Sabtu, 20 Februari 2021

Ketika Tim Khusus Puspenerbal Juanda Membuat Pesawat tanpa Awak

Dengan desain khusus serta kemampuan landing dan take off di air. Drone yang dibuat tim Puspenerbal Juanda itu tidak hanya sebagai pengintai. Tapi, juga siap untuk misi perang. PERSIAPAN TERBANG: Letda Laut (T) Henkky Muharrajun Nasaf (kiri) beserta tim mendorong PUTA SE-01 sebelum lepas landas di Skuadron 700 Puspenerbal Juanda Kamis (10/9). [Dipta Wahyu/Jawa Pos]

Bentang sayapnya 4,5 meter. Tingginya tak kurang dari 1 meter. Desainnya unik. Terlebih di bagian ekor. Penempatan engine juga dirancang khusus. Yakni, di bagian atas. Semuanya menyesuaikan dengan misi PUTA SE-01. Yakni, tangguh di segala medan. Termasuk saat harus mendarat dan lepas landas di air.

Untuk mengendalikannya, harus berbagi tugas. Ada yang membawa remote control dan di depan laptop. Bahkan wajib membawa keker. Tujuannya, memastikan posisi drone. Meskipun, sebenarnya bisa dikendalikan secara otomatis atau autopilot.

Didukung material full komposit serta mesin 2 tak kapasitas 170 cc, PUTA SE-01 mampu terbang dengan jarak 25−30 kilometer. Drone jenis amfibi itu memang tidak ringan.

Beratnya sekitar 50 kilogram. Bahkan, maksimalnya bisa mencapai 75 kilogram. Artinya, masih bisa ditambah beban hingga 25 kilogram lagi.

Meski begitu, kecepatan jelajahnnya bisa sampai 130 kilometer per jam. Waktu terbang maksimal empat jam. Bentuknya yang aerodinamis membuatnya bisa terbang hingga ketinggian 6.000 kaki. Karena itu, PUTA SE-01 digadang-gadang memiliki tugas dan misi khusus.

Pembuatan drone tersebut sebenarnya dilakukan secara rahasia. Saat itu, Komandan Pusnerbal Juanda Laksamana Muda TNI Edwin menginginkan adanya pesawat tanpa awak skuadron 700. Dengan catatan hasil karya dari pasukan. Sehingga ketika terjadi trouble, bisa ditangani sendiri.

Apalagi dalam waktu dekat, Puspenerbal akan mendapat hibah pesawat tanpa awak dari Amerika berjenis Scane Eagle. Nah, kelemahannya saat drone tersebut rusak, perbaikannya susah. Sebab, alat dan onderdilnya tidak mudah didapat.

Agar tidak terlalu bergantung pada drone tersebut, Edwin menunjuk tim khsusus untuk membuat PUTA SE-01. Selain bisa bersanding dengan drone milik Amerika, pembuatan PUTA SE-01 dilakukan demi kemandirian pasukan. Artinya, tidak harus bergantung pada negara lain. Setelah tim dibentuk, eksekusi langsung dilakukan.

Pengerjaannya dimulai pada 2019. Tepatnya pada Oktober. Dibutuhkan sekitar enam bulan untuk merancang pesawat agar benar-benar terbang. ”Meski anggota tim terbatas, alhamdulillah semua lancar,” ucap main project PUTA SE-01 Letda Laut (T) Henkky Muharrajun Nasaf.

Karena keterbatasan tempat, semua pengerjaan dilakukan di Jogja. Termasuk saat awal percobaan terbang. Henkky ingat betul bagaimana persiapan awal sebelum uji terbang. Sebab, saat itu semua anggota harus lembur.

Itu terjadi karena surat izin terbang PUTA SE-01 sudah keluar. Namun, proses finishing belum selesai. Beruntung, uji terbang pertama sukses. Alumnus Aeronautika dan Astronotika Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menuturkan, kendalanya hanya soal minimnya anggota tim. Akibatnya, untuk menganalisis mulai bentuk desain sampai mau terbang, dibutuhkan waktu yang lama. Apalagi saat itu dilakukan sendiri.

Jenisnya yang amfibi membuat desainnya harus berbeda. Khususnya pada ekor dan sayap pesawat. Ekornya menggunakan jenis T-tile. Sayapnya high wing. Sehingga mampu terbang dan mendarat di air. Sejauh ini, semuanya berjalan lancar. Termasuk saat digunakan di air.

Bahkan, PUTA SE-01 bakal di-upgrade ulang. Khususnya soal jarak tempuh. Jika sekarang hanya sekitar 30 kilometer, ke depan bisa sampai 250 kilometer. Kata Henkky, alatnya sudah ada dan siap dipasang. Tinggal soal penataan dan upgrade ulang.

Jika semua sudah rampung, misi pengintaian PUTA SE-01 bisa lebih jauh. Termasuk untuk mengawasi teritorial NKRI. Nah, saat ini drone tersebut belum memiliki misi khusus. Ia difungsikan jika ada hal yang urgen. Misalnya, pemantauan wilayah atau yang berhubungan dengan pencarian.

Sebab, saat ini masih dilakukan penyempurnaan untuk bisa di-upgrade. Meski begitu, drone sudah dilengkapi kamera pemantau. Hanya, kualitas gambarnya masih biasa. Karena itu, progres ke depan adalah menyempurnakannya. Termasuk soal mengatur fungsi dan kegunaan PUTA SE-01.

