Kamis, 12 April 2012

Operasi Temanggung

Polri sudah berbuat semaksimal mungkin, meski pekerjaan rumah masih panjang. operasi Temanggung adalah bukti keandalan pasukan khusus Indonesia.

18 jam

Saat membekuk teroris dalam waktu berbarengan di dua lokasi. Satu terjadi di Jati Asih, Bekasi, Jakarta, dan yang lain berada di dusun Beji, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Di kedua lokasi Polisi khususnya Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) berhasil melumpuhkan teroris yang telah diburu dalam misi close quarter battle (CQB) yang menarik semua orang. Di Bekais korbannya Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono, sementara di Temanggung adalah Ibrohim.

Sehari sebelummnya rumah Muhjahi dikepung Densus 88. Polisis telah mengintai dan menunggu waktu untuk menyergap. Sorenya, lokasi diramaikan dengan media yang meliput pengepungan tersebut yang disiarkan langsung.

Sejak sore sampai paginya, beberapa kali suara tembakan terdengar yang dilepas anggota Polri ke arah rumah tersebut yang diyakini di tinggal oleh Ibrohim, kelompok teroris bom kuningan II di Jakarta.


Diberitakan di media pengepungan ini disertai beberapa kali tembakan yang dilakukan satuan Gegana dengan menggunakan senjata Styer AUG kaliber 5,56 mm dari perbukitan di belakang rumah di ring 2. Densus 88 berada ring 1 yaitu lokasi yang langsung berdekatan dengan rumah tersebut, sedangkan Gegana yang berada di ring 2 dengan posisi di belakang rumah.

Detik-detik penyergapan

Pagi hari (8/8/2009) sekitar pukul 09.00 serangan Densus semakin gencar. Dinding ruang belakang yang diindikasikan kamar mandi tempat Ibrohim bersembunyi, diberondong dari ketinggian. Ledakan low explosive terdengar sampai enam kali yang puncaknya membuat genteng rumah tersebut runtuh dan jendela pun copot. Densus juga mengirim robot pengintai untuk mengetahui situasi di dalam rumah.

Detik-detik penyergapan

Puncak serangan terjadi setelah ledakan terakhir, setelah Kapolri datang dengan helikopter ke lokasi. Anggota Densus 88 masuk ke dalam rumah dan tak lama kemudian dipastikan Ibrohim tewas. Jenazah kemudian dibawa ke Jakarta dengan menumpang pesawat Fokker F100 Transwisata dari Semarang. Di lain lokasi keberhasilan telah dibukukan oleh tim kedua yang bergerak di Bekasi.


Micro UAV


Tak dipungkiri berita oprasi temanggung menjadi berita Nasional bahkan dunia, Jutawan pasang mata menyaksikan dan kemudian membuat kesimpulan masing-masing.

Operasi Temanggung memang sukses. Namun ada beberapa catatan tersisa yang menarik. Pertama, operasi berlangsung terlalu lama, mengingat hanya seorang yang diburu. Kedua, anggota densus terlihat mengalami kesulitan bergerak dengan menggunakan senjata M4 mendekati rumah sambil merangkak karena ujung senapan yang panjang. Ketiga, beberapa peralatan tidak standar terlihat digunakan, seperti batang bambu (digunakan untuk memasukan low explosive ke dalam rumah). Keempat, beberapa anggota waktu memasuki rumah setelah ledakan terkesan terlalu berani padahal lawan belum di pastikan tewas. Kelima, Tercatat bahwa anggota terlalu boros mengeluarkan amunisi.

Keputusan Densus memang bisa diterima, karena dicurigai target bersama Noordin M Top yang selalu membekali tubuhnya dengan bom atau mungkin mempersiapkan bom bila diserbu. Namun alangkah baiknya jika operasi ini didukung alat yang lebih tepat untuk pengintaian dengan menggunakan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang dilengkapi kamera.

