Senin, 20 Februari 2012

MiG 17 AURI

anggal 9 Maret 1960, sebuah MiG-17F Fresco dari skadron udara 11 AURI, menukik ke arah Istana Merdeka. Sejurus kemudian rentetan tembakan terdengar memecah udara siang yang panas itu. Berondongan peluru menghunjam ke beberapa bagian Istana. Asalnya dari moncong kanon 23 mm Fresco bernomor 1112 yang diterbangkan Letnan II Penerbang Daniel Maukar. Untungnya Presiden Soekarno sedang tidak berada di Istana.

MiG-17PF yang dilengkapi radar Izumrud, tengah mendapat kunjungan dari petinggi militer asing. Pesawat ini ditempatkan di Skadron 11, dan kemudian dipindahkan ke Madiun setelah insiden penembakan Istana Merdeka oleh Lettu Maukar. Fresco berperan besar dalam Operasi Trikora.

Berbagai spekulasi memang merebak di balik insiden yang mencoreng AURI tersebut. Yang jelas, Letnan Daniel memang sudah merencanakan aksi nekatnya itu. Ia bahkan sudah menetapkan target dan jalur pelarian. Begitu lepas landas dari bandara Kemayoran, ia membawa pesawatnya memutar menuju Plumpang, mencoba menembak depot minyak milik Shell, setelah itu banting setir ke kanan menuju Istana Merdeka. Dari sana, Daniel ngebut ke Bogor untuk memberondong Istana Bogor, baru kemudian kabur ke arah Garut. Ia mendarat darurat di pesawahan di daerah Kadungora, Garut, tak lama kemudian ditangkap aparat keamanan.

Meskipun gagal meledakkan depot minyak Shell, serta hanya menyebabkan lecet tak berarti di Istana Merdeka, dan menuai cercaan, tapi banyak kalangan penerbang mengakui bahwa aksi itu hanya bisa dilakukan oleh pilot brilian, mengingat tingkat kesulitan manuver-manuver yang harus dilakukannya. Sekaligus juga sebagai ajang pembuktian kemampuan manuver MiG-17F Fresco, yang disebut - sebut sebagai pesawat tempur lincah ini.

Tapi ironis juga, mengingat Fresco yang masuk jajaran AURI tersebut adalah pesawat gres yang baru didatangkan dari Uni Soviet dalam rangka persiapan Operasi Trikora, operasi pembebasan Irian Barat dari cengkeraman Belanda. Alih - alih menunjukkan kehebatannya dalam Palagan Irian, yang tak kesampaian karena konflik akhirnya diakhiri di meja diplomasi, justru Fresco unjuk gigi menembaki Istana sendiri.

Fresco termasuk di antara jajaran pesawat tempur modern (pada saat itu) yang pernah dimiliki Angkatan Udara Indonesia. Datang dalam satu paket bersama MiG-15 Fagot, MiG-21 Fishbed, Tu-16 dan lain-lain, sebagai hasil hubungan mesra Indonesia dengan Uni Soviet. Mulai masuk AURI pada 1960 dan pensiun pada 1969, usia operasional yang sangat singkat untuk sebuah jet tempur.

Di Jawa Timur, tepatnya di Magetan, Anda bisa melihat sisa kejayaan AURI berupa pesawat MiG 17 Fresco yang masih gagah terpampang di Pasar Masopati dan Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahjudi.

Pesawat MiG 17 Fresco ini merupakan pesawat yang membuat Belanda mengurungkan niatnya mengambil kembali Irian Barat dan membawa nama Indonesia menjadi Angkatan Udara terkuat nomor empat di dunia pada tahun 1960an.

Mengenal sejarah lebih dalam memang akan membuat kita lebih menghargai bangsa kita. Menyaksikan kegagahan pesawat MiG 17 Fresco di Magetan juga akan membuat kita semakin menyadari, bahwa sesungguhnya kita adalah bangsa yang besar dan kuat. Karena itu, dengan mempelajari sejarah lebih dalam, kita akan semakin menyadari bahwa kita harus bangga dengan jati diri bangsa kita dan semakin bersemangat untuk melakukan hal - hal positif demi kemajuan bangsa.

Pesawat pencegat yang pernah jadi andalan angkatan udara Blok Timur (Pakta Warsawa) ini, sebagian besar sudah pensiun dari operasional. Namun begitu, masih ada pula negara yang mengoperasikan Fresco hingga kini. Sebagian besar adalah negara-negara Afrika, semacam Sudan, Angola, Mali, dan lain-lain. Korea Utara juga masih mengoperasikan pencegat lincah ini. Sementara Indonesia, sejak akhir 1969 silam sudah memensiunkan Fresco. Kini, sosok Fresco yang bulat terpajang menjadi koleksi museum dirgantara dan menjadi monumen di pangkalan udara TNI-AU. (Aulia Hs)
Sejumlah insiden juga terjadi yang merengut nyawa penerbang AURI

Dari sumber lain, diberitakan AURI mempunyai 49 MiG 17 Fresco , salah satunya mendapat kecelakaan karena gagal take off yang diterbangkan oleh Kapten Udara Gunadi yang merengut nyawanya. Tragedi itu terjadi tanggal 29 Juni 1962. Komandan skadron MiG-17 saat itu dijabat Mayor Rusman.

Ada cerita unik soal mengenai MiG-17. Semula skadron berkekuatan 49 MiG-17 dan 30 MiG-15 UTI ini berpangkalan di Kemayoran sebe­lum dipindah ke Madiun. Secara resmi kepindahan ini dikarenakan padatnya traffic di Kemayoran. Karena selain penerbangan sipil, di Kemayoran juga ditempatkan 10 MiG-19 asal Skadron 12 dan Skadron 21 dengan 22 IL-28 Beagle.  

