Ilustrasi Drone Amerika [syrianfreepress] ☆
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, akhirnya mengakui bahwa serangan drone AS telah membunuh banyak warga sipil tidak bersalah di berbagai negara. Menurutnya, kebenaran itu sudah tidak diragukan lagi.
Obama mengatakan, sebenarnya intelijen sudah memeriksa target dua kali bahkan tiga kali. Namun, tetap saja serangan drone AS menghantam warga sipil yang tidak bersalah.
Perang dengan drone telah menjadi simbol AS usai serangan teror 9/11. AS sudah menggunakan drone atau pesawat nirawak dalam perang di Afghanistan, Irak, Libya dan negara-negara lainnya.
Di era Obama, program serangan drone justru diperluas dari pendahulunya.
Berbicara pada konferensi pers, Presiden Obama diminta untuk mengomentari jumlah korban tewas yang meningkat dalam serangan pesawat tak berawak AS di Timur Tengah dan sekitarnya.
”Di masa lalu, ada kritikan yang sah bahwa arsitektur hukum seputar penggunaan serangan pesawat tak berawak itu tidak tepat,” katanya seperti dikutip AP. “Tidak ada keraguan bahwa warga sipil tewas, yang tidak semestinya,” lanjut Obama, yang dilansir Minggu (3/4/2016).
“Dalam situasi perang, Anda tahu, kita harus mengambil tanggung jawab ketika kita tidak bertindak tepat,” imbuh Obama.
Da mengklaim bahwa, secara umum, militer AS dan CIA—operator utama drone—menggunakan "kriteria kuat" untuk mengumpulkan data intelijen yang digunakan dalam penargetan. ”Dan bahwa data intelijen ini diperiksa, dua kali, tiga kali sebelum tindakan kinetik diambil,” katanya.
Sebelum muncul pengakuan Obama ini, Washington kerap mengabaikan kritik publik dengan membuat permintaan maaf resmi atau menyangkal melakukan kesalahan atas serangan drone terhadap militan yang membunuh banyak warga sipil. (mas)
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, akhirnya mengakui bahwa serangan drone AS telah membunuh banyak warga sipil tidak bersalah di berbagai negara. Menurutnya, kebenaran itu sudah tidak diragukan lagi.
Obama mengatakan, sebenarnya intelijen sudah memeriksa target dua kali bahkan tiga kali. Namun, tetap saja serangan drone AS menghantam warga sipil yang tidak bersalah.
Perang dengan drone telah menjadi simbol AS usai serangan teror 9/11. AS sudah menggunakan drone atau pesawat nirawak dalam perang di Afghanistan, Irak, Libya dan negara-negara lainnya.
Di era Obama, program serangan drone justru diperluas dari pendahulunya.
Berbicara pada konferensi pers, Presiden Obama diminta untuk mengomentari jumlah korban tewas yang meningkat dalam serangan pesawat tak berawak AS di Timur Tengah dan sekitarnya.
”Di masa lalu, ada kritikan yang sah bahwa arsitektur hukum seputar penggunaan serangan pesawat tak berawak itu tidak tepat,” katanya seperti dikutip AP. “Tidak ada keraguan bahwa warga sipil tewas, yang tidak semestinya,” lanjut Obama, yang dilansir Minggu (3/4/2016).
“Dalam situasi perang, Anda tahu, kita harus mengambil tanggung jawab ketika kita tidak bertindak tepat,” imbuh Obama.
Da mengklaim bahwa, secara umum, militer AS dan CIA—operator utama drone—menggunakan "kriteria kuat" untuk mengumpulkan data intelijen yang digunakan dalam penargetan. ”Dan bahwa data intelijen ini diperiksa, dua kali, tiga kali sebelum tindakan kinetik diambil,” katanya.
Sebelum muncul pengakuan Obama ini, Washington kerap mengabaikan kritik publik dengan membuat permintaan maaf resmi atau menyangkal melakukan kesalahan atas serangan drone terhadap militan yang membunuh banyak warga sipil. (mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.