SEBUAH kapal pengangkut imigran gelap
yang akan diselundupkan ke Australia dan tengah terombang-ambing
dihantam gelombang serta nyaris tenggelam karena terjadi kebocoran
kapal, berhasil diselamatkan oleh kapal perang TNI AL KRI Barakuda-633
yang tengah beroperasi di perairan Selat Sunda, Kamis (30/8).
Kapal nahas mengangkut 56 imigran gelap asal Timur Tengah ini mengalami masalah di sebelah selatan Pulau Panaitan perairan Selat Sunda setelah berupaya menyeberang ke Australia menyelundupkan para penumpangnya. Selain KRI Barakuda, terdapat enam kapal lain yang turut memberikan pertolongan, yakni MV Bahrain, MV Mahtlane, MV Gwendely, MV Karela, MV Daxian, dan kapal Basarnas RB-201.
KRI Barakuda-633 yang membawa 10 orang prajurit TNI AL bersenjata laras panjang untuk pengamanan, serta tim kesehatan termasuk dokter dan paramedis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Merak, mengevakuasi para imigran tersebut menuju Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Merak, Provinsi Banten. Dari 56 imigran, tercatat 55 orang selamat, dan seorang meninggal dunia.
Para imigran yang diselamatkan kapal-kapal lain bertemu dengan KRI Barakuda-633 di perairan sekitar Pulau Sangiang, sekitar 6 mil laut sebelah utara Tanjung Lesung, untuk selanjutnya dievakuasi ke KRI Barakuda-633, dan dibawa menuju Lanal Merak, Jumat (31/8). Setelah dilaksanaan pendataan di Lanal Merak, para imigran yang seluruhnya berkewarganegaraan Afganistan dan Pakistan ini akan diserahkan kepada pihak Kantor Imigrasi Merak.
Sementara itu Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengungkapkan, bahwa Selat Sunda merupakan salah satu jalur perairan di Indonesia yang kerap digunakan oleh para imigran gelap asal Timur Tengah sebagai rute perjalanan menuju negara atau tempat tinggal impian mereka, yaitu Pulau Christmas, Australia. Unsur-unsur TNI AL secara terus-menerus telah meningkatkan patroli dan pengawasan di perairan tersebut guna menggagalkan aktivitas penyelundupan manusia ini. “Mengetahui adanya peningkatan patroli TNI AL di Selat Sunda, para pemilik kapal diduga menggunakan rute lainnya, yaitu melalui sebelah selatan Pulau Jawa,” kata Kadispenal.
Menurut Kadispenal, guna mencegah kasus imigran gelap ini seyogyanya dilaksanakan kerja sama ketat antar instansi terkait, mengingat para imigran ini umumnya datang ke Indonesia dengan paspor dan visa resmi menggunakan pesawat terbang dengan berpura-pura sebagai turis. Namun, sebetulnya tujuan akhir mereka adalah Australia. “Mereka juga menggunakan kapal-kapal secara gelap yang disewa untuk membawanya ke Australia. Bila mengalami trouble di laut, baru mereka teriak meminta bantuan,” kata Kadispenal.
Kadispenal juga menambahkan, bahwa TNI AL saat ini makin mengintensifkan patroli laut di beberapa area tertentu di perairan sebelah selatan Pulau Jawa yang diduga sering dijadikan jalur penyeberangan para imigran gelap tersebut.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.
Kapal nahas mengangkut 56 imigran gelap asal Timur Tengah ini mengalami masalah di sebelah selatan Pulau Panaitan perairan Selat Sunda setelah berupaya menyeberang ke Australia menyelundupkan para penumpangnya. Selain KRI Barakuda, terdapat enam kapal lain yang turut memberikan pertolongan, yakni MV Bahrain, MV Mahtlane, MV Gwendely, MV Karela, MV Daxian, dan kapal Basarnas RB-201.
KRI Barakuda-633 yang membawa 10 orang prajurit TNI AL bersenjata laras panjang untuk pengamanan, serta tim kesehatan termasuk dokter dan paramedis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Merak, mengevakuasi para imigran tersebut menuju Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Merak, Provinsi Banten. Dari 56 imigran, tercatat 55 orang selamat, dan seorang meninggal dunia.
Para imigran yang diselamatkan kapal-kapal lain bertemu dengan KRI Barakuda-633 di perairan sekitar Pulau Sangiang, sekitar 6 mil laut sebelah utara Tanjung Lesung, untuk selanjutnya dievakuasi ke KRI Barakuda-633, dan dibawa menuju Lanal Merak, Jumat (31/8). Setelah dilaksanaan pendataan di Lanal Merak, para imigran yang seluruhnya berkewarganegaraan Afganistan dan Pakistan ini akan diserahkan kepada pihak Kantor Imigrasi Merak.
Sementara itu Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengungkapkan, bahwa Selat Sunda merupakan salah satu jalur perairan di Indonesia yang kerap digunakan oleh para imigran gelap asal Timur Tengah sebagai rute perjalanan menuju negara atau tempat tinggal impian mereka, yaitu Pulau Christmas, Australia. Unsur-unsur TNI AL secara terus-menerus telah meningkatkan patroli dan pengawasan di perairan tersebut guna menggagalkan aktivitas penyelundupan manusia ini. “Mengetahui adanya peningkatan patroli TNI AL di Selat Sunda, para pemilik kapal diduga menggunakan rute lainnya, yaitu melalui sebelah selatan Pulau Jawa,” kata Kadispenal.
Menurut Kadispenal, guna mencegah kasus imigran gelap ini seyogyanya dilaksanakan kerja sama ketat antar instansi terkait, mengingat para imigran ini umumnya datang ke Indonesia dengan paspor dan visa resmi menggunakan pesawat terbang dengan berpura-pura sebagai turis. Namun, sebetulnya tujuan akhir mereka adalah Australia. “Mereka juga menggunakan kapal-kapal secara gelap yang disewa untuk membawanya ke Australia. Bila mengalami trouble di laut, baru mereka teriak meminta bantuan,” kata Kadispenal.
Kadispenal juga menambahkan, bahwa TNI AL saat ini makin mengintensifkan patroli laut di beberapa area tertentu di perairan sebelah selatan Pulau Jawa yang diduga sering dijadikan jalur penyeberangan para imigran gelap tersebut.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.
(TNI AL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.