Sudah 3 hari belakangan ini Pesawat Boeing-737 Classic 400 VIP milik TNI AU terparkir di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pesawat ini membawa Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersama rombongan.
Boeing-737 dengan seri A-7305 masih menunggu Panglima TNI yang saat ini sedang memantau pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 di KRI Banda Aceh. Kapten pilot Pesawat Indonesian Air Force tersebut, Letkol Pnb Firman Wirayuda mengatakan A-7305 mampu mengangkut 92 penumpang.
"Pesawat ini bisa membawa 92 penumpang. Ini VIP, bisa digunakan untuk Wapres, menteri, pejabat setingkat menteri seperti Panglima TNI, kepala staf," ujar Firman saat ditemui di dalam pesawat Boeing di Lanud Iskandar, Kamis (9/1/2014).
Menurut Pilot yang telah memiliki 7.000 jam terbang ini, Boeing A-7305 sering digunakan oleh Boediono saat menjabat sebagai wakil presiden. Meski begitu Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhyono juga pernah beberapa kali menggunakan pesawat ini saat masih menjabat. Saat digunakan oleh presiden, Boeing A-7305 menjadi pesawat VVIP.
"Pernah juga dipakai Pak Jokowi sekali tapi sebagai pesawat pengganti. Waktu ke Sorong landasan di sana nggak bisa untuk BBJ (Boeing Business Jet) pesawat RI-1, jadi dari Biak naik ini ke Sorong. Waktu itu yang bawa Pak Dodi dan Pak Noto. (Pesawat ini) cadangan untuk R1-1," kata Firman.
Di dalam pesawat, ruangan passenger terbagi menjadi 2 yaitu bagian VIP yang berisi 4 kursi dan 2 meja. Letaknya berada di dekat pintu masuk depan di belakang kokpit pesawat. Interior pesawat ini terlihat lux dan nyaman.
Di belakang ruang VIP, terdapat ruangan berisi 2 sleepery seat. Lalu di sampingnya ada semacam tempat meletakan bagasi bagi tamu VIP yang menggunakan pesawat itu."Sleepery seat kalau beliau (VIP) capek dan mau istirahat tidur. Kursinya bisa ditidurkan. Kalau bagasi khusus ini untuk barang-barang VIP ya," ucap perwira lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995 itu.
Kursi penumpang lainnya berada di belakang ruang sleepery seat dan hampir sama dengan pesawat Boeing pada umumnya. Kursi berwarna biru terbuat dari bahan yang lembut sehingga membuat nyaman. Di bagian penumpang ini terdapat lambang TNI AU yang cukup besar.
Ada 15 kru pesawat Boeing A-7305 dalam tugasnya mengantar Moeldoko ke Pangkalan Bun ini. Kru tersebut termasuk 2 Pilot, 1 Copilot, Flight Engineer, Juru Radio Udara, load master, Pramugari, dan Pramugara.
Kokpit pesawat sendiri tidak begitu lebar, dan terdapat banyak instrumen di dalamnya. Di sisi kiri merupakan instrumen untuk mesin, di kanan adalah instrumen untuk penerbangan. Di bagian atas juga terdapat tombol-tombol atau over head panel yang merupakan instrumen pengendalian lainnya di pesawat. Seperti operate fuel, electric, hidrolic, dan AC.
Menurut sang Copilot, Lettu Pnb Kresna Hendra Wibawa (28), keunggulan Boeing jenis classic tersebut adalah sudah bisa auto landing. Jadi saat pendaratan, pesawat ini sudah bisa dikendalikan otomatis.
"Bisa auto land, syaratnya ada 2. Command A dan command B, dua-duanya harus aktif. Mulai approching sampai landing, pilot hands off, pesawat sudah bisa mendarat sendiri," jelas Kresna.
"Biar yakin nyalain dua-duanya auto pilotnya itu. Nggak usah diapa-apain, kita tinggal arahin power aja. Pesawat ini bisa terbang dengan ketinggian maksimum 37 ribu feet. Jelajah bisa untuk 5 jam, kalau speed maksimum tergantung ketinggian juga sih," sambung lulusan Sekolah Penerbang angkatan ke 78 itu.Pesawat jet berbadan sempit itu juga bisa mendeteksi adanya wind shear atau turbulance yang terjadi di permukaan. Akan ada suara peringatan jika ada wind shear sehingga pilot akan bisa menghindarinya.
"Keunggulan sistemnya, flight management system sudah couple dengan auto pilot. Lateral Nav dan Vertical Nav, kita pakai auto pilot, itu pesawat nggak usah diapa-apain. Kalau Boeing classic ke atas sudah gini semua," tutur Kresna yang sudah memiliki 1300 jam terbang tersebut.