Meski memiliki fungsi sebagai pengintai dan pengawasan, tak dimungkiri, drone itu akan menjadi sebuah kendaraan tempur. Sebab, masih terdapat sisa berat 25 kilogram di bodi pesawat. Sangat memungkinkan untuk dilengkapi senjata. ”Tergantung arahan dari pimpinan, nanti gimana,” kata Henkky.

Kalaupun nanti dilengkapi bom, akan ada sedikit tambahan di bodi pesawat. Termasuk sistem pengoperasian bom agar tepat sasaran. Tapi yang jelas, fungsi utamanya nanti menjaga batas wilayah. Khususnya wilayah laut yang berbatasan langsung dengan negara lain.

Meskipun hanya sebuah drone, untuk bisa terbang dibutuhkan izin dari air traffic control (ATC). Apalagi runway yang digunakan berdampingan langsung dengan Bandara Juanda. Terlebih saat terbang, ketinggiannya bisa mencapai 6 ribu kaki.

Henkky menceritakan, awalnya dirinya tidak menyangka mendapat tugas membuat pesawat tanpa awak. Sebab, waktu itu bisa dikatakan sangat mendadak. Tepatnya, saat awal komandan Puspenerbal Juanda menjabat.

Usut punya usut, ternyata Laksamana Muda TNI Edwin sudah tahu latar belakang pendidikannya. Termasuk mengetahui keterlibatan Henkky sebelum masuk perwira karir pada 2017. Pria asal Padang itu pernah ikut kompetisi lintas robot terbang yang digelar Ditjen Dikti.

Menurut Henkky, meski dalam proses penyempurnaan, keberhasilan PUTA SE-01 tak lain karena adanya teamwork yang baik. Baik dari proses desain maupun saat pengerjaannya. Karena itu, motivasi tinggi mereka adalah alat itu bisa bermanfaat. Khususnya membantu pengamanan dan operasi misi tertentu demi NKRI.

 
Jawa Pos  

PTDI Kirim Helikopter Bell 412EPI Ketiga untuk TNI AD

Dipersenjatai gatling gun jenis minigun M134D Helikopter Bell 412 EPI ketiga yang diserahkan PT DI [PT DI]

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah mengirim tiga Helikopter Bell 412EPI, dari total 9 helikopter serupa pesanan Kementerian Pertahanan untuk digunakan di Skadron-11 Serbu Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat. Helikopter ini adalah varian terbaru yang diklaim memiliki spesifikasi dan konfigurasi lebih unggul dibandingkan dengan helikopter jenis Bell 412 lainnya.

Dari siaran pers PTDI yang diterima Tempo hari ini, Jumat 19 Februari 2021, helikopter Bell 412EPI disebut memiliki kemampuan Single Pilot IFR dengan 4-axis stability and control. Sistem elektronik aviasi helikopter ini diklaim sangat mudah disesuaikan dengan konfigurasi mengikuti kebutuhan operasi dan kebutuhan.

Helikopter Bell 412EPI tersebut memiliki kemampuan payload 5.534 kilogram, dengan kapasitas bahan bakar 1.251 liter dan jumlah penumpang 15 orang termasuk 1 pilot. Helikopter ini mampu terbang dengan payload 4.309 kilogram sejauh 687 kilometer selama 4 jam. Kecepatan jelajahnya hingga 235 kilometer per jam.

Helikopter Bell 412EPI yang dikirim PTDI untuk TNI Angkatan Darat mengusung sejumlah persenjataan. Diantaranya, gatling gun jenis minigun M134D. Senjata jenis ini hasil kerja sama PT DI dengan Dillon Aero.

Dillon Aero memberikan pelatihan dan supervisi selama proses instalasi, sekaligus membantu uji statis maupun uji dinamis senjata tersebut. Minigun M134D tersebut menggunakan amunisi 7,62x51 mm produksi PT Pindad.

Helikopter Bell 412EPI yang digunakan Skadron-11 TNI AD ini mengusung mesin Pratt & Whitney PT6T-9 Twin Pac yang diklaim memiliki tenaga lebih besar dari varian sebelumnya. Misalnya, mesin helikopter ini memiliki tenaga take-off 13 persen lebih besar dibanding mesin helikopter Bell-412EP.

Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat sebelumnya mengoperasikan helikopter Bell 412EP. Helikopter ini menggunakan sepasang mesin Pratt & Whitney PT6T-3D, dilengkapi Basic AFCS3-Axis, serta memiliki kemampuan Standard Flight Director modes Level 1.

Kementerian Pertahanan lalu memesan helikopter Bell 412EPI kepada PTDI dengan kontrak pengadaan nomor TRAK/555/PLN/XII/2018/AD untuk digunakan TNI Angkatan Darat. Dalam kontrak yang ditandatangani pada 9 Januari 2019 itu, Kementerian Pertahanan memesan 9 unit helikopter berikut suku cadang, persenjataan, amunisi, hingga pelatihan.

Tiga unit helikopter Bell 412EPI sudah diserahkan PTDI kepada Kementerian Pertahanan. Masing-masing diserahkan pada 29 Desember 2020, 17 Februari 2021, serta hari ini, Jumat, 19 Februari 2021. Tersisa 6 unit lagi. Sebelumnya, PTDI melakukan ferry flight helikopter Bell 412EPI dari Hanggara Rotary Wing PTDI di Bandung, Rabu, 17 Februari 2021.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertahanan dan TNI AD khususnya Puspenerbad atas kepercayaan yang diberikan, mudah mudahan satu demi satu pesawat bisa kami delivery sesuai dengan kontrak,” kata Direktur Niaga PTDI, Ade Yuyu Wahyuna.

