Kamis, 01 Agustus 2013

☆ Kisah Jendral Hoegeng

Sembilan perwira tinggi polisi tengah diseleksi untuk menggantikan posisi Jenderal Timur Pradopo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Bursa calon Kapolri selalu menarik, begitu juga dengan alasan penggantian Kapolri. Tak cuma karena peremajaan, pensiun atau rotasi. Kadang kental juga dengan nuansa politik.

Ada kisah menarik saat Kapolri Jenderal Hoegeng diberhentikan Presiden Soeharto. Banyak pihak motif politik ada di belakang pencopotan ini.

Sejak mau dilantik sebagai Kapolri, Hoegeng memang sudah tak cocok dengan Soeharto. Tahun 1968, Hoegeng menghadap Soeharto. Saat itu Soeharto meminta agar polisi tak lagi bertugas di medan tempur. Dulu memang Brigade Mobil Polri terjun di berbagai pertempuran seperti TNI, mulai operasi Trikora di Papua, hingga Dwikora di Pedalaman Kalimantan.

Apa jawaban Hoegeng?

"Kalau begitu angkatan lain juga jangan mencampuri tugas angkatan kepolisian," kata Hoegeng tegas. Soeharto terdiam mendengarnya. Demikian ditulis dalam buku Hoegeng, Oase menyejukan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa terbitan Bentang.

Sepak terjang Hoegeng membuat kroni keluarga Cendana mulai terusik. Apalagi sejumlah kasus diduga melibatkan orang-orang dekat Soeharto. Puncak perseteruan itu, Soeharto mencopot Hoegeng sebagai Kapolri tanggal 2 Oktober 1971. Baru tiga tahun, Hoegeng menjabat. Seharusnya masih ada dua tahun lagi.

Ironinya dengan alasan penyegaran, justru pengganti Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua satu tahun.

Hoegeng menghadap Soeharto, dia menanyakan kenapa dicopot. Secara tersirat Soeharto berkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi.

Dengan tegas Hoegeng menjawab. "Ya sudah. Saya keluar saja," katanya.

Soeharto menawari Hoegeng dengan jabatan sebagai duta besar atau diplomat di negara lain. Sebuah kebiasaan untuk membuang mereka yang kritis terhadap Orde Baru. Hoegeng menolaknya.

"Saya tidak bisa jadi diplomat. Diplomat harus bisa minum koktail, saya tidak suka koktail," sindir Hoegeng.

Ada beberapa penyebab kenapa Hoegeng diganti. Salah satunya kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi.

Kasus itu sangat fenomenal pada akhir periode 1960an sampai awal 1970an. Robby adalah anak muda yang menyelundupkan ratusan mobil mewah ke Indonesia. Mulai Roll Royce, Jaguar, Alfa Romeo, BMW, Mercedes Benz dan lain-lain.

Robby menyuap sejumlah pihak di bea cukai dan kepolisian untuk melanggengkan aksinya. Diduga ada keterlibatan kroni keluarga Cendana dalam kasus ini.

Selain itu kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta. Anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga ikut menjadi pelakunya.

Proses di pengadilan berjalan penuh rekayasa. Sumarijem yang menjadi korban malah menjadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus ini. Dia siap menindak tegas para pelakunya walau dibekingi pejabat.

Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team pemeriksa Pusat Kopkamtib.

Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menilai sulit sekali mencari petinggi Polri sejujur Jenderal Hoegeng. Para polisi jujur sering tidak mendapat tempat di posisi komando atau posisi strategis.

"Ada yang jujur, hanya terjebak di tumpukan arsip dan tidak akan terkenal," kata Bambang saat berbincang dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

Maka walau sulit, semoga saja Kapolri berikutnya bisa meneladani Jenderal Hoegeng.

  ● Merdeka  

3 komentar:

  1. Walaupun beliau tdk mendpt tempat di kekuasaan tp namanya selalu terkenang dlm sejarah dan akan selalu diceritakan turun temurun dari ayah ibu kpd anaknya, anaknya kpd cucunya dsbnya. Saya selalu ingat bapak dan ibu saya selalu menceritakan hoegeng sbg seorang yg jendral polisi yg bersahaja, jujur dan sgt dekat dgn semua kalangan.

    BalasHapus
  2. Saman terullang lagi , pak hoegeng sulit di tiru segelintir para jendral besutan Sby , kita tahu dari danuri sampai timur ,hanya jadi algojo buat kalangan bawah ,kita liat mereka sebagai penegak hukum bisanya bumi hagus ke adilan , jadi menthor peyelamat kruptor ,penyelundup di pujaa bak meteor . Kpk sebagai benteng ahir penegak hukum di gembosi demi sangtuan di lingkungan istana . Hasilnya bisa di liat sama 2 kaya luar biasa
    "Apakah mereka hidup tenang setelah pensiun dengan harta segudang ??...bellum tentu , karna harta bukan jaminan di masa tua hidup bahagia ,malah sebaliknya anak cucunya bakal menerima aip masa akan datang , suasana perputaran hidup manusia tidak ada yg tahu , lupa di ri selagi berkuasa bakal brakhir di ujung trali besi , sejalan berjalannya sytem demokrasi di indonesia , bukan tidak mungkin pelindung kruptor setelah 2014 , jadi pesakitan kpk .

    BalasHapus
  3. Sampai kapan 3 polisi jujur( polisi hoegeng, patung polisi dan polisi tidur) seperti kata gusdur menjadi lebih dari 3. Kami mendambakan akan hadirnya hoegeng lainya

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.