhmu itu nanti bukan lawan barang bekas, tapi datang bawa teknologi terbaru," kata Ate dikutip dari rilis JDS.
Ia juga menyinggung konsep minimum essential force (MEF) yang harus diganti karena tidak relevan lagi. Menurut Ate, MEF merupakan konsep pertahanan yang tidak merepresentasikan Indonesia sebagai bangsa besar.
Ia bilang konsep MEF dengan rencana strategis (renstra) 2010-2014 dan 2015-2019 menghasilkan pemenuhan fisik yang baru tercapai 63,19% dan kesiapan alutsista hanya 58,37%. Ate menyebut, angka itu menunjukkan ada kesenjangan kesiapan pemenuhan dan penggunaan alutsista TNI mencapai 41 persen.
"Sampai sekarang MEF belum memenuhi kebutuhan kita. Kita negara G-20. Tinggalkan MEF, kita susun kembali pertahanan negara besar," katanya.
Sekretaris Jenderal Kemenhan 2019-2020 Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji mengomentari rencana menhan membeli jet tempur bekas Austria, Eurofighter Typhoon. Agus mengatakan, pendapat ini diberikan dalam kerangka ilmiah yang tidak berkaitan dengan kebijakan. Dia menganggap, apa pun kebijakan yang diputuskan menhan pasti ada dasar-dasar kuat untuk pengambilan keputusan.
"Keputusan entah membeli sesuatu alutsista baru dengan teknologi tertentu ataupun alustsita bekas diakibatkan kebutuhan mutlak dan segera. Saya yakin menhan punya dasar kuat, misal segera untuk membeli alutsista," kata Agus.
Ia menyinggung tentang belanja militer yang saat ini menjadi efek gentar sebagai bentuk kekuatan pertahanan yang berfungsi sebagai daya penggetar. Sedangkan strategi militer tidak bisa lagi dijadikan standar kemenangan pertempuran.
Agus mengatakan, strategi militer saat ini lebih mengarah ke seni koersif atau intimidasi dan punya efek gentar.
Alhasil, kemampuan untuk menghancurkan negara lain bisa dijadikan motivasi bagi suatu negara untuk menghindari dan memengaruhi perilaku negara lain.
"Untuk bersikap koersif atau mencegah negara lain menyerang negara tersebut, kekerasan harus diantisipasi dan dihindari lewat diplomasi. Kemampuan penggunaan kekuasaan untuk bertempur sebagai daya tawar adalah dasar dari teori deterensi, dan dikatakan berhasil, apabila kekuatan tidak digunakan," ujar Agus.
✈️ Dukung Latihan “Cakra A”✈️ Pesawat F16 TNI AU Laksanakan Hot Pit Refueling di Halim [TNI AU]
Sebuah latihan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan personel yang terlibat didalamnya.
Seperti yang dilakukan oleh seksi Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) Dinas Logistik (Dislog) Lanud Halim Perdanakusuma dengan melaksanakan Hot Pit Refueling dalam mendukung kegiatan latihan "Cakra A" yang digelar Kosekhanudnas I Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Dengan sigap, personel BMP Dislog Lanud Halim mampu melaksanakan kegiatan yang baru pertama kali dilakukan di Lanud Halim ini dalam waktu sekitar 20 menit untuk dua pesawat F-16 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun.
Kasi BMP Lanud Halim Perdanakusuma Letkol Kal Bagus Setiawan, S.E., M.Si., M.M., menjelaskan Hot Pit Refueling sendiri merupakan proses pengisian bahan bakar pesawat dalam kondisi mesin masih menyala sehingga pesawat dapat melanjutkan misi dengan segera.
"Tujuannya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan inspeksi pesawat guna mempercepat penyiapan pesawat sehingga dapat segera melaksanakan misi penerbangan berikutnya," tutupnya. (Pen Lanud Halim P.)
Memperkuat industri pertahanan nasionalIlustrasi C130 TNI AU [RAAF] ☆
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk, (GMF) dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) menjajaki kerja sama dalam industri perawatan pesawat (maintenance, repair and overhaul).