PTDI dan Bell menandatangani Industrial and Commercial Agreement (ICA) dan Certified Maintanence Center (CMC). Selanjutnya pada tahun 2016, keduanya memperbarui perjanjian tersebut untuk memperluas dukungan dan layanan operator helikopter Bell di Indonesia. PTDI saat ini memproduksi sejumlah part helikopter yakni tail boom, perakitan pintu, tiang pintu, pylon dan duct untuk helikopter Bell 412 dan Huey II.

  Tempo  

[Dunia] Dalam Satu Dekade Angkatan Laut Cina Telah Diperkuat Dengan 72 Korvet Siluman Kelas Jiangdao

Dalam satu dekade Angkatan Laut Cina telah diperkuat dengan 72 Korvet Siluman Kelas Jiangdao. [Foto: Youtube] ⚓️

Dalam satu dekade Angkatan Laut Cina telah diperkuat dengan 72 Korvet Siluman Kelas Jiangdao. Penugasan dua korvet terakhir pada akhir Januari dan awal Februari lalu telah menggenapkan jumlah korvet siluman yang beroperasi dalam armada laut Cina. Kedua kapal terakhir merupakan varian 056A yang berkapasitas anti-kapal selam (ASW) yang bernama Nanyang (619) dan Shangqiu (618).

Dengan demikian, Angkatan Laut Cina telah diperkuat dengan 22 unit varian Type 056 dan 50 unit Type 056A yang dilengkapi dengan meriam 76 mm dan empat peluncur rudal AJK-10 (HQ-10) yang dipasang di dek yang dapat menembakkan 10 rudal anti-kapal YJ-83 (C-803) dan proyektil anti-kapal selam torpedo Yu-8. Perbedaan utama antara kedua varian tersebut adalah bahwa Type 056A dilengkapi dengan array garis sonar pasif yang ditarik dan sonar kedalaman variabel aktif yang ditarik, yang memberi platform kemampuan ASW yang signifikan.

Korvet Type 056 adalah kapal perang modular Cina pertama yang dapat digunakan sebagai kapal patroli lepas pantai atau fregat multi-peran. Kapal ini memiliki desain lambung siluman, mengintegrasikan permukaan miring dan struktur atas yang kompak sebagai pengganti armada Type 037 yang sudah tua.

Korvet siluman kelas baru ini dibuat oleh empat galangan kapal Cina yakni: kapal Wuchang, Huangpu, Hudong-Zhongua dan Liaonan.

Korvet tipe 056 China [chinessemilitaryreview] ⚓️

Sebanyak 70 fregat Tipe 056 dibangun oleh empat galangan kapal Tiongkok dari 2011 hingga 2019.

Korvet Kelas Jiangdao dapat digunakan untuk patroli, pengawalan, pencarian dan penyelamatan, pengawasan, perlindungan zona ekonomi eksklusif (ZEE), peperangan elektronik (EW), perlindungan sumber daya perikanan, perang anti-pesawat (AAW), perang anti-kapal selam (ASW) dan operasi anti-surface warfare (ASUW).

Korvet berpeluru kendali dengan panjang 89m, lebar 11.6m, dan berbobot penuh 1.365 ton ini, dapat melaju dengan kecepatan maksimal 30 knot dengan awak kapal 60 orang.

Dek kapal dapat menampung satu rigid hull inflatable boat dan 4 perahu karet bercangkang keras. Serta dilengkapi dek helikopter di buritan untuk helikopter ringan Harbin Z-9C. (AS)

  ⚓️ Nusantara News  

Jumat, 19 Februari 2021

[Video] Drone TNI Intai KKB di Papua

Video TribunnewsTentara Nasional Indonesia (TNI) menggunakan drone atau pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh dengan remote control untuk memantau kejahatan yang dilakukan OPM di Papua.

Kelompok separatis bersenjata Papua yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali berulah di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua.


 ♖ Youtube  

[Teror] Satgas Paskhas Diserang Saat Pergantian Personel

1 KKB tewas ditembakhttps://img.inews.co.id/media/822/files/inews_new/2021/02/19/kkb_papua.jpeginfografis [iNews]

Seorang anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) tewas dalam kontak tembak yang terjadi di Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.

Kontak tembak itu diawali tembakan KKB ke personel pengamanan bandara yang sedang melakukan pergantian personel.

"Anggota TNI yang melakukan pengamanan di Bandara Aminggaru Ilaga Kabupaten Puncak mendapat serangan dari KKB. Diketahui penyerangan terjadi saat sedang dilakukan pergantian personel antara anggota Kotis Brimob dan Satgas Pamrahwan," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofha Kamal, dalam keterangannya, Jumat (19/2/2021).

Penembakan itu terjadi sekitar pukul 09.20 WIT hari ini. Selang 40 menit kemudian, aparat gabungan TNI-Polri yang tiba di sekitar TKP langsung memberikan bantuan. Petugas pengaman bandara dan aparat gabungan lalu mengejar KKB dan sekaligus berhasil mengamankan lokasi.

Kontak senjata berlangsung sekitar 2 jam. Setelah itu, ditemukan anggota KKB bernama Tera Wamang (32) tewas di lokasi.

