Rabu, 21 Mei 2014

[World News] Dituduh Menyadap AS, Tiongkok Berang

Amerika Daftarkan Gugatan Pidana atas Pejabat Pemerintah Tiongkok Ilustrasi HackerWashington ★ Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah mendaftarkan gugatan pidana terhadap beberapa pejabat pemerintah Tiongkok, dengan tuduhan mencuri rahasia dagang Amerika lewat kegiatan spionase di dunia maya.

Ini pertama kalinya Amerika Serikat menggunakan tuduhan peretasan (hacking) melawan pejabat negara.

Jaksa Agung Eric Holder dijadwalkan untuk menjelaskan lebih jauh masalah ini, Senin (19/5) waktu setempat.

Dakwaan ini menyebut beberapa nama yang termasuk pegawai pemerintah Tiongkok, kata seorang pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya.

"Mereka menggunakan fasilitas militer dan intelijen untuk melakukan kegiatan spionase dunia maya (cyber espionage) melawan perusahaan-perusahaan AS," ujar pejabat tersebut.
Lima Perwira Tiongkok Didakwa Kriminal oleh AS Ilustrasi hacker TiongkokLima perwira militer Tiongkok dikenakan dakwaan oleh penegak hukum Amerika Serikat karena diduga telah meretas komputer dan melakukan kegiatan spionase ekonomi. Dakwaan itu dibuat oleh dewan juri di pengadilan Pennsylvania, Senin (19/5) waktu setempat.

Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder mengatakan kasus ini adalah yang pertama kali aktor negara terkena dakwaan peretasan atau hacking. Menurut Holder, rahasia dagang dan informasi bisnis sensitif yang dicuri sifatnya “signifikan” dan menuntut tindakan agresif.

Menurut surat dakwaan, para terdakwa itu berkonspirasi untuk meretas komputer perusahaan-perusahaan AS sehingga memperoleh akses secara ilegal untuk mencuri informasi yang penting bagi para pesaing perusahaan itu di Tiongkok, termasuk BUMN.

Dakwaan juga menyebutkan bahwa para hackers menggunakan sumber daya yang dimiliki militer dan badan intelijen Tiongkok, ketika mengunduh informasi industri secara masif dari entitas bisnis AS.

Korban peretasan sedikitnya ada enam, yaitu Westinghouse Electric, U.S. Steel, SolarWorld, the United Steel Workers Union, Allegheny Technologies dan Alcoa.

"Keberhasilan di pasar global seharusnya ditentukan semata-mata oleh kemampuan perusahaan untuk berinovasi dan bersaing, bukan kemampuan memata-matai dan mencuri rahasia bisnis yang disokong pemerintah," kata Holder.

"Pemerintah kami tidak akan menolerir tindakan oleh negara mana pun yang berupaya menyabotase perusahaan-perusahaan Amerika secara ilegal dan merendahkan integritas persaingan yang sehat dalam pasar bebas."

Identitas para terdakwa itu tidak disebutkan.
Tiongkok Desak AS Tarik Dakwaan untuk 5 Pejabat Militer Kementerian Luar Negeri Tiongkok menilai tudingan AS bahwa lima pejabat militer Tiongkok memata-matai sejumlah perusahaan AS sangat tidak beralasan. Tudingan itu sengaja dibuat-buat dan bisa merusak hubungan Tiongkok-AS.

Seperti dilaporkan Reuters, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mendesak Pemerintah AS menarik dakwaan terhadap lima pejabat militer itu. Tiongkok juga meminta AS “segera memperbaiki kesalahan”.

Sebelumnya, Pemerintah AS mendakwa lima pejabat militer Tiongkok melakukan aksi mata-mata melalui dunia maya. Aksi itu dilakukan dengan menembus data informasi sejumlah perusahaan AS untuk mencuri rahasia dagang. Disebutkan, para peretas asal Tiongkok itu menargetkan perusahaan-perusahaan AS yang bergerak dalam bidang tenaga nuklir, logam, dan produk industri tenaga matahari. Informasi itu sangat berguna bagi Tiongkok yang menjadi pesaing AS dalam hal teknologi.

Dakwaan tersebut dibuat oleh dewan juri di pengadilan Pennsylvania, Senin (19/5) waktu setempat.

Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder mengatakan, kasus itu adalah yang pertama kali aktor negara terkena dakwaan peretasan atau hacking. Menurut Holder, rahasia dagang dan informasi bisnis sensitif yang dicuri sifatnya “signifikan” dan menuntut tindakan agresif.

Menurut surat dakwaan, para terdakwa itu berkonspirasi untuk meretas komputer perusahaan-perusahaan AS sehingga memperoleh akses secara ilegal untuk mencuri informasi yang penting bagi para pesaing perusahaan itu di Tiongkok, termasuk BUMN.

Dakwaan juga menyebutkan bahwa para hackers menggunakan sumber daya yang dimiliki militer dan badan intelijen Tiongkok, ketika mengunduh informasi industri secara masif dari entitas bisnis AS.

Korban peretasan sedikitnya ada enam, yaitu Westinghouse Electric, US Steel, SolarWorld, the United Steel Workers Union, Allegheny Technologies dan Alcoa.

"Keberhasilan di pasar global seharusnya ditentukan semata-mata oleh kemampuan perusahaan untuk berinovasi dan bersaing, bukan kemampuan memata-matai dan mencuri rahasia bisnis yang disokong pemerintah," kata Holder.

  Berita Satu  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.