Tonny Abbott bereaksi terhadap temuan Pelapor Khusus PBB tentang Penyiksaan terkait pencari suaka★
Seorang analis politik di Australia, Aaron Connolly, mengatakan bahwa tindakan diplomatik Pemerintah Australia untuk menarik Duta Besar Australia untuk Indonesia pasca-eksekusi terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bisa menjadi bumerang.
Connolly, yang juga peneliti Program Asia Timur dari Institut Lowy, menyayangkan langkah PM Abbott yang bertujuan mengekspresikan ketidaksenangan Australia.
"'Bolanya' benar-benar ada di pengadilan Indonesia. Saya tak yakin mereka mengantisipasi Australia yang bereaksi dengan cara ini. Dari sudut pandang mereka, ini bukan masalah kebijakan luar negeri. Ini adalah masalah melaksanakan hukuman yang ditetapkan oleh pengadilan," ujarnya.
Connolly mengatakan, sebenarnya, ada pilihan lain yang tersedia untuk Pemerintah Australia.
"Mereka bisa mengurangi jumlah kunjungan menteri, terutama dengan karakter yang kita pahami bermasalah, dan mendorong Indonesia mundur, bukannya ke depan," ujarnya.
Ia menjelaskan, ada saran yang menyebut bahwa Pemerintah Australia seharusnya menangguhkan bantuan ke Indonesia, menangguhkan kerja sama di berbagai bidang, seperti keamanan dan kepolisian.
Namun, Connolly justru mengemukakan bahwa opsi itu akan menjadi sebuah kesalahan.
Dalam kasus penarikan duta besar, Connolly menjelaskan bahwa PM Abbott jelas mengisyaratkan bahwa hubungan dengan Indonesia sangatlah penting.
"Saya pikir perkataan Perdana Menteri pagi ini tepat, tetapi dalam hal hubungan, Indonesia tentu percaya bahwa Australia lebih memerlukan Indonesia ketimbang negaranya memerlukan Australia," ujarnya.
Ia menambahkan, "Kedutaan Besar Australia di Jakarta benar-benar melakukan segala sesuatu yang mereka bisa, tetapi kenyataannya ini adalah sesuatu yang Presiden Joko Widodo bertekad untuk melakukannya, (dan) banyak dari kita tak menangkap hal itu."
Seorang analis politik di Australia, Aaron Connolly, mengatakan bahwa tindakan diplomatik Pemerintah Australia untuk menarik Duta Besar Australia untuk Indonesia pasca-eksekusi terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bisa menjadi bumerang.
Connolly, yang juga peneliti Program Asia Timur dari Institut Lowy, menyayangkan langkah PM Abbott yang bertujuan mengekspresikan ketidaksenangan Australia.
"'Bolanya' benar-benar ada di pengadilan Indonesia. Saya tak yakin mereka mengantisipasi Australia yang bereaksi dengan cara ini. Dari sudut pandang mereka, ini bukan masalah kebijakan luar negeri. Ini adalah masalah melaksanakan hukuman yang ditetapkan oleh pengadilan," ujarnya.
Connolly mengatakan, sebenarnya, ada pilihan lain yang tersedia untuk Pemerintah Australia.
"Mereka bisa mengurangi jumlah kunjungan menteri, terutama dengan karakter yang kita pahami bermasalah, dan mendorong Indonesia mundur, bukannya ke depan," ujarnya.
Ia menjelaskan, ada saran yang menyebut bahwa Pemerintah Australia seharusnya menangguhkan bantuan ke Indonesia, menangguhkan kerja sama di berbagai bidang, seperti keamanan dan kepolisian.
Namun, Connolly justru mengemukakan bahwa opsi itu akan menjadi sebuah kesalahan.
Dalam kasus penarikan duta besar, Connolly menjelaskan bahwa PM Abbott jelas mengisyaratkan bahwa hubungan dengan Indonesia sangatlah penting.
"Saya pikir perkataan Perdana Menteri pagi ini tepat, tetapi dalam hal hubungan, Indonesia tentu percaya bahwa Australia lebih memerlukan Indonesia ketimbang negaranya memerlukan Australia," ujarnya.
Ia menambahkan, "Kedutaan Besar Australia di Jakarta benar-benar melakukan segala sesuatu yang mereka bisa, tetapi kenyataannya ini adalah sesuatu yang Presiden Joko Widodo bertekad untuk melakukannya, (dan) banyak dari kita tak menangkap hal itu."
★ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.