"Pukul 11.50 WIT, dilakukan evakuasi terhadap jenazah anggota KKB ke Puskesmas Ilaga guna dilakukan tindakan medis untuk kemudian diserahkan kepada pihak keluarga," kata Kombes Kamal.

Dia mengatakan ada 5-10 anggota dalam kontak tembak tersebut. Saat ini aparat gabungan TNI-Polri masih mengejar kelompok tersebut.

Sebelumnya, kontak senjata antara personel TNI/Polri dan KKB terjadi di sekitar landasan pacu Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Dalam peristiwa tersebut, satu anggota KKB tewas.

"Awalnya KKB menembaki anggota Paskhas yang bertugas di Bandara Ilaga hingga terjadi kontak senjata," kata Kombes Kamal seperti dilansir Antara. (jbr/idh)

 ♖ detik  

Revisi Pengusulan Alutsista Bergantung Berbagai Faktor dan Kondisi

Perkuat TNI Jaga Kedaulatan Negara Rencana pengadaan alutsista TNI AU 2021-2024 [screenshoot kompas]

TNI AU menggelar rapat pimpinan (rapim) untuk membahas program kerja tahun 2021. Sesuai komitmen Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, TNI AU akan dukung dalam pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk proses pembangunan kekuatan TNI.

"Menhan RI, Bapak Prabowo Subianto pada Rapim TNI tahun ini, telah menyampaikan komitmennya untuk terus berupaya melaksanakan diplomasi pertahanan dengan negara sahabat, guna mempercepat proses pembangunan kekuatan TNI, melalui belanja berbagai alutsista mutakhir, khususnya untuk matra udara," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, di Mabesau Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).

Fadjar menjelaskan pengadaan alutsista ini juga memiliki kontribusi yang signifikan, yakni sebagai salah satu bentuk diplomasi pertahanan yang strategis. Diplomasi strategis dengan negara-negara lain itu akan berpengaruh terhadap konstelasi politik global.

"Perlu kita pahami, bahwa pengadaan alutsista selain bertujuan untuk memperkuat kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan negara, juga memiliki kontribusi yang signifikan, yaitu sebagai salah satu bentuk diplomasi pertahanan yang bernilai strategis dengan negara-negara yang berpengaruh terhadap konstelasi politik global," ucapnya.

Selanjutnya, Fadjar menyebut pengadaan alutsista ini akhir-akhir ini cukup menyita perhatian publik. Fadjar mengakui bahwa pengadaan alutsista ini nyatanya mengalami sedikit keterlambatan karena masih terus perlu direvisi.

"Terkait rencana pengadaan alutsista ini, saya perlu sedikit menjelaskan kepada seluruh jajaran, karena cukup menyita perhatian publik dan memang mengalami sedikit keterlambatan,
" ujarnya.

"Beberapa kali kita harus melakukan revisi pengusulan alutsista, yang terus disesuaikan dengan berbagai kondisi global dan kemampuan negara. Meskipun kita memiliki pedoman Postur, Renstra, maupun MEF, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung sekali pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis," tambahnya.

Fadjar menjelaskan keterlambatan itu dikarenakan stakeholder terkait, perlu diskusi dan mengkaji berulang kali untuk menemukan terobosan yang solutif. Hal itu ditujukan untuk mendapatkan alutsista terbaik yang sesuai dengan kemampuan negara dan kondisi TNI AU.

Rencana Akuisisi TNI AU [screenshot FB]

"Seluruh stakeholders mulai dari Kementerian Pertahanan hingga TNI AU, telah berulang kali berdiskusi dan mengkaji, untuk menemukan terobosan yang solutif," katanya.

"Hal tersebut, semata-mata untuk memudahkan langkah kita dalam mendapatkan alutsista terbaik yang memenuhi operational requirement, aspek commonality, mendapatkan Transfer of Technology, serta sesuai dengan kemampuan negara dan kondisi TNI AU," sambungnya.

Mulai tahun ini hingga tahun 2024, TNI AU akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap. Di antaranya:

✈️ Pesawat multi-role combat aircraft, F-15 EX dan Dassault Rafale
✈️ Radar GCI4
✈️ Pesawat berkemampuan Airborne Early Warning
✈️ Pesawat tanker, yakni Multi Role Tanker Transport
✈️ Pesawat angkut C-130 J
✈️ UCAV berkemampuan MALE
✈️ Dan berbagai alutsista lainnya

Lebih lanjut, Fadjar juga mengatakan akan melaksanakan modernisasi pesawat tempur TNI AU pada tahun ini. Selain itu, Fadjar menegaskan bahwa penambahan alutsista ini ditujukan untuk peningkatan kemampuan secara signifikan.

"Yang menjadi tugas kita sebagai prajurit TNI AU adalah memastikan terjaganya kesiapan operasional matra udara, melalui pembinaan kemampuan personel serta pemeliharaan dan perawatan alutsista, agar terus berada pada level tertinggi," ucapnya.

