Jumat, 27 April 2012

Rudal Pertahanan Indonesia

Untuk menguber MEF (Minimum Essential Force) menjaga kedaulatan negara, Indonesia membutuhkan senjata yang modern berupa peluru kendali. Berikut ini persenjataan yang direncanakan akan mengisi gudang amunisi pertahanan TNI.

 Cikal Bakal Rudal Nasional

Rudal C-705 China
KUNJUNGAN Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ke China, beberapa waktu lalu tidak sia-sia. Setelah membeli sejumlah rudal China, pemerintan negeri tirai bambu itu akhirnya menyetujui opsi yang diminta pemerintah RI. Tidak tanggung-tanggung, Indonesia diperkenankan membangun pabrik rudal C-705 di tanah air.

Rudal C 705 ini berhulu ledak 110 kilogram, dengan daya jangkau 75 km dan 170 km dengan tambahan roket pendorong. Rudal ini memiliki Sistem pemandu: radar, TV, atau IR dengan target kapal berbobot 1500 ton. Rudal jelajah C 750 bisa diluncurkan dari pesawat, kapal dan kendaraan darat. Selain dipasang di kapal, Indonesia akan memasangnya di silo darat, seperti yang dilakukan Vietnam untuk rudal Yakhont yang digunakan Indonesia di beberapa KRI.

Kini, Departemen Pertahanan sedang mengumpulkan para pakar rudal Indonesia untuk mempersiapkan pembangunan pabrik rudal C-705. “Kita akan menggenjot produksi alutsista dalam negeri. Kalau tidak bisa, kita akan lakukan joint production, atau transfer teknologi,” ujar Purnomo Yusgiantoro.

“Peluru kendali ini kalau kita bisa produksi dalam negeri, akan kita pasang di daerah perbatasan untuk pengamanan,” ujar Menteri Pertahanan.

Pembangunan Pabrik rudal C 705 dilakukan Kementrian Pertahanan RI dan Precision Machinery Import-Export Corporation (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal.

RX-420 LAPAN
Rudal C-705 kali pertama diperkenalkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow ke-7 tahun 2008. Misil ini adalah pengembangan dari C-704, dan bentuknya lebih menyerupai miniatur C-602. Pengembangan rudal baru ini fokus ke tiga hal, yaitu elemen mesin, hulu ledak, dan sistem pemandu. Dengan desain modular dari mesin baru, membuat jangkauan rudal yang sebelumnya 75-80 km, menjadi sampai 170 kilometer.

C-705 dipersiapkan untuk mengkandaskan kapal perang dengan daya hancur mencapai 95,7%, ideal untuk menenggelamkan kapal.

Kerjasama rudal C 705 sangat penting bagi Indonesia dan sangat strategis. Dari rudal ini, Indonesia akan mengembangkan kemampuan rudal jelajah dari roket RX – 420 yang ditargetkan memiliki daya jangkau 300 km lebih. Roket Lapan RX- 420 sudah diuji coba beberapa kali.

Namun hingga kini masih ada kendala dipersoalan di keakuratan daya jelajah, dalam mencapai target sasaran secara presisi. Jika teknologi cruiser telah dimiliki para pakar rudal Indonesia, maka kedepannya dipastikan akan lahir rudal nasional dari RX - 420 versi militer menjadi RKN-420, dan tentunya akan menggentarkan negara-negara tetangga. Diharapkan negara yang mencoba mengganggu teritorial Indonesia, akan berpikir puluhan kali jika pertahanan rudal Indonesia bisa dikembangkan optimal.
 Rudal KY-80/HQ-16

Rudal pertahanan udara KY-80/HQ-16
Untuk mendukung upaya pengamanan wilayah udara Indonesia, Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) III Medan mulai melirik penggunaan peluru kendali produksi Cina.

Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan berencana untuk mengusulkan pembelian peluru kendali buatan Cina. Pembelian ini rencananya akan diajukan pada pemerintah, dalam rangka melengkapi persenjataan udara Indonesia. Di tengah beragam ancaman yang mungkin terjadi setiap saat.

Panglima Kosek Hanudnas Tiga Medan, Bonar H Hutagaol mengatakan pihaknya telah melakukan peninjauan terhadap peluru kendali Cina. Untuk melihat keunggulan senjata tersebut dan melihat kemungkinan untuk membelinya. Walau hingga kini belum ada sinyalemen yang memungkinkan untuk membeli.