Seperti operasi breaching yang pernah ada, biasanya pasukan khusus menggunakan senjata MP5 yang kompak, dan untuk unsur kejutan bisa dipakai dengan tembakan shotgun yang juga disusul dengan flash bang yang bisa membutakan sasaran disertai gas air mata. jika dimungkinkan oleh medan, pasukan terdepan dilengkapi tameng pelindung. Kenyamanan pasukan penyerbu dijamin dengan memakai masker advanced air filtation dan bisa dipadu smart googles.


Dari Operasi Temanggung, Densus 88 bisa belajar juga menggunakan senjata sniper berat kaliber 12,7 mm. Dengan daya tembak yang tinggi dan mematikan, sehingga pasukan penyerbu tidak perlu memberondong bangunan yang hanya membuang-buang amunisi. Dengan melihat lokasi di Temanggung dan kualitas bangunan yang tidak sekuat di kota, pasti sangat mudah bagi 12,7 mm menjebol tembok rumah. 

Dijelaskan bahwa pengepungan dimulai sejak pukul 5 sore hari, menjadi pertanyaan besar mengapa tidak melakukan penyerbuan pada malam hari itu juga. Diberitakan juga bahwa dua orang sempat kabur yang kemudian dilumpuhkan anggota Polisi. Kelancaran operasi malam bisa dibantu dengan alat pandang malam NVG (Night Vision Gogles) dan kamera FLIR.

Bisa dipahami mengapa pengepungan berlangsung lama, karena polisi sepertinya tidak mempunyai data intelijen memadai tentang lokasi. Polisi baru memperoleh data siang hari dari dua orang keponakan Mujahri yang ditangkap. Mungkin akan lain bila Polisi mempunyai data sebelumnya, sehingga dapat mengamati target. Sehingga Densus 88 sebagai striking force tinggal 'eksekusi', bukannya mengintai, membidik, dan melontarkan pertanyaan lagi sebelum akhirnya terpaksa membunuh.

Pekerjaan rumah memberantas teroris masih panjang. Densus tentu semakin dewasa dari beberapa kali operasi yang mereka jalani. Pengalaman terus bertambah, Intuisi makn tinggi,dan juga perlengkapan operasi pun harus semakin canggih.

Kapolri Bantah Densus 88 Tidak Profesional

Kedepannya, Kapolri melarang ada wartawan di lokasi penggerebakan tersangka teroris.

VIVAnews - Kepala Kepolisian RI Jenderal Bambang Hendarso membantah jika anak buahnya di Datasemen Khusus 88 Antiteror dinilai tidak profesional saat melakukan penggerebekan sarang teroris di Temanggung, Jawa Tengah.

"Operasi Temanggung sesuai SOP dan tidak benar dilakukan 17 jam," tegas Kapolri saat Rapat Kerja dengan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis 3 September 2009.

Dia menjelaskan operasi baru dimulai Sabtu 8 Agustus 2009 pukul 05.00 WIB. "Kami butuh proses karena prinsip teroris adalah 'menangkap mereka tidak gratis,'" kata Bambang di hadapan anggota Dewan.

Selain itu, Kapolri juga menegaskan wartawan tidak akan diizinkan berada di lapangan saat penggerebekan tersangka teroris. "Karena itu sangat menganggug operasi polisi," jelasnya.

Saat operasi di Temanggung, jelasnya, wartawan meliput di radius 1 kilometer. "Media boleh meliput dalam jarak 500 meter," kata dia. Tapi, wartawan diperlengkapi dengan alat canggih. "Membuat gambar bisa zoom."

Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu tersangka teroris, Ibrohim, tewas dalam operasi di Temanggung itu.


Berikut video dari Tv One dan Metro Tv :

Video Eksklusif Saat Densus 88 Berusaha Melumpuhkan Kelompok Teroris

Polisi Ledakkan Pintu Markas Noordin

Noordin M Top Membalut Tubuh dengan Bom

Noordin M Top Membalut Tubuh dengan Bom 02

Noordin M Top Membalut Tubuh dengan Bom 03



Sumber :

  • Commando
  • Vivanews
  • satria11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.