"Kita harus memastikan kesiapan personel dan satuan dalam mengoperasikan dan memelihara berbagai alutsista matra udara, serta melaksanakan berbagai tugas TNI AU secara profesional dan dengan penuh rasa tanggung jawab," tambahnya. (isa/isa)

 
detik  

TNI AL Laksanakan Latihan SAR Laut

⚓️ Bersama Basarnas Balikpapan Helikopter penerbal latian SAR laut [Koarmada II]

TNI AL menurunkan KRI I Gusti Ngurah Rai (GNR-332) beserta Heli panther 4211 yang saat ini berada dibawah kendali operasi Guspurla Koarmada II dan Lanal Balikpapan bersinergi dengan Badan SAR Nasional (Basarnas) Kota Balikpapan melaksanakan Latihan Bersama penanggulangan kecelakaan laut di perairan Teluk Balikpapan pada Senin (15/02).

Pada latihan Search And Rescue (SAR) yang disaksikan dan dimonitor langsung oleh Komandan Guspurla Koarmada II Laksma TNI Rahmat Eko Rahardjo dari geladak KRI GNR-332 kali ini melibatkan KRI GNR-332, heli Panther HS 4211, Patkamla Lamaru Lanal Balikpapan, RHIB Basarnas dan satu kapal nelayan sebagai bulsi.

Dalam keterangannya Laksma Rahmat Eko mengatakan, “Kegiatan ini sebagai bentuk interoperability dan sinergitas dengan instansi setempat juga untuk menjaga profesionalisme prajurit KRI dan Lanal sebagai tindak lanjut perintah Pangkoarmada II Laksda I N.G. Sudhihartawan agar tiap KRI yang beroperasi selalu mengadakan latihan, yang mana hal ini selaras dengan instruksi Kasal Laksamana TNI Yudo Margono dalam bidang pengembangan SDM TNI AL yang unggul”.

Pada kesempatan yang sama Komandan KRI GNR-332 Kolonel Laut (P) Suwarji Bimo Aji menerangkan dalam kegiatan latihan ini disimulasikan telah terjadi kecelakaan kapal nelayan saat melakukan aktivitas diteluk Balikpapan mengakibatkan jatuh 3 korban nelayan. Selanjutnya dilaksanakan SAR oleh Helikopter Panther 4211 yang bekerja sama dengan RHIB KRI GNR-332.

Setelah korban berhasil ditemukan selanjutnya korban dievakuasi untuk untuk mendapatkan pertolongan dan diserahkan ke Basarnas untuk dilakukan pertolongan lebih lanjut.

  ⚓️
TNI AL  

[Video] Rudal Starstreak Batalyon Arhanud 12 Satria Bhuana Prakasa

Diposkan Batalyon Arhanud 12/SBPPrajurit Batalyon Arhanud 12 Satria Bhuana Prakasa dengan bangga menyambut kedatangan 1 baterai rudal starstreak di hanggar Batalyon Arhanud 12 Satria Bhuana Prakasa dengan tetap menjaga protocol kesehatan.

Diharapkan, dengan diperkuatnya persenjataan Batalyon Arhanud 12 Satria Bhuana Prakasa, dapat meningkatkan profesionalitas dalam mempertahankan wilayah udara di sumatera bagian selatan. Serta menjadikan prajurit Batalyon Arhanud 12 Satria Bhuana Prakasa sebagai prajurit pelindung langit Sriwijaya yang first class gunner.


   Youtube  

[Dunia] Rudal Anti-Kapal Supersonic Untuk Jet Tempur KFX Korea Selatan

Siap Diuji Tembak Pada 2026https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXoyghyphenhyphendVX6pSZ0Uv-tO_RtUrrh7P7ymsZcYcI1b1MJ8Dg4uFQtx4GzE3QRyAbiGhnrk_M8VmfFyaxQyR4ZiBAPxEckqw7ti2b5pQ2tCiX_ldcRbTls5-uOMxCBmvn2sEdRuOfnFiEGpM/w400-h225/New-Supersonic-Anti-Ship-Missile-for-South-Koreas-KF-X-Breaks-Cover.jpgRudal anti kapal supersonik untuk KF-X dengan jangkauan 500km [ADD]

Korea Selatan terus berupaya dalam pengembangan jet tempur masa depan KFX (Korean Fighter Experiment). Bahkan, saat ini, sedang dipertimbangkan untuk membuat rudal anti-kapal supersonik yang dapat diluncurkan dari udara yang mampu menetralisir kapal induk.

Seorang pejabat militer Korea Selatan, menyebutkan bahwa penelitian sedang dilakukan untuk pembuatan proyek rudal anti-kapal supersonik masa depan yang dikenal sebagai "Air-to-Ship Guided Missile-II' kelas 400mm.

Rudal ini memiliki fitur propulsi ramjet ducted dengan jangkauan jelajah 500 km. Gambar desain pertama rudal anti kapal untuk KFX ini telah dirilis.

Pihak Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan kemungkinan rudal anti kapal untuk KFX akan dikembangkan oleh LIG Nex1 dengan ADD (Agency for Defense Development).

Rudal anti kapal ini diharapkan dapat diuji tembak pada tahun 2026, dan bisa memasuki layanan AU Korea Selatan pada awal tahun 2030.

Menurut halaman Facebook tidak resmi 'Republic of Korea Armed Forces' (sumber terpercaya informasi militer Korea dengan lebih dari 50.000 pengikut), rudal khusus ini adalah proyek terpisah dari rudal anti-kapal supersonik Angkatan Laut Republik Korea yang sulit dipahami., seperti dikutip dari Navalnews, Senin (15/2).

Selain pengadaan rudal ini, Korea Selatan sedang mengembangkan rudal jarak jauh bertenaga ramjet, di luar jangkauan visual (BVR).

