Sabtu, 03 April 2021

Beijing Kecam Dialog Jepang dan Indonesia

 Berhenti Memfitnah China 
https://imgsrv2.voi.id/k7KezrPcmkqhxGNkopQ1gINRbsVIsKlG-eMR1qccGrI/auto/1200/675/sm/1/bG9jYWw6Ly8vcHVibGlzaGVycy80MTY4Ni8yMDIxMDMzMDE5MzctbWFpbi5jcm9wcGVkXzE2MTcxMDc4OTYuanBn.jpgPertemuan 2+2 antara Indonesia dan Jepang. [istimewa]

K
ementerian Luar Negeri China pada Kamis, 1 April 2021 menuduh Jepang 'menyebarkan perselisihan' terkait kegiatan maritim Beijing.

"Kami sangat prihatin tentang tindakan negatif Jepang baru-baru ini terhadap China," kata juru bicara kemenlu China, Hua Chunying, seperti dikutip dari Nikkei Asia.

Kecaman China itu menyusul adanya dialog two-plus-two antara kepala diplomatik pertahanan Jepang dan Indonesia pada Selasa, 31 Maret 2021 di Tokyo.

Indonesia dan Jepang berbagi 'keprihatinan serius' tentang upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan di Laut Natuna Utara dan Laut China Timur, menurut pembacaan yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang.

Hua mengatakan China dan Indonesia segera berkomunikasi satu sama lain untuk mengklarifikasi situasi setelah Jepang merilis informasi tersebut.

"Kami mendesak pihak Jepang untuk berhenti menyebarkan perselisihan, mematuhi norma-norma dasar hubungan internasional, berhenti memfitnah China, dan mengambil tindakan nyata untuk menjaga kepentingan keseluruhan hubungan China-Jepang," kata Hua Chunying.

Juru bicara itu juga menegur anggota pers Jepang selama pengarahan konferensi pada hari Kamis.


"Kami juga mendesak media Jepang yang relevan untuk menegakkan tanggung jawab sosial dan etika profesional mereka, berhenti membuat disinformasi dan menahan diri dari menghasut konfrontasi dan menciptakan ketegangan antara negara-negara kawasan," kata Hua.

Kementerian Luar Negeri China telah menyuarakan keberatan dengan Jepang selama beberapa minggu terakhir.

Hua menanggapi keprihatinan besar yang diungkapkan oleh Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato atas laporan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, China.

Hua meminta Jepang untuk menangani daftar masalah sejarah, termasuk terpidana penjahat perang kelas A yang dihormati di Kuil Yasukuni Tokyo dan perlakuan terhadap 'wanita penghibur' Korea.

"Apakah ini cara Jepang menghormati hak asasi manusia?," kata Hua.***

  ★ Pikiran Rakyat  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.