⚓️ ... Konsep Arrowhead 140 frigate, menunggu realisasi pengadaan alutsista TNI [Babcock]
Strategi Menteri Pertahanan periode 2019-2024 Prabowo Subianto berkeliling ke sejumlah negara dalam kerangka diplomasi pertahanan dinilai pengamat militer Curie Maharani dari Universitas Bina Nusantara sebagai langkah tepat.
Pasalnya, saat mulai menjabat Prabowo memiliki banyak pekerjaan rumah terkait rencana belanja dan kerja sama pertahanan yang belum tuntas. Sejak awal 2021, Prabowo diketahui telah melakukan kunjungan diplomasi pertahanan ke Inggris, Rusia, Jepang, hingga Korea Selatan.
Salah satu tujuan kunjungan tersebut adalah memperkuat dan memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), yakni melalui penjajakan kemungkinan pengadaan dari negara produsen. Terlebih, untuk produk-produk yang tak dapat dipenuhi industri pertahanan dalam negeri. Selain itu, Prabowo juga mengadakan penawaran alutsista dalam negeri kepada negara lain.
Curie menyatakan apresiasi atas langkah Prabowo yang disebut dapat menertibkan berbagai kerja sama pertahanan satu pintu lewat Kementerian Pertahanan (Kemhan).
"Menhan berhasil menertibkan komunikasi dan prosesnya di bawah keamanan Kemhan. Dan untuk memperlancar hubungan kita dengan industri luar, memang perlu ada intervensi pemerintah lewat diplomasi pertahanan. Perkenalan ini bisa buka potensi kerjasama yang lebih luas lagi," kata Curie dalam acara diskusi virtual bertema Meninjau Diplomasi Pertahanan yang diadakan Kajian Strategis Hubungan Internasional (KSHI), Sabtu (24/4).
Curie berharap, Prabowo sebagai Menhan dapat mendobrak kesulitan pengadaan yang dialami para pendahulunya. Sementara pengamat militer Anton Aliabbas dari Universitas Paramadina menambahkan, terkait insiden KRI Nggala-402 masyarakat diharapkan mendukung peninjauan rencana Kemhan untuk membeli alutsista dari sisi kuantitas dan kualitas.
"Tidak perlu glorifikasi kita negara pertama beli alutsista apa, tapi standing kita beli alutsista yang battle proven untuk menghindari kejadian yang dialami kapal selam kita," katanya.
Anton menambahkan, "Prabowo sudah punya agenda spesifik tertentu pada setiap kunjungan meski belum tentu efeknya langsung."
Pada kesempatan yang berbeda, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengibaratkan langkah Prabowo seperti sekali dayung melampaui beberapa pulau. Untuk itu, strategi Prabowo layak diapresiasi.
Menurut Khairul, diplomasi pertahanan sejak awal merupakan salah satu sarana mewujudkan kepentingan nasional di bidang pertahanan dan keamanan.
"Peranannya sangat strategis dalam menghadapi permasalahan yang ada, terutama agar eskalasi tidak meningkat ke arah konflik, serta dapat saling memperkuat confidence building measures (CBM), keamanan hingga stabilitas kawasan," ujar Khairul. (rea)
Strategi Menteri Pertahanan periode 2019-2024 Prabowo Subianto berkeliling ke sejumlah negara dalam kerangka diplomasi pertahanan dinilai pengamat militer Curie Maharani dari Universitas Bina Nusantara sebagai langkah tepat.
Pasalnya, saat mulai menjabat Prabowo memiliki banyak pekerjaan rumah terkait rencana belanja dan kerja sama pertahanan yang belum tuntas. Sejak awal 2021, Prabowo diketahui telah melakukan kunjungan diplomasi pertahanan ke Inggris, Rusia, Jepang, hingga Korea Selatan.
Salah satu tujuan kunjungan tersebut adalah memperkuat dan memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), yakni melalui penjajakan kemungkinan pengadaan dari negara produsen. Terlebih, untuk produk-produk yang tak dapat dipenuhi industri pertahanan dalam negeri. Selain itu, Prabowo juga mengadakan penawaran alutsista dalam negeri kepada negara lain.
Curie menyatakan apresiasi atas langkah Prabowo yang disebut dapat menertibkan berbagai kerja sama pertahanan satu pintu lewat Kementerian Pertahanan (Kemhan).
"Menhan berhasil menertibkan komunikasi dan prosesnya di bawah keamanan Kemhan. Dan untuk memperlancar hubungan kita dengan industri luar, memang perlu ada intervensi pemerintah lewat diplomasi pertahanan. Perkenalan ini bisa buka potensi kerjasama yang lebih luas lagi," kata Curie dalam acara diskusi virtual bertema Meninjau Diplomasi Pertahanan yang diadakan Kajian Strategis Hubungan Internasional (KSHI), Sabtu (24/4).
Curie berharap, Prabowo sebagai Menhan dapat mendobrak kesulitan pengadaan yang dialami para pendahulunya. Sementara pengamat militer Anton Aliabbas dari Universitas Paramadina menambahkan, terkait insiden KRI Nggala-402 masyarakat diharapkan mendukung peninjauan rencana Kemhan untuk membeli alutsista dari sisi kuantitas dan kualitas.
"Tidak perlu glorifikasi kita negara pertama beli alutsista apa, tapi standing kita beli alutsista yang battle proven untuk menghindari kejadian yang dialami kapal selam kita," katanya.
Anton menambahkan, "Prabowo sudah punya agenda spesifik tertentu pada setiap kunjungan meski belum tentu efeknya langsung."
Pada kesempatan yang berbeda, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengibaratkan langkah Prabowo seperti sekali dayung melampaui beberapa pulau. Untuk itu, strategi Prabowo layak diapresiasi.
Menurut Khairul, diplomasi pertahanan sejak awal merupakan salah satu sarana mewujudkan kepentingan nasional di bidang pertahanan dan keamanan.
"Peranannya sangat strategis dalam menghadapi permasalahan yang ada, terutama agar eskalasi tidak meningkat ke arah konflik, serta dapat saling memperkuat confidence building measures (CBM), keamanan hingga stabilitas kawasan," ujar Khairul. (rea)
⚓️ CNN