Menurut publikasi ADD, teknologi inti yang diteliti untuk 'Air-to-Ship Guided Missile-II' kelas 400mm akan diterapkan pada rudal udara BVR yang baru. Teknologi mesim ramjet akan tetap digunakan sambil mempersiapkan pengembangan rudal jelajah udara ke kapal II, kelas 200 mm.

Kemungkinan rudal anti-kapal '400mm' dan rudal udara ke udara '200mm' akan memiliki konsep desain dan bentuk yang sama, meskipun komponen utamanya berbeda dalam ukuran.

Dengan desain yang sama tetapi ukuran lebih kecil, ADD berharap dapat menurunkan biaya produksi massal untuk misil ramjet.

 ♖ RMOL  

Kamis, 18 Februari 2021

Meraba UCAV TNI Kedepan

Masuk dalam list pengadaan alutsista TNIhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg95JptSLWLf4XRgqNF4BEpvsdD-VyE82bIjtk76kPyXIOlIkhQXy4Ae2kTVFJkWvUKthvF9GUV4E7-qqdCBs7Cl0EI5tj408Pys0PHPb5Xw4iYPx8iEC1hPWhmxv2sJm_eJirVAzFiRpSx/s1080/PTTA+MALE+Black+Eagle+BUMN+346.pngDrone Black Eagle rancangan LAPAN, hasil kerjasama beberapa BUMNIS dan TNI AU [LEN]

Mengutip data yang beredar, 3 matra TNI memasukan kebutuhan UAV sebagai alutsista yang diingikan pada periode MEF (Minimum Essential Force) III.

Karena UCAV lokal hasil kerjasama BUMNIS belum rampung, kemungkinan besar TNI melalui Kemhan akan membeli UCAV dari luar negeri.

Dari data yang dishare military_buzz, setiap matra TNI menuliskan berminat membeli sebanyak 3 unit UAV system.
Berikut ini kemungkinan besar UCAV yang akan dibeli Kemhan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwaXu6Cvxo3GifUPKjRTmbkACOIeEhy68xzeHs24ZRipIz1uWpOOEem81P2vCbB75GVxRZpxwhiEwbqgxFW87p5D58HMYhEfpt-pHCLRovn8mvgAJaaUIxM2qQL0n7FzrJ87j9XYwe1kXz/s320/CH4+DRONE+courtesy+of+kodiklat+tni++Jeff+Prananda+Indonesia+Defence+Forum%25281%2529.pngUCAV CH4 TNI AU [Jeff Prananda]

KASAU dalam berita yang diliput AA, menyatakan bahwa TNI AU akan membeli Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) berkemampuan Medium Altitude Long Endurance (MALE).

Drone CH4 produk China telah menjadi kekuatan TNI AU, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto telah mengeluarkan pernyataan resmi, kedepan TNI AU akan memperkuat dua skadron dengan 6 pesawat Drone UCAV CH-4, dilansir dari website TNI AU.

Drone UCAV CH4 berfungsi tidak hanya sebagai alat pengawasan dan pengintaian, namun juga mampu melaksanakan serangan melalui penembakkan maupun pengeboman.

Dan telah diuji cobakan baik pada Latihan Gabungan TNI dilaksanakan di Pusat Latihan Tempur Marinir Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, dan dilibatkan juga dalam pengambilan gambar pada pelaksanaan Upacara HUT TNI Ke-72 di Halim PK, Jakarta Timur.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD36T32hLbnj91ct0D8lvPANJUS1bIbaLANBUCp-pHa0wWmQXfewk9UJqHNJhtO5cMyHEZBFz0403GYjiHzCtkLGrwT0DOUsnJJDeYtYSjumpk5Q5zuEbD9r0-MQGW8oGaX2a0PVXNS5o/w400-h224/Drone-696x390.jpgDrone bersenjata (UCAV) Bayraktar TB2 buatan Turki [SSB]

Dari media online AA, Drone taktis buatan Turki yang harganya relatif murah namun menjadi penentu kemenangan dalam konflik Azerbaijan - Armenia, dipuji Panglima TNI dalam rapim TNI 2021 di Cilangkap.

Berkaca dari konflik Azerbaijan - Armenia, TNI harus mulai memperhitungkan perkembangan pesawat tanpa awak dalam konsep perang modern, kata Hadi.

"Kita juga harus mengembangkan konsep-konsep operasional tentang penggunaan alutsista nirawak dan bagaimana integrasinya dengan susunan tempur TNI yang sudah ada saat ini," jelas Hadi.

Hadi mengatakan perlu pengadaan pesawat tanpa awak dengan kemampuan Medium Altitude Long Endurance (MALE) untuk kebutuhan operasi di wilayah Natuna Utara, Kepulauan Riau.

Hadi juga mengatakan keterlibatan pesawat tanpa awak dalam operasi Poso dan Papua sangat dibutuhkan lantaran bisa menjadi penentu dalam mendukung informasi sehingga mampu menangkal serta menghadapi kelompok yang mengganggu keamanan negara.

"Drone yang kita miliki harus memiliki kemampuan intelijen, pengawasan atau survailance, dan pengenalan sasaran atau recognition yang mumpuni dari berbagai tingkatan, sesuai dengan operasi," pungkas Hadi.

