Beijing - Sekitar 30 siswa Program Pendidikan Reguler Angkatan 47 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) studi banding pengembangan militer dan pertahanan China, termasuk industri pertahanan negara itu.
Para peserta didik Lemhannas, di Beijing, Senin melakukan kunjungan ke salah satu grup industri pertahanan China yakni China Electronics technology Group Corporation (CETC) China North Industries Corporation (NORINCO).
Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk China merangkap Mongolia, Kolonel Elektonika Surya Margono, mengatakan pengembangan militer dan pertahanan China mengalami kemajuan cukup pesat, termasuk industri pertahanannya.
Mula pertama keberhasilan industri alat pertahanan China dari meniru produk-produk serupa buatan Uni Soviet; dilanjutkan mengembangkan sistem. Itu sebabnya bentuk dan "mahzab" sistem pertahanan China mirip dengan yang dimiliki Rusia saat ini, termasuk teknologi roket, satelit, dan kapsul angkasa luarnya.
Ia mengungkapkan CETC menjalin kerja sama dengan kementerian Pertahanan dan TNI terutama TNI Angkatan Laut dalam program Kapal Cepat Rudal (KCR).
"Demikian pula dengan Norinco, Kementerian Pertahanan dan TNI telah melakukan pula kerja sama untuk kebutuhan tertentu lainnya," ujar Margono.
Selain melihat langsung pengembangan industri pertahanan China, para peserta didik Lemhannas tersebut juga akan mengunjungi Universitas Pertahanan China, guna mengetahui program pendidikan yang diselenggarakan institusi pendidikan tersebut.
"Dengan melihat pula program pendidikan pertahanan yang ada, maka akan diketahui secara lengkap dan komprehensif bagaimana China mengembangkan sistem pertahanan dan militernya hingga menjadi besar seperti sekarang," katanya.
Tak hanya militer dan pertahanan para peserta didik Lemhannas itu juga mempelajari sosial kemasyarakatan masyarakat China, hingga bisa menjadi salah satu negara yang diperhitungkan.
"Para peserta Lemhannas itu kan para calon pemimpin bangsa, jadi mereka harus bagaimana mengelola dan mengembangan potensi sosial kemasyarakatan yang ada. Sehingga pembangunan dapat dilakukan secara berkesinambungan, berkelanjutan,` kata Surya menekankan.(R018)(Antara)
"Masing-masing pihak dari yang melakukan kerja sama, pasti memfokuskan pada kepentingan nasional masing-masing. Indonesia, kerap tidak fokus pada kepentingan nasionalnya."
Tenaga ahli Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Wardiyono Suwaryo, mengatakan hubungan bilateral Indonesia dan China masih perlu diperluas, terutama menyangkut kepentingan politik Indonesia untuk mendukung ketahanan nasional.
"China kini menjadi salah satu negara yang maju di berbagai bidang baik ekonomi, politik maupun pertahanannya," kata Wardiyono, di Beijing, saat memimpin peserta pendidikan reguler angkatan ke-47 Lemhannas melakukan kunjungan kerja ke China, Senin (3/9).
Kemajuan China di berbagai bidang tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia yang banyak, dan kemampuan untuk membeli sumber daya dari negara lain yang tidak dimilikinya, antara lain dari Indonesia.
"Indonesia memiliki bahan tambang yang banyak. China sangat membutuhkan untuk mendorong roda industrinya. secara politik dan ekonomi Indonesia juga harus memikirkan ketersediaan bahan tambangnya untuk alam negeri. Karena ketahanan energi, ketahanan pangan di dalam negeri juga penting untuk menjaga ketahanan nasional," katanya.
Wardiyono menekankan dalam setiap kerja sama internasional yang dilakukan kepentingan nasional menjadi sangat penting.
"Masing-masing pihak dari yang melakukan kerja sama, pasti memfokuskan pada kepentingan nasional masing-masing. Indonesia, kerap tidak fokus pada kepentingan nasionalnya," kata Wardiyono.
Diplomasi, militer, dan ekonomi disebutnya saling mendukung satu sama lain. Jika ketiganya bisa dibangun secara integral, maka kepentingan nasional, ketahanan nasional dapat diwujudkan maksimal. Menurut Wardiyono, hal itulah yang dilakukan China, sehingga kini menjadi negara yang diperhitungkan.
Peserta didik PPRA ke-47 Lemhannas melakukan studi banding industri pertahanan dan sosial kemasyarakatan China di Beijing dan Shanghai, serta mengkaji bagaimana hubungan bilateral kedua negara yang telah terjalin baik dapat mendukung kepentingan serta ketahanan nasional secara maksimal.
