Rabu, 26 April 2017

Rusia Pertimbangkan Produksi Amunisi Berlisensi

Sebagai bagian dari strategi pengembangan bisnis, perusahaan negara Rusia sedang mempertimbangkan produksi amunisi di Indonesia untuk kendaraan tempur lapis baja.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijqY-NJS33pRaJSq0DCiHjTd7g7-Hn8Lg-2dVjDTOzTE2xn386bLKtozfh8CMmU2OJ4goXGoITar66U0nWHBFyO14UihIEMvhgNWvHJGi311l4gKBBlJqe3E1AnNCm35ap3NCH__qBWgU/s1600/Tank-Amfibi-BMP-3F.jpgIlustrasi BMP3F Marinir [Marinir]

Perusahaan milik negara Rusia, Rostec, sedang mempertimbangkan kemungkinan produksi amunisi berlisensi di Indonesia, demikian diungkap Sergey Abramov, Direktur Industri untuk Pengelompokan Senjata perusahaan tersebut.

Ide tersebut akan diimplementasikan oleh Techmash sebagai bagian dari Rostec. Menurut Abramov, Techmash sedang aktif dalam memperluas kerja sama teknis militer.

Saat ini Techmash sedang mempertimbangkan produksi amunisi di Indonesia. Ini berarti produksi amunisi untuk kendaraan tempur lapis baja dari Rusia, terutama yang dilengkapi dengan peluru artileri kaliber 30 mm dan 100 mm,” ujar Abramov dalam rilis pers yang didapatkan RBTH Indonesia.

Techmash adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi amunisi dan bahan kimia khusus untuk kebutuhan pemerintah dan pertahanan negara. Menurut Abramov, Techmash memiliki pengalaman dalam mengadakan produksi amunisi di luar negeri. Sebagai contoh, pada 2014, Techmash dan perusahaan penjual senjata negara Rosoboronexport menandatangani perjanjian untuk transfer lisensi terkait produksi amunisi armor-piercing discarding sabot (APDS).

Rencana produksi amunisi di Indonesia tersebut merupakan bagian dari strategi pengelompokan senjata perusahaan, yang salah satunya adalah pengembangan perusahaan militer kunci negara. Dengan strategi yang diadopsi mulai awal April ini, Rostec menargetkan pertumbuhan profit tahunan dengan rata-rata 12,1 persen dari perusahaan-perusahaan di bawahnya dari 2015 hingga 2025.

Dalam memasuki pasar, kami menargetkan pertumbuhan produk sipil yang agresif dan juga peningkatan ekspor. Jika strategi ini dapat direalisasikan, pendapatan Rostec akan menjadi 700 miliar rubel (166,6 triliun rupiah), dan laba bersih melebihi 50 miliar rubel,” ujar Abramov.

   RBTH  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.