 ♖ Garuda Militer  

Indonesia Akan Beli Pesawat Tempur F-15EX dan Dassault Rafale

✈️ F-15 EX diharapkan tiba sebanyak 6 unit sebelum tahun 2022✈️ Pesawat tempur F-15EX [Boeing]

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Fajar Prasetyo menyatakan Indonesia segera merealisasikan pembelian sejumlah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) secara bertahap pada 2021-2024.

Fajar menyatakan alutsista yang segera terealisasi di antaranya pesawat tempur Dassault Rafale produksi Dassault Aviation Perancis dan F-15EX produksi Boeing, pesawat angkut C-130J dan pesawat tanpa awak atau Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) berkemampuan Medium Altitude Long Endurance (MALE).


✈️ Pesawat multirole Rafale Perancis [Armee De l'Air]

Fajar mengakui rencana pengadaan alutsista sempat mengalami beberapa kali perubahan karena disesuaikan dengan berbagai kondisi global serta kemampuan negara.

"Meskipun kita memiliki pedoman Postur, Renstra, maupun MEF, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung sekali pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis," kata Fajar saat memberikan pengantar dalam Rapat Pimpinan TNI AU di Markas Besar Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta, pada Kamis.

Semua pihak yakni dari Kementerian Pertahanan hingga TNI Angkatan Udara telah berdiskusi dan mengkaji untuk menemukan terobosan dan solusi, jelas dia.

✈️ Pesawat C-130J Hercules-varian baru yang diproduksi oleh Lockheed Martin, AS [Murdoc]

"Hal tersebut, semata-mata untuk memudahkan langkah kita dalam mendapatkan alutsista terbaik yang memenuhi operational requirement, aspek commonality, mendapatkan Transfer of Technology, serta sesuai dengan kemampuan negara dan kondisi TNI Angkatan Udara.

Selain melakukan akuisisi, TNI AU juga akan memodernisasi berbagai pesawat tempur yang ada pada tahun ini,
kata dia.

Dalam dokumen Rapat Pimpinan TNI 2021 yang diterima Anadoly Agency, Indonesia rencananya akan membeli 36 unit pesawat Rafale dan 8 unit pesawat F-15 EX. Untuk F-15 EX diharapkan bisa tiba sebanyak 6 unit sebelum tahun 2022.

  ✈️ Anadoly Agency  

[Dunia] Jet F-15EX Baru Amerika

Sekitar 30 persen dari F-15EX akan memiliki fitur unik yang khusus dibuat untuk militer AS F-15EX memiliki radar canggih dan subsistem lain yang tidak didapatkan F-15 milik negara lain. [Boeing]

Pentagon berencana akan membeli pesawat tempur generasi keempat Boeing F-15EX baru. Pembelian itu akan menelan biaya US$ 1,1 miliar untuk delapan pesawat baru, dari total pembelian 144 pesawat yang akan datang di tahun-tahun mendatang.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa Angkatan Udara AS memilih untuk membeli versi yang ditingkatkan dari jet tempur yang lebih tua daripada jet tempur dengan kemampuan siluman yang lebih modern, seperti F-35. Bahkan, pasukan Angkatan Udara terkejut mengetahui mereka akan mendapatkan F-15EX, apalagi jumlahnya 144. Nantinya, F-15EX akan menggantikan F-15C/D yang sudah mulai usang, dan akan dinonaktifkan.

Angkatan Udara AS saat ini menerbangkan 235 pesawat F-15C/D yang sudah tidak layak dan perlu di-upgrade. Alih-alih menghabiskan uang untuk upgrade, Angkatan Udara akan membeli pesawat tempur model baru.

Boeing telah menjual berbagai versi pesawat F-15 ke negara-negara seperti Kuwait dan Korea Selatan. Perusahaan itu meluncurkan model-model baru seiring berjalannya waktu. Program F-15 tetap hidup berkat penjualan luar negeri itu, menurut Anthony Capaccio dari Bloomberg.

Meskipun F-15 pertama kali muncul pada pertengahan 1970-an, F-15 hari ini jauh lebih maju daripada versi yang pertama kali dikirim ke Angkatan Udara AS pada 1974.

F-15 saat ini memiliki airframes yang lebih kuat, prosesor yang lebih kuat dan sistem kontrol penerbangan yang lebih canggih, menurut Layanan Penelitian Kongres (Congressional Research Service/CRS). Yang baru pada F-15EX adalah radar canggih dan subsistem lain yang tidak didapatkan F-15 milik negara lain. Sekitar 30 persen dari F-15EX akan memiliki fitur unik yang khusus dibuat untuk militer AS, lapor Military.com.

Menurut Air Force Magazine, “Pesawat-pesawat baru itu akan memiliki komputer misi yang jauh lebih kuat, tampilan kokpit baru, dan Eagle Passive Active Warning Survivability System (EPAWSS), yaitu sistem peperangan elektronik dan identifikasi ancaman.

Ada alasan bagus mengapa Angkatan Udara lain di seluruh dunia masih menerbangkan F-15, bahkan tanpa teknologi AS: F-15 tidak pernah kalah dalam pertempuran. Ini adalah senjata ampuh, terutama jika musuh tidak menerbangkan F-15.

Jika Angkatan Udara musuh juga menerbangkan F-15, Angkatan Udara AS tidak akan khawatir, karena versi AS dari F-15 berbeda dari yang dijual kepada negara lain, menurut CRS.

Upgrade F-15 juga tidak akan mengubah strategi operasional, karena F-15 yang lebih lama seharusnya melengkapi F-35, bukan menggantikannya, seperti yang ditunjukkan oleh Eric Adams dari Wired, dengan mengutip perbandingan dari Air Force Magazine.