Selain China untuk 2012 Lemhannas juga mengirimkan peserta didiknya ke Filipina, Thailand dan Selandia Baru.(Berita Satu)
Para peserta didik Lemhannas, di Beijing, Senin melakukan kunjungan ke salah satu grup industri pertahanan China yakni China Electronics technology Group Corporation (CETC) China North Industries Corporation (NORINCO).
Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI untuk China merangkap Mongolia, Kolonel Elektonika Surya Margono, mengatakan pengembangan militer dan pertahanan China mengalami kemajuan cukup pesat, termasuk industri pertahanannya.
Mula pertama keberhasilan industri alat pertahanan China dari meniru produk-produk serupa buatan Uni Soviet; dilanjutkan mengembangkan sistem. Itu sebabnya bentuk dan "mahzab" sistem pertahanan China mirip dengan yang dimiliki Rusia saat ini, termasuk teknologi roket, satelit, dan kapsul angkasa luarnya.
Ia mengungkapkan CETC menjalin kerja sama dengan kementerian Pertahanan dan TNI terutama TNI Angkatan Laut dalam program Kapal Cepat Rudal (KCR).
"Demikian pula dengan Norinco, Kementerian Pertahanan dan TNI telah melakukan pula kerja sama untuk kebutuhan tertentu lainnya," ujar Margono.
Selain melihat langsung pengembangan industri pertahanan China, para peserta didik Lemhannas tersebut juga akan mengunjungi Universitas Pertahanan China, guna mengetahui program pendidikan yang diselenggarakan institusi pendidikan tersebut.
"Dengan melihat pula program pendidikan pertahanan yang ada, maka akan diketahui secara lengkap dan komprehensif bagaimana China mengembangkan sistem pertahanan dan militernya hingga menjadi besar seperti sekarang," katanya.
Tak hanya militer dan pertahanan para peserta didik Lemhannas itu juga mempelajari sosial kemasyarakatan masyarakat China, hingga bisa menjadi salah satu negara yang diperhitungkan.
"Para peserta Lemhannas itu kan para calon pemimpin bangsa, jadi mereka harus bagaimana mengelola dan mengembangan potensi sosial kemasyarakatan yang ada. Sehingga pembangunan dapat dilakukan secara berkesinambungan, berkelanjutan,` kata Surya menekankan.(R018)(Antara)
Hubungan Indonesia-China Perlu Diperluas
"Masing-masing pihak dari yang melakukan kerja sama, pasti memfokuskan pada kepentingan nasional masing-masing. Indonesia, kerap tidak fokus pada kepentingan nasionalnya."
Tenaga ahli Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Wardiyono Suwaryo, mengatakan hubungan bilateral Indonesia dan China masih perlu diperluas, terutama menyangkut kepentingan politik Indonesia untuk mendukung ketahanan nasional.
"China kini menjadi salah satu negara yang maju di berbagai bidang baik ekonomi, politik maupun pertahanannya," kata Wardiyono, di Beijing, saat memimpin peserta pendidikan reguler angkatan ke-47 Lemhannas melakukan kunjungan kerja ke China, Senin (3/9).
Kemajuan China di berbagai bidang tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia yang banyak, dan kemampuan untuk membeli sumber daya dari negara lain yang tidak dimilikinya, antara lain dari Indonesia.
"Indonesia memiliki bahan tambang yang banyak. China sangat membutuhkan untuk mendorong roda industrinya. secara politik dan ekonomi Indonesia juga harus memikirkan ketersediaan bahan tambangnya untuk alam negeri. Karena ketahanan energi, ketahanan pangan di dalam negeri juga penting untuk menjaga ketahanan nasional," katanya.
Wardiyono menekankan dalam setiap kerja sama internasional yang dilakukan kepentingan nasional menjadi sangat penting.
"Masing-masing pihak dari yang melakukan kerja sama, pasti memfokuskan pada kepentingan nasional masing-masing. Indonesia, kerap tidak fokus pada kepentingan nasionalnya," kata Wardiyono.
Diplomasi, militer, dan ekonomi disebutnya saling mendukung satu sama lain. Jika ketiganya bisa dibangun secara integral, maka kepentingan nasional, ketahanan nasional dapat diwujudkan maksimal. Menurut Wardiyono, hal itulah yang dilakukan China, sehingga kini menjadi negara yang diperhitungkan.
Peserta didik PPRA ke-47 Lemhannas melakukan studi banding industri pertahanan dan sosial kemasyarakatan China di Beijing dan Shanghai, serta mengkaji bagaimana hubungan bilateral kedua negara yang telah terjalin baik dapat mendukung kepentingan serta ketahanan nasional secara maksimal.
Selain China untuk 2012 Lemhannas juga mengirimkan peserta didiknya ke Filipina, Thailand dan Selandia Baru.(Berita Satu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.