“Baru tingkat peninjauan untuk melihat kemampuannya di Gurun Gobi,” kata Hutagaol pada Smart FM Medan. Peluru kendali yang diujicoba di Cina berjenis KY-80. Indonesia dipastikan membutuhkan persenjataan dalam bentuk rudal yang mampu menembak pesawat dan rudal musuh.


Meski demikian, Bonar H Hutagaol menambahkan, senjata yang saat ini dimiliki oleh Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan masih cukup memadai. Sehingga pembelian ini belum dikategorikan kebutuhan prioritas. Hasil uji coba tersebut akan dilaporkan untuk dianalisis lebih lanjut, sembari mengukur ketersediaan anggaran.

Anggaran pertahanan Indonesia tahun ini yang mencapai 8 milyar Dollar membuka peluang angkatan udara untuk menutup kekurangan rudal pertahanan udara jarak menengah. Harus diakui produsen rudal pertahanan jarak menengah dan jauh sangat sedikit bisa dihitung dengan jari.

Rudal permukaan ke udara LY-80 merupakan versi ekspor dari HQ-16 buatan RRC. Proyek Hong Qi - 16 dikembangkan RRC bekerjasama dengan Rusia dari platform Buk-M1 (SA-11 Gadfly) dan Buk-2M (SA-17 Grizzly). Hong Qi artinya bendera merah. Sistem HQ-16 dibuat di atas platform mobile darat dan platform kapal perang.

Platform mobile darat terdiri dari unit radar dan unit peluncur. Truk peluncur membawa kanister peluncur yang berisi 6 misil. Diyakini pengembangan HQ-16 dimulai tahun 1998. Pemasangan di platform kapal perang (HHQ-16/Hai Hong Qi -16) dengan sistem peluncur vertikal (VLS/Vertical Launch System).

Radar penjejak target sanggup mengendus sasaran sejauh 150 km dan rudal bisa menyerang sasaran sejauh 50 km dengan ketinggian hingga 10 km. Di samping sasaran pesawat tempur dan helikopter, HQ-16 diklaim mampu menembak jatuh drone (pesawat nirawak) dan rudal Tomahawk yang biasanya menjelajah pada ketinggian kurang dari 50 meter dari permukaan tanah guna menghindari endusan radar dan pencegatan. Maupun mencegat rudal anti-kapal yang terbang rendah (sea-skimming) kurang dari 10 m dari permukaan laut.

Pada tahun 2011 pejabat militer RRC mengemukakan ke media bahwa sistem pertahanan udara HQ-16 telah resmi berdinas di angkatan bersenjata RRC dan ditawarkan untuk ekspor.
 Rudal Starstreak

Rudal Starstreak
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari Rabu wacana tersebut sempat terlontar.

"Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4/2011).

Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista yang bakal dibeli dari Inggris. "Starstreak (rudal anti pesawat) dan multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya.

Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi dalam proses tersebut.

Rencana pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas lebih lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih dibicarakan," katanya
. 

Soalnya isu rudal Starstreak pernah dilontarkan Panglima Kodam Bukit Barisan pada Agustus 2010. Jika rencana Kemenhan terealisasi, tentu akan menambah perbendaharaan rudal anti-pesawat jarak pendek yang dimiliki militer Indonesia. 

RBS-70 TNI AD
Secara pasti rudal panggul anti-pesawat jarak pendek yang telah menjadi inventaris adalah RBS-70, Grom, dan QW-3. Grom buatan Polandia dioperasikan Kostrad dan Qian Wei seri 3 buatan RRC dioperasikan Paskhas AU, keduanya bersistem fire and forget. RBS-70 buatan Swedia bersistem pemandu laser dengan kombinasi proximity fuse. Sistem pemandu rudal Starstreak buatan Inggris (Thales) juga menggunakan laser berenergi rendah. Sistem pemandu inframerah maupun radar lebih mudah diacak dengan flare dan chaff. Sistem pemandu laser hingga saat ini sulit untuk diacak sehingga kill probability-nya lebih tinggi. Terlebih kecepatan tembak Starstreak paling tinggi, hingga 3,5 Mach. Menjadikannya rudal Manpads tercepat saat ini sehingga sasaran yang ditembak hampir tidak memiliki kesempatan untuk menghindar atau memberikan reaksi. Perlu dikembangkan sensor laser yang lebih canggih untuk mendeteksi ancaman rudal jenis ini. Satu-satunya hambatan adalah kondisi cuaca dan pandangan misalnya asap.

