Rabu, 30 Juni 2021

[Global] Rusia Lancarkan Serangan Palsu ke Kapal Perang Belanda

Selama Berjam-jam di Laut Hitam https://asset.kompas.com/crops/Pzb3EBTg6ase5WDrtGO5p5JYiaE=/56x39:977x653/750x500/data/photo/2021/06/30/60dbc4f247245.jpgJet militer Rusia bersenjata menyebabkan situasi berbahaya di Laut Hitam dekat HNLMS Evertsen Kamis (24/6/2021). (DEFENSIE via TWITTER)def.pk

Kementerian Pertahanan Belanda pada Selasa (29/6/2021) menyatakan jet tempur Rusia melakukan "serangan palsu" terhadap kapal pengawal angkatan laut Belanda di Laut Hitam pekan lalu.

Insiden yang melibatkan Kapal Perang Belanda HNLMS Evertsen berlangsung selama lima jam pada Kamis lalu (24/6/2021), kata kementerian pertahanan Belanda melansir Business Insider.

Pesawat tempur Rusia yang dipersenjatai dengan rudal udara-permukaan, terbang rendah dan dekat kapal Angkatan Laut Kerajaan Belanda, seakan ingin melakukan serangan.

Kapal perang Belanda juga mengalami gangguan yang mengacaukan beberapa sistem elektronik di dalamnya, kata kementerian pertahanan.

Komandan kapal mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Eversten berlayar di perairan internasional. Jadi tidak ada alasan untuk tindakan seperti yang dilakukan Rusia, yang disebutnya "tidak bertanggung jawab dan tidak aman."

"Evertsen memiliki hak untuk berlayar di sana. Tidak ada pembenaran apa pun untuk tindakan agresif semacam ini, yang juga secara tidak perlu meningkatkan kemungkinan kecelakaan," kata Menteri Pertahanan Belanda Ank Bijleveld-Schouten menanggapi tindakan Rusia melansir CNN.

Kapal Perang Belanda HNLMS Eversten tergabung dalam kelompok penyerang kapal induk multinasional yang dipimpin oleh kapal induk Inggris HMS Queen Elizabeth.

Kapal ini telah melakukan patroli di Laut Hitam dengan kapal perusak Angkatan Laut Kerajaan Inggris HMS Defender.

Rabu lalu (23/6/2021), militer Rusia terbang di atas kapal perusak Inggris di Laut Hitam, kadang-kadang melakukan manuver, yang menurut Menteri Luar Negeri Inggris "tidak aman atau profesional."

Kementerian pertahanan Rusia mengklaim bahwa tembakan peringatan ditembakkan dan bom dijatuhkan di jalur kapal perusak Inggris.

Kapal itu dituding memasuki perairan teritorialnya, klaim yang berasal dari pencaplokan Krimea oleh Rusia dan tidak diakui secara luas.

Kementerian pertahanan Inggris membantah versi peristiwa Rusia, dengan alasan bahwa tidak ada tembakan atau bom yang dijatuhkan.

Namun, Rusia tetap berpegang pada ceritanya dan bahkan mengancam akan menjatuhkan bom "tepat pada sasaran" jika terjadi gangguan lain.

Drama baru-baru ini di Laut Hitam terjadi hanya beberapa hari sebelum dimulainya latihan militer besar-besaran yang dipimpin oleh AS dan Ukraina.

Sea Breeze 21 adalah latihan terbesar tahunan sejak pertama kali dimulai 27 tahun lalu, dan melibatkan 32 negara, 5.000 personel militer, 32 kapal, dan 40 pesawat.

Latihan dimulai Senin (28/6/2021) meskipun ada tentangan Rusia terhadap latihan tersebut. Kremlin menganggap kapal perang NATO yang berkunjung di dekat Krimea mengganggu stabilitas.

"Kami menunjukkan kepada dunia bahwa Laut Hitam adalah laut internasional," kata Kapten Kyle Gantt, seorang perwira militer AS dan wakil komandan Satuan Tugas 65 pada Selasa (29/6/2021), menurut Stars and Stripes.

"Ini (Laut Hitam) terbuka dan tersedia untuk transportasi perdagangan, pengiriman, untuk semua negara secara gratis," katanya, seraya menambahkan bahwa "itu (Laut Hitam) tidak dimiliki oleh satu negara."

Pada April, mereka mendeklarasikan area yang lebih luas dari Krimea tertutup untuk kapal angkatan laut asing.

Pada April, Rusia memberlakukan pembatasan pergerakan angkatan laut asing di dekat Krimea hingga November.

Langkah itu memicu keluhan keras dari Ukraina dan Barat.

Rusia menolak kritik dan menegaskan pembatasan tidak akan mengganggu pengiriman komersial.

Awal tahun ini, Rusia juga memperkuat pasukannya di dekat perbatasan dengan Ukraina.

Kiev juga mendapat peringatan agar tidak menggunakan kekuatan untuk merebut kembali kendali atas jantung industri timur negara itu, di mana konflik dengan separatis yang didukung Rusia telah menewaskan lebih dari 14.000 orang dalam tujuh tahun.

Moskwa menarik beberapa pasukannya setelah manuver, tetapi para pejabat Ukraina mengatakan banyak dari pasukan itu tetap tinggal.

  Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.