Kerja sama tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman yang meliputi perawatan pesawat terbang, kerja sama layanan mesin (engineering services) dan modifikasi pesawat terbang, pengerjaan services/repair komponen pesawat terbang, pengembangan sumber daya manusia di bidang kedirgantaraan, pemanfaatan fasilitas, sarana, dan prasana yang dimiliki, serta kerja sama pengadaan material/part serta pemanfaatan stok yang dimiliki.
“Kerja sama yang dijajaki dan dijalin kemudian ini diharapkan dapat menjadi kolaborasi strategis antara GMF dan PTDI guna mendukung percepatan pemulihan industri penerbangan Tanah Air di kala pandemi ini,” kata Direktur Utama GMF I Wayan Susena dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
GMF dan PTDI telah diamanahkan oleh pemerintah untuk bersinergi guna memperkuat industri pertahanan nasional.
Hal ini diwujudkan lewat kolaborasi modernisasi pesawat C-130H di mana ke dua perusahaan mampu mengombinasikan kapabilitas masing-masing dalam waktu dekat.
“Kerja sama ini sekaligus membuka peluang bagi kita untuk saling memanfaatkan kemampuan dan kapabilitas masing-masing agar tercipta sebuah ekosistem dunia penerbangan yang lebih kompleks. Sebuah kesempatan yang memfasilitasi kita untuk meraup pasar lebih besar secara lebih efisien, dengan menghindari terjadinya ‘double capability and double investment (kemampuan dan investasi ganda),” kata Wayan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Gita Amperiawan, menyampaikan sambutan hangat atas kerja sama yang dijalin.
“Kami percaya kerja sama ini akan mampu membawa PTDI dan GMF memenuhi harapan pemerintah. Mari rebut peluang domestik dan global dengan memaksimalkan potensi putra bangsa”, kata Gita.
Nota Kesepahaman yang ditandatangani kali ini direncanakan menjadi awal lahirnya kerja sama selanjutnya yang diharapkan dapat memperdalam sektor bisnis dan capability yang dapat digarap bersama.
Menteri Edhy Siap Gelontorkan Rp 7 MiliarSenjata SS2 produksi Pindad
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo berencana menggelontorkan dana Rp 7 miliar untuk memboyong 200 senjata Senapan Serbu 2 (SS2) buatan Pindad.
Senjata SS2 dengan harga sekitar Rp 35 juta/unit sudah dilengkapi dengan izin kepemilikan. Nantinya, senjata bakal diberikan kepada pengawas perikanan di bawah Ditjen PSDKP.
"Sudah realisasinya. Tinggal menunggu senjatanya jadi," kata Edhy di Gedung Mina Bahari IV, KKP, Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Adapun dana pembelian senjata seluruhnya menggunakan APBN tahun 2020. Pihaknya telah memberikan uang muka sebesar 20 persen kepada perusahaan pelat merah itu.
Bukan hanya senjata, pihaknya tengah mengupayakan menerima kapal pengawas yang dihibahkan oleh negara-negara tetangga. Edhy bilang, beberapa negara seperti Jepang dan AS berniat menghibahkan kapal-kapal layak pakai tersebut.
"Kita mendapat hibah dari Jepang ada 2 kapal. Tapi kita masih ada satu kendala komunikasi di perjanjian. Jadi ada 1 pasal yang harus kita luruskan dulu. Secara prinsip, (komunikasi) sudah sangat maju sekali dengan Jepang," pungkasnya.
Sebelumnya, Edhy sempat menyebut bakal membekali para awak pengawas perikanan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) dengan 200 pucuk senjata Senapan Serbu 2 (SS2) buatan Pindad.
Pembekalan persenjataan itu dilakukan agar awak pengawas semakin kuat mental dan berani dalam menghadapi para maling ikan yang mencuri sumber daya laut RI.
Edhy juga tengah berdiskusi dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk melengkapi operasi laut dengan Senjata Mesin Berat (SMB).
"Senjata Mesin Berat kita punya, tapi perangkat penembaknya harus organik, artinya harus TNI. Nah ini saya bicarakan dengan Kemenhan," paparnya beberapa waktu lalu.
♖Kompas