Jumat, 10 Agustus 2012

Alutsista TNI masih jauh dari MEF

Komisi I Membenarkan Rendahnya Alutsista Milik TNI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNT1OfA3Iz7syobek5Zi-F74Q3c1PX9U7P2rcidDF7uVm2oTOjCDE3m7iYnEpYakTalPzAmXKS3O1fBFa6Ar43yF-84yFguISvYCRxrzWtM6nmscMX9JWa-jCY8oaAWx4pExap4rltT-QY/s280/1.jpgWakil Ketua Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin membenarkan pernyataan Presiden SBY bahwa kualitas militer Indonesia di bawah standar. "Benar pernyataan itu," kata Hasanuddin kepada Republika, Kamis (9/8).

Hasannudin mengatakan persoalan terbesar militer Indonesia ada pada kualitas alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Dia mengungkapkan sampai saat ini masih ada kesatuan militer yang menggunakan senjata peninggalan perang kemerdekaan. "Senjata tahun 1943 masih digunakan," ujar Hasanuddin.

Rendahnya kualitas alutsista militer Indonesia menurut Hasannudin tak lepas dari keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah. Saat ini anggaran pertahanan hanya sebesar Rp 70 triliun. Padahal idealnya, anggaran militer berkisar di angka Rp 300 triliun. Namun demikian Hasanuddin mengakui bila anggaran militer Indonesia mengalami peningkatan tiga kali lipat dibandingkan tahun 2004.

Di bandingkan kualitas alutsista, jumlah personil militer (infantri) Indonesia tidaklah terlalu memprihatinkan. Hasanuddin mengatakan kuota personil tentara Indonesia saat ini relatif cukup untuk menjaga keamanan Indonesia.

Hasanuddin berharap pemerintah bisa memenuhi program Minimum Esensial Force. Program ini merupakan upaya meningkatkan standar kualitas militer Indonesia. Tanpa ini, Hasanuddin menyakini militer Indonesia akan kewalahan menjaga kedaulatan NKRI dari serangan asing. Pasalnya meskipun militer Indonesia menang jumlah personil tapi secara kecanggihan alat perang Indonesia masih di bawah standar.

"Kalau perang person to person mungkin kita menang. Tapikan sekarang semua sudah pakai teknologi," ujar Hasanuddin.

Kemhan : Kami Akui Alutsista Indonesia Lemah

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengakui bahwa keberadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia masih rendah dan lemah. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berkunjung ke Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/8).

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin, menjelaskan hal tersebut terjadi, karena Indonesia sebelum tahun 2010 belum mulai membangun alutsita. Menurut dia, baru pada rencana strategis (renstra) 2010-2014, Indonesia melalui Kementerian Pertahanan mulai membangun dan memodernisasi alutsita.

"Memang masih lemah karena belum mulai membangun. Tapi sejak 2010 kita sudah mulai membangun," ungkap Hartind, Kamis (9/8). Tak main-main, dalam penganggaran yang dilakukan, pelaksanaan pembangunan sistem persenjataan itu menelan biaya yang tidak sedikit, yakni berjumlah Rp 156 triliun.

Hingga saat ini, ungkap Hartind, belum banyak alutsita yang sudah bisa ditunjukkan ke masyarakat. Tapi memasuki akhir 2012, sejumlah alutsita sudah mulai berdatangan, seperti pesawat militer CN-295. Pesawat yang dibeli dari Airbus Military itu menelan anggaran sebesar 325 juta US Dolar.

Nantinya, pesawat yang dalam kontraknya juga mencakup penyediaan suku cadang dan pelatihan itu akan dioperasikan oleh TNI AUA untuk kepentingan militer, logistik, kemanusiaan, maupun misi evakuasi medis. "2013 ada F-16. Kapal selam kita baru masuk 2015," ungkap Hartind.

(Republika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.