Namun sejumlah orang percaya bahwa kepindahan ini gara - gara penembakan Istana Merdeka oleh Letnan Daniel Maukar meng­gunakan MiG-17 dengan no. F-1112 pada 9 Maret 1960. Setelah kejadian itu Skadron 11 tiba-tiba menda­pat perintah untuk keluar dari Ibukota.


Proses pindahnya pun rada unik. Perintah keluar Ibukota itu didahului dengan rencana terbang navigasi keliling Indonesia. Pada saat mereka tiba di Bali dan bersiap kembali ke Kemayoran, Mabes AURI tiba-tiba menge­luarkan instruksi tentang home base baru mereka di Iswahjudi. Sehingga dari Bali MiG-17 lang­sung diterbangkan ke Iswahjudi, sedangkan personel dan peralatan menyusul kemudian. Sebuah kepindahan yang mendadak.

Foto MiG-17 yang kemudian dihibahkan ke Pakistan.

MiG-17 grounded dan akhirnya dijual ke Pakistan pada tahun 1965. Pen­giriman dari Lanud Kemayoran dilaksanakan melewati pelabuhan Tanjung Priok pada bulan Okto­ber, sesaat setelah pemberontakan PKI meletus.


Bisa jadi Mig-17D adalah jet tempur paling banyak berperan dalam konflik di Irian Barat dengan Belanda. Kondisi ini tak terlepas dari belum datangnya MiG-21 ketika konflik sedang memanas.


  • Kapten Gunadi Gugur dalam pesawat MiG 17

Siang itu tanggal 29 Juni 1962 di Lanud Letfuan, semua penerhang dan kru sudah siap di kokpit masing-masing untuk melakukan penerbangan operasi. Tiba-tiba di ujung landasan terlihat asap hitam mengepul ke udara, sedangkan tadi baru saja terlihat sebuah MiG­17 lepas landas dengan misi mengintai kapal perang Belanda di Teluk Kaimana. Pengintaian ini sehari sebelumnya telah dilakukan juga oleh pesawat B-25 Mitchell yang dikawal P-51 Mustang, namun tidak berhasil karena diganggu oleh pesawat Neptune Belanda.

Asap yang mengepul itu ternyata berasal dari sebuah MiG-17 yang jatuh setelah lepas landas. Afterburner pesawat rupanya tidak bekerja dengan baik, padahal landasan Letfuan relatif pendek sementara pesawat membawa beban amunisi cukup berat. Karena itu menjadi prosedur standar bagi pesawat yang membawa beban maksimal untuk lepas landas menggunakan afterburner.

Sampai di ujung landasan pesawat sebenarnya sudah airborne namun tidak bisa naik, sedangkan di depannya ada sebuah bukit kecil. Mungkin karena beban yang dibawa terlalu berat ditambah afterburner tidak berfungsi dengan baik, mengakibatkan pesawat kehilangan daya untuk bisa menambah ketinggian. Beberapa saat kemudian MiG-17 yang diterbangkan oleh Kapten Gunadi itu menabrak bukit sehingga menyebabkan Kapten Gunadi gugur di tempat. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Panglima Mandala Mayjen Soeharto yang kebetulan sedang berada di Letfuan. Sementara wingman Letnan Udara II Slamet Heriyanto berhasil airborne, sewaktu di udara meminta petunjuk kepada Letnan Udara I Oetomo yang akan slap menerbangkn UH-1 Albatros untuk membantu SAR. Mungkin karena gugup melihat leader-nya gugur, Oetomo diperintahkan untuk terbang terus sampai bahan bakarnya cukup untuk mendarat. Slamet melaksanakan instruksi dari Oetomo dan mendarat kembali di Latin dengan selamat. (ben)


Specification :
• Crew : One
• Length : 11.36 m (37 ft 3 in)
• Wingspan : 9.63 m (31 ft 7 in)
• Height : 3.80 m (12 ft 6 in)
• Wing area : 22.6 m² (243.2 ft²)
• Empty weight : 3,930 kg (8,646 lb)
• Loaded weight : 5,354 kg (11,803 lb)
• Max takeoff weight : 6,286 kg (13,858 lb)
• Powerplant : 1× Klimov VK-1F afterburning turbojet, 33.1 kN with afterburner (7,440 lbf)

Performance :
• Maximum speed : 1,144 km/h at 3,000 m (711 mph at 10,000 ft (3,000 m))
• Range : 1,080 km, 1,670 km with drop tanks (670 mi / 1,035 mi)
• Service ceiling : 16,600 m (54,500 ft)
• Rate of climb : 65 m/s (12,795 ft/min)
• Wing loading : 237 kg/m² (48 lb/ft²)
• Thrust/weight : 0.63

Armament :
• 1x 37 mm Nudelman N-37 cannon (40 rounds total)
• 2x Nudelman-Rikhter NR-23 cannons (80 rounds per gun, 160 rounds total)
• Up to 500 kg (1,100 lb) of external stores on two pylons, including 100 kg (220 lb) and 250 kg (550 lb) bombs or fuel tanks.



Sumber :
  • indomiliter
  • sejarahperang

1 komentar:

  1. Sejarah itu...membuat saya begidik bulu roma saya berdiri, pernah suatu hari saya membaca penerbang Leo Watimena menerobos kolong jembatan Ampera Palembang dan two tumbs up buat penerbang Indonesia dari para penerbang Amerika...hmmmm jayalah para Gatotkaca Indonesia! MERDEKA!

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.