Rudal Starstreak mulai dikembangkan pada November 1986 oleh pabrikan Shorts (berganti nama Thales). Sistem ini resmi berdinas di jajaran militer Inggris pada September 1997, mulai menggantikan peran rudal Javelin dan Starburst. Thales menyempurnakan sistem ini dengan merilis Starstreak II. Rudal Starstreak 2 memiliki kinerja lebih tinggi dari Starstreak I. Misil lebih ringan berbobot 14 kg, jarak jangkau hingga 7 km dengan ketinggian hingga 5 km, usia pakai misil hingga 15 tahun. 

Sistem rudal Starstreak terdiri dari peluncur dan misil. Peluncur menjadi satu dengan pemandu laser. Misil memiliki dua tinggat roket pendorong propelan padat. Roket tingkat pertama melontarkan misil keluar dari laras peluncur hingga jarak aman dari operator beberapa ratus meter. Kemudian roket booster akan mendorong misil hingga kecepatan 3,5 Mach. Jika bahan bakar roket booster habis, misil melepaskan 3 sub-munisi meluncur secara terpisah menuju target dengan daya kinetik 9G. Selama peluncuran, operator memandu terus misil hingga sub-munisi mengenai target. Masing-masing sub-munisi memiliki 2 laser pemandu yang akan menyesuaikan lintasan luncur sesuai panduan laser dari sistem pemandu yang dioperasikan prajurit operator. Kepala sub-amunisi diperkeras dengan tungsten untuk memperkuat efek kinetik. Jika sub-munisi menghantam sasaran, delay-fuse akan aktif menunda peledakan hulu ledak. Memberi waktu bagi kepala sub-munisi menembus atau merobek masuk ke dalam sasaran sebelum diledakkan. Dengan keandalan semacam itu, rudal Starstreak bisa berfungsi ganda sebagai senjata penghancur kendaraan lapis baja.

Rudal Starstreak dikonfigurasi dalam bentuk peluncur portabel panggul, LML (Lightweight Multiple launcher) yang bisa dipasang diberbagai platform mobile, SP HVM (Self Propelled High Velocity Missile) dengan penggerak kendaraan lapis baja Alvis Stormer, dan ATASK (Air to Air Starstreak) yang dipasang di helikopter serang Apache. Hingga kini negara operator rudal Starstreak selain Inggris adalah Afrika Selatan. Rudal Starstreak secara teknis memang sangat unggul namun belum terbukti dalam palagan (battle proven). Minat pembelian rudal Starstreak direncanakan berkenaan dengan pembelian sistem senjata anti-pesawat jarak pendek lainnya yang telah dahulu direncanakan seperti Oerlikon twincanon Swiss, Chiron Korsel, bahkan TD2000 RRC.

- dari Cakidur dan berbagai media -

7 komentar:

  1. Wah sumber kutipannya tidak disebutkan...padahal plek sama persis copy pastenya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf Mas .. Saya mungkin ambil dari google dan lupa sumbernya makanya saya tulis dari berbagai media

      Hapus
  2. INDONESIA BISA mungkin
    indonesia juga bisa
    membuat rudal yang besar
    berhulu ledak
    mengimbangi negara negara
    yang mempunyai
    rudal rudal besar berhulu
    ledak dan berjarak
    sangat jauh antara benua
    dan bila indonesia mau
    bisa menembak jatuh
    SELURUH SATELIT di
    angkasa di atas bumi
    berjarak 300KM SAMPAI
    2000KM, ini hasil
    perkembangan
    roket LAPAN hasil ANAK
    BANGSA INDONESIA
    sebagai modal dasar
    pembuatan senjata yang
    sangat istimewah sebagai
    pertahanan INDONESIA

    BalasHapus
  3. Beli rudal dr luar, dikombinasi dg rudal dlm negeri dan rudal kerjasama dr luar. Sangat mantab, lanjut dan teruskan bekerja sama dg peneliti dr sarjana2 anak2 bangsa

    BalasHapus
  4. majulah Indonesiaku jangan mau didikte negara lain ..............!!!!!!!

    BalasHapus
  5. Kita tdk usah tergantung dg cina masalah roket, krn cina banyak tingkahnya lebih baik roket R HAN 122 200mm dikembangkan terus dan sambil melihat/inovatif dr contek sanasini akhirnya akan jadi juga. Slamat berkarya PT Pindad & PT DI...........

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.