Senin, 20 Februari 2012

Unanswered Questions - 13 Oct 2011

engapa argumen: “Winning the peace through people-centered approach” is harder than being said?. Bagi kita yang pernah menjalani tugas misi perdamaian, akan semakin jelas bahwa memetakan akar permasalahan dari suatu konflik yang terjadi bukanlah hal yang mudah. Apa sebenarnya yang terjadi di Lebanon? Mengapa deployment pasukan PBB di Lebanon sejak tahun 1978 tidak / belum memberikan hasil yang maksimal sampai saat ini? Apakah para peacekeepers tidak memberikan usaha terbaiknya untuk mewujudkan damai?.

Tugas misi perdamaian merupakan tugas yang mulia. Betapa tidak? Peacekeepers meninggalkan keluarga mereka dalam mengemban misi. Resiko nyawa yang selalu menghantui karena “business environment” yang serba menakutkan. Sehingga sangat wajar apabila allowance peacekeepers sangatlah besar karena alasan konsekuensi tugas yang sangat tinggi tersebut. 

Explosion

Saya teringat kejadian tewasnya 5 orang Prajurit kontingen Spanyol di Lebanon Selatan akibat bom pinggir jalan yang terjadi tepat pada hari penganugerahan medali PBB bagi kontingen Spanyol (yang artinya soon mereka akan segera pulang).

Isn’t it ironic?. Masih banyak kisah-kisah heroik para peacekeepers di belahan dunia lainnya. Mereka yang rela mengorbankan nyawa untuk mewujudkan perdamaian di suatu tempat yang bukan merupakan bagian dari tanah airnya.

Dengan demikian, premis yang menyatakan bahwa peacekeepers tidak memberikan usaha terbaiknya di medan operasi, tentunya tidak dapat dipertahankan. Pengorbanan nyawa para penjaga perdamaian membuktikan upaya tersebut. Peacekeepers telah berusaha namun mengapa perdamaian tidak juga tiba?

Sebagian dari kita mungkin akan merespons bahwa masih banyak aspek lain yang harus dipikirkan dalam menjawab pertanyaan di atas. Stakeholders yang terkait tidak hanya peacekeepers, namun konflik yang terjadi perlu dianalisa secara komprehensif dari berbagai aspek meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan aspek-aspek lainnya. Semua ini membuat kita semakin yakin bahwa sebenarnya perdamaian tidak akan pernah datang.

Analisa yang seakan-akan membangunkan kita dari mimpi bahwa sangat sulit untuk mewujudkan dunia yang damai bagi anak cucu kita. Namun apakah pemikiran ini, menghentikan peacekeepers dalam mengemban tugasnya?.

Ossy Dermawan

Saya tergabung dalam kontingen Garuda XXIII-A/UNIFIL di Lebanon Selatan sekitar 5 tahun yang lalu. Masyarakat Lebanon Selatan di wilayah operasi Indonesia sangat antusias dalam menerima pasukan Indonesia saat itu. Dengan kelebihan prajurit-prajurit Indonesia, saya teramat yakin bahwa tidak ada masyarakat Lebanon Selatan yang tidak terbantu dengan kehadiran kita di tengah-tengah mereka. Sebagai sesama Muslim, kontingen Indonesia mendapatkan tempat tersendiri di hati mereka. Saat ini, lebih dari 5 tahun saya telah meninggalkan bumi Lebanon. 

Ossy Dermawan

Dari website Indonesian Peacekeepers ini, saya selalu bangga melihat upaya yang telah dilakukan oleh kontingen Garuda dari tahun ke tahun untuk perbaikan bumi Lebanon. Kedekatan prajurit kita dengan masyarakat Lebanon tercipta secara alami. Terkadang saya berpikir: Apakah sebenarnya masyarakat Lebanon menaruh harapan besar bahwa Indonesia dapat menghadirkan perdamaian bagi mereka?.

Mampukah kita selaku peacekeepers mewujudkan mimpi mereka?
Hal ini mengingatkan saya pada sebuah pembicaraan yang terjadi antara saya dengan seorang perwira berpangkat Letkol dari Ghana di UNIFIL HQ, Naqoura. Beliau menyatakan telah 4 kali ke Lebanon sebagai Danton, Danki, Perwira Staf Sektor dan saat itu sebagai Perwira Staf Unifil HQ. Ternyata Ghana dan India merupakan dua negara yang tak pernah absen dalam mengirimkan pasukannya ke Lebanon sejak tahun 1978 (pertama kali misi UNIFIL digelar). Akankah kontingen Garuda mengikuti jejak Ghana dan India yang telah mengirimkan kontingennya secara berturut-turut setiap tahunnya sejak tahun 1978 namun tak kunjung menghadirkan perdamaian?

Perdamaian memang multi faceted. Tapi kalau kita sadari bahwa konflik yang terjadi di daerah misi bukanlah konflik kita. Sama halnya dengan mendatangi rumah teman yang sedang konflik dengan istrinya dan kita berusaha menengahinya. Konflik tersebut bukanlah konflik kita. Penanganan konflik wajib mengedepankan empati terhadap masyarakat. Inilah esensi people-centered approach dalam memenangkan perdamaian. 

Map - lebanon
It’s not our wars so we have to put more efforts by placing our feet on their ground. It’s not about us. It’s about them and what they need to survive in this life.

Setelah berempati, maka akan semakin lengkap penderitaan seorang peacekeepers. Seseorang yang jauh dari keluarga, bekerja dalam situasi berbahaya dan masih harus memikirkan orang lain di negara yang sedang konflik dimana konflik tersebut tidak ada kaitannya dengan kita. Bahkan terkadang, keluarga sering terabaikan akibat tugas yang silih berganti di daerah operasi. Mengapa peacekeepers mau melakukannya?.

The Salute in Naqoura

Cause humanity…and peacekeepers are humans. Semakin dalam kita menganalisa, semakin banyak pertanyaan yang muncul dan semakin kita yakin bahwa waktu yang akan menjawab segala. Flying high my Garuda in Lebanon, we certainly hope that you could provide the peace that they have been waiting for. Though it’s hard but yet it is so close.

p.s.: Although far but memory remains. For the land of Lebanon, the beauty of its people and its environment. For you are truly the diamonds of the Mediterranean. I am truly missing you.

Kapten Kav Ossy Dermawan
Former LO Konga XXIII-A/UNIFIL



Sumber :
  • pralalangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.