Selasa, 19 Juli 2016

Akhir Pelarian Santoso

♞ Teroris Paling Dicari di IndonesiaPimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, diduga tewas dalam baku tembak antara satu kelompok teroris dengan Satgas Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Sebagai salah satu kelompok teroris paling dicari di Indonesia, informasi dugaan tewasnya Santoso cukup menyita perhatian publik.

Santoso, alias Abu Wardah, diketahui sebagai tokoh yang diduga terlibat dalam sejumlah aksi penyerangan dan terorisme di Poso. Selain di Poso, Santoso diduga memiliki kaitan dengan sejumlah aksi terorisme di Solo, Bogor, Depok, hingga Tambora.

Padahal sebelumnya tak ada yang menyangka bahwa pria tersebut akan menjadi pemimpin gerakan terorisme di sejumlah daerah. Masyarakat di Dusun Bakti Agung, Desa Tambarana Trans, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, yang menjadi tempat tinggal Santoso dan keluarganya bahkan tak mempercayai bahwa Santoso yang mencari nafkah dengan berjualan buku keliling, sayur, buah-buahan dan terkadang menjadi buruh bangunan, bisa menjadi pemimpin aksi teror.

Nama Santoso mencuat setelah mendalangi peristiwa penembakan anggota polisi di kantor Bank BCA, Palu, pada 25 Mei 2011. Ustad Yasin yang pada saat itu tengah merintis pendirian Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) di Poso melirik Santoso. Pada Februari 2012, Ustad Yasin mengangkat Santoso menjadi Qoid (ketua) bidang Asykari JAT wilayah Poso, karena Santoso saat itu masih memiliki dan menyimpan senjata api serta amunisi.

Pada akhir 2012 atau awal tahun 2013, Santoso bersama Daeng Koro mendeklarasikan berdirinya Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sejak itu mereka melakukan perekrutan dan pelatihan militer (tadrib asykari) yang dilaksanakan beberapa kali di wilayah Pegunungan Biru, Poso Pesisir.

Santoso kemudian memimpin sejumlah pelatihan militer (tadrib asykari) yang dilaksanakan beberapa kali di Pegunungan Biru, Poso Pesisir Kabupaten Poso dan di pegunungan Malino Kecamatan Soyojaya, Kabupaten Morowali. Para pesertanya berasal dari warga Poso, Morowali, Jawa, Kalimantan, Sumatera dan NTB.

Sejak Januari tahun ini Satuan Tugas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI berhasil mengepung Santoso alias Abu Wardah dan kelompoknya di Pegunungan Biru, Poso, Sulawesi Tengah. Satgas Tinombala juga berhasil memutus komunikasi antara Santoso dan kelompoknya dengan para simpatisan dan keluarganya. Karena semakin terdesak, beberapa orang pengikut Santoso pun akhirnya memilih turun gunung dan menyerah, sehingga kekuatan kelompok Santoso semakin melemah.

Pada tanggal 18 Juli, Terjadi baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok teroris di Pegunungan Sambarana, Poso. Dalam baku tembak itu, pimpinan MIT yang selama ini diburu, Santoso alias Abu Wardah diduga tewas tertembak.

Peristiwa baku tembak itu terjadi sekitar pukul 17.00 WITA. Tim Satgas Tinombala awalnya menemukan lima orang tak dikenal, yang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan. Dua laki-laki terkena tembakan polisi, salah satunya diduga Santoso. Sementara 3 orang lain berhasil melarikan diri. (rni/Hbb)
Ada 3 Perempuan dalam Baku Tembak di PosoPara istri teroris hidup berpindah tempat (Istimewa)

Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso menyebut ada 3 perempuan dalam baku tembak di hutan Poso, Sulawesi Tengah, yang menewaskan dua orang.

Sutiyoso menyebut salah satu perempuan dalam peristiwa baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok yang diduga Santoso itu merupakan istri dari Santoso.

Berikut identitasnya, seperti yang disebut Sutiyoso lewat pesan elektronik kepada detikcom, Selasa (18/7/2016):

1. Jumiatun Muslimayatun, istri Santoso. Jumiatun berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
2. Tini Susanti, istri Ali Kalora (anggota Santoso). Tini berasal dari Poso, Sulawesi Tengah.
3. Nurmi Usman, istri Basri (anggota Santoso). Nurmi berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat.

Istri Santoso juga menenteng senjata api (Istimewa)

Sutiyoso menyebutkan ada tiga orang dalam aksi baku tembak itu. Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana kondisi dan posisi tiga perempuan itu saat ini.

"Ya (3 orang perempuan)," katanya.

Sementara itu, diketahui ada dua orang yang tewas dalam peristiwa baku tembak tersebut. Salah satunya diduga Santoso, karena memiliki ciri-ciri seperti Santoso.

Meski demikian, Sutiyoso belum mau membenarkan apakah yang tewas itu Santoso atau bukan. Dia meminta agar masyarakat bersabar menunggu hasil identifikasi.

"Masih diidentifikasi. Tunggu saja hasilnya," kata Sutiyoso. (jor/aan)

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.