F-35 memasuki wilayah udara musuh untuk mengidentifikasi target, dengan teknologi sensor dan siluman yang unggul, lapor CRS.

F-35 membawa senjata di ruang internal untuk menjaga profil siluman radarnya.

Sementara F-15EX dapat membawa hampir 30.000 pon senjata udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan, F-35 hanya dapat membawa 5.700 pon senjata, menurut produsen F-35 Lockheed-Martin.

Meskipun Angkatan Udara menyebut F-35 sebagai “penyerang utama di medan perang,” gabungan antara pengintai dan penembak jitu dalam Angkatan Udara akan menjadi combo yang kuat: F-35 melihat musuh datang, F-15 menembak jatuh mereka.

 Kecanggihan F15EX 
Pesawat tempur F-15EX [Boeing]

Jet baru Boeing F-15EX dapat menembakkan senjata hipersonik, terbang dengan kecepatan supersonik 2.5 Mach, mengganggu komunikasi tempur musuh, terbang semi-otonom, dan melakukan 87 miliar fungsi komputer per detik.

Menembakkan senjata hipersonik, terbang dengan kecepatan supersonik 2.5 Mach, mengganggu komunikasi pesawat tempur musuh, terbang semi-otonom, dan melakukan 87 miliar fungsi komputer per detik adalah semua atribut yang dilaporkan dapat dilakukan oleh pesawat F-15EX Angkatan Udara AS yang baru muncul, yang dibuat oleh Boeing.

Awal tahun ini, Angkatan Udara memberikan Boeing kesepakatan produksi senilai US$ 1,2 miliar untuk membangun dan mengirimkan delapan pesawat F-15EX pertama, dua di antaranya diharapkan tiba tahun depan. Enam sisanya diharapkan pada 2023, menurut keterangan dari Angkatan Udara AS, yang dikutip The National Interest. Delapan yang pertama akan dikirim ke Eglin AFB, Florida.

Dijelaskan oleh Angkatan Udara AS sebagai pesawat tempur dua kursi dengan kemampuan khusus, F-15EX dimaksudkan sebagai varian generasi berikutnya dari pesawat tempur F-15 era 1980-an yang diuji dalam pertempuran. Meskipun masih merupakan pesawat Generasi ke-4, pengembang berpendapat bahwa teknologi baru yang diadaptasi dari pesawat dan kemampuan peningkatannya menjadikannya platform serangan yang mampu bertahan, mematikan, dan berkemampuan lingkungan dengan ancaman tinggi.

Pengembang Boeing mengatakan kepada The National Interest bahwa garis cetakan luar varian F-15EX baru mirip dengan pesawat lawas, dengan beberapa modifikasi yang ditingkatkan untuk memperkuat sayap dan badan pesawat.

Kami telah menggunakan teknik manufaktur eksklusif sehingga menjadi lebih kuat dan kontrol penerbangan berubah dari hidromekanis menjadi fly-by-wire. Pesawat sistem kontrol penerbangan digital F-15EX memungkinkan penanganan yang lebih bebas,” kata seorang pengembang senjata Boeing senior kepada The National Interest dalam sebuah wawancara tahun lalu.

Kontrol penerbangan fly-by-wire secara alami meningkatkan tingkat pemrosesan komputer onboard dan teknologi yang memungkinkan otonomi. Pesawat dilaporkan memiliki peningkatan avionik besar-besaran untuk menyertakan tampilan layar sentuh digital 10 x 19 inci yang terintegrasi.

Sebagian besar hal ini dimungkinkan melalui integrasi sistem komputer onboard baru yang dilaporkan oleh para ahli Boeing mampu melakukan 87 miliar fungsi per detik. Teknologi komputer yang sedang berkembang ini juga dimanfaatkan untuk mendukung sistem File Data Misi, sebuah pustaka informasi ancaman yang menggabungkan data khusus ancaman.

Sistem itu, yang dijelaskan oleh para ahli Boeing memiliki relevansi khusus dengan peperangan elektronik, dapat memanfaatkan informasi sensor yang masuk, memantulkannya dari basis data ancaman yang diketahui dan mengidentifikasi target musuh tertentu seperti jet tempur musuh Rusia.

Atribut atau peningkatan kinerja lain yang dibangun ke dalam F-15EX termasuk lebih banyak daya dorong dan peningkatan kemampuan membawa senjata yang menempatkan dua stasiun senjata baru lebih jauh di sayap. F-15EX sekarang dapat membawa 12 rudal serta elemen persenjataan standarnya untuk memasukkan rudal AIM-120D, AIM-9x, dan JDAM, kata pengembang Boeing kepada The National Interest.

F-15EX yang sekarang sedang dibuat dilaporkan menggabungkan sejumlah besar inovasi yang berdampak, namun itu tidak berarti bahwa ia sebanding dengan pesawat tempur generasi ke-5.

Keunggulannya multi-segi karena biayanya lebih rendah dan lebih mudah diproduksi daripada sistem yang benar-benar baru, dan sistem ini membawa sistem perang yang sebelumnya tidak tersedia ke pesawat tempur generasi ke-4. Satu pertanyaan menariknya adalah apakah kinerja F-15EX dalam permainan perang atau latihan tempur tiruan dapat mengalahkan pesawat Generasi ke-5 Rusia atau China.

  Mata Mata Politik