BIN Logo
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno menyatakan Presiden Joko Widodo sangat berhati-hati dalam memilih calon Kepala Badan Intelijen Negara. Selama ini, menurut Tedjo, Jokowi menilai BIN sering memberikan informasi tak akurat. "Data BIN itu sering meleset. Beliau (Jokowi) sangat berhati-hati soal BIN," ujar Tedjo di Istana Negara, Selasa, 4 November 2014.
Menurut Tedjo, sikap tak gegabah ini membuat Jokowi membutuhkan waktu lebih untuk menunjuk pengganti Marciano Norman sebagai kepala BIN. Jokowi ingin calon yang terpilih nanti punya kemampuan menganalisis data secara akurat sehingga data BIN tak berbeda dengan data yang dimiliki intelijen lembaga negara lainnya yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan Badan Intelijen Strategis milik TNI.
Kepala BIN yang terpilih, kata Tedjo, juga harus bisa mengkoordinasi seluruh badan intelijen yang ada. Kepala BIN juga harus mampu mengumpulkan seluruh informasi intelijen di semua lembaga. "Presiden tak mau ada lagi informasi yang simpang siur," ujar Tedjo.
Saat ini Jokowi memang tengah sibuk mempersiapkan sejumlah nama untuk dipilih menjadi kepala BIN. Tiga nama yang menguat adalah bekas Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, bekas Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As’ad Said Ali, dan bekas Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul razi disebut sebagai kandidat kuat Kepala BIN.
Dari ketiga nama itu baru As'ad yang sudah dipanggil Jokowi ke Istana. Kemungkinan nama yang terpilih akan diumumkan sebelum Jokowi bertolak ke Cina Jumat pekan ini.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno menyatakan Presiden Joko Widodo sangat berhati-hati dalam memilih calon Kepala Badan Intelijen Negara. Selama ini, menurut Tedjo, Jokowi menilai BIN sering memberikan informasi tak akurat. "Data BIN itu sering meleset. Beliau (Jokowi) sangat berhati-hati soal BIN," ujar Tedjo di Istana Negara, Selasa, 4 November 2014.
Menurut Tedjo, sikap tak gegabah ini membuat Jokowi membutuhkan waktu lebih untuk menunjuk pengganti Marciano Norman sebagai kepala BIN. Jokowi ingin calon yang terpilih nanti punya kemampuan menganalisis data secara akurat sehingga data BIN tak berbeda dengan data yang dimiliki intelijen lembaga negara lainnya yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan Badan Intelijen Strategis milik TNI.
Kepala BIN yang terpilih, kata Tedjo, juga harus bisa mengkoordinasi seluruh badan intelijen yang ada. Kepala BIN juga harus mampu mengumpulkan seluruh informasi intelijen di semua lembaga. "Presiden tak mau ada lagi informasi yang simpang siur," ujar Tedjo.
Saat ini Jokowi memang tengah sibuk mempersiapkan sejumlah nama untuk dipilih menjadi kepala BIN. Tiga nama yang menguat adalah bekas Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, bekas Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As’ad Said Ali, dan bekas Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul razi disebut sebagai kandidat kuat Kepala BIN.
Dari ketiga nama itu baru As'ad yang sudah dipanggil Jokowi ke Istana. Kemungkinan nama yang terpilih akan diumumkan sebelum Jokowi bertolak ke Cina Jumat pekan ini.
★ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.