Boeing VIP itu disebut Kresna membutuhkan landasan minimum 1850 meter untuk beroperasi. Tak hanya membawa pejabat penting dalam negeri, pesawat ini ternyata pernah membawa Sekjen PBB Ban-Ki Moon dari Bali menuju Samoa.
"Pesawat ini pernah bawa Sekjen PBB, waktu itu saya juga ikut antar Ban-Ki Moon ke Samoa, negara di Pasific. Kita berangkat malam sampai sana sore," tutup perwira yang kini berdinas di Skadron 17 itu.
Densus BB (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Sulawesi Tengah berhasil menangkap lima orang terduga teroris yang terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.
"Pada Sabtu, tim Densus berhasil menangkap lima DPO pelaku terorisme di Poso.Kelima tersangka masuk daftar pencarian orang sesuai peran masing-masing," kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Ronny F. Sompie dalam pesan singkat kepada Antara di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan tersangka Ilham Syafii atau IS ditangkap Sabtu pukul 10.15 WITA di Desa Bungadidi, Dusun Beringin, Kecamatan Tana Lili, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
"Saat tim mengejar ke arah perkebunan, IS melawan sehingga terjadi baku tembak yang mengakibatkan tersangka meninggal dunia," kata dia.
IS yang diduga berperan dalam pendanaan MIT pimpinan Santoso, terlibat dalam pelatihan militer bersama kelompok Santoso dan Daeng Koro. "Dia juga mengetahui persembunyian para DPO teroris," ujar Ronny.
Barang bukti yang disita dalam penangkapan IS berupa satu pucuk pistol Browning Hi Power Automatic cal 9 mm, lima butir peluru cal 9 mm, satu buah handphone dan pisau lipat.
Kedua, ditangkap tersangka Saiful Jambi alias Ipul yang tinggal di Kayamanya, Lorong Mesjid Nurul Fala, Kampung Wotu, Kabupaten Poso. Dia ditangkap Densus pukul 11.30 WITA di Jalan Pulau Sabang, Sulteng.
Polri menduga Ipul adalah kurir logistik kelompok MIT dan membantu menyembunyikan DPO Daeng Koro dan Santoso. Ia juga diduga penerima kiriman dana dari luar Sulawesi Tengah dan mengurus keuangan kelompok MIT.
"Dia diduga membuat bom bersama tersangka yang sudah tertangkap yakni Oca di rumah Oca," kata dia.
Berikutnya yang tertangkap adalah tersangka Rustam alias Ape yang beralamat di Jalan Pulau Sabang, Kayamanya.
"Tersangka Ape ditangkap di Jalan Mentawai, Kayamanya pada pukul 12.15 WITA," katanya.
Ronny mengurai keterlibatan Ape dalam jaringan terorisme MIT diantaranya ikut pelatihan militer di Morowali pada 2007, membantu mengurus pembelian logistik MIT, pemberi dana operasional Tuturuga Morowali dan membantu pelarian DPO Daeng Koro dan Santoso.
DPO teroris selanjutnya yang ditangkap adalah tersangka Hasan dan istrinya Ros. "Keduanya ditangkap di depan SMP 4 Poso pada pukul 14.15 WITA," kata dia.
Dia menjelaskan Hasan terlibat dalam pengurusan dana kelompok MIT. Hasan juga diduga menyiapkan dan mengantar logistik MIT serta mengetahui keberadaan para DPO teroris lainnya.
"Kalau istri Hasan perannya sebagai penyedia rekening penampung uang hasil kegiatan fai. Dia juga menyediakan logistik bagi sindikat MIT," katanya.
Jokowi di PT PAL (Imam/ detikcom)
Presiden Jokowi meminta agar PT PAL Indonesia lebih fokus dalam melakukan proses produksi. PT PAL diharapkan agar fokus membuat kapal saja. Selain membuat kapal, ternyata PT PAL juga menerima pesanan lain seperti platform off shore.
"Saya pikir kalau ingin mengembangkan industri maritim, ya fokus. Kapal ya kapal," ujar Jokowi kepada wartawan saat mengunjungi PT PAL Indonesia di Surabaya, Sabtu (10/1/2015).
Dengan fokus pada satu produks, kata Jokowi, pada suatu titik produk tersebut akan menjadi suatu produk yang matang dan sempurna. Dengan fokus pada satu produksi, maka suatu produk juga bakal semakin efisien.
"Proses dan penguasaan produksi juga lebih cepat dan gampang," lanjut Jokowi.
Jokowi juga mengatakan bahwa mesin produksi juga berperan penting untuk proses industri. Bila mesin yang digunakan sudah tua, sudah pasti nantinya akan ketinggalan dengan kompetitor.
"Untuk modal, yang penting manajemen diperbaiki. Kalau sudah betul dan pesanan ada, baru modal masuk," pungkas Jokowi.(iwd/gah)
Tim penyelam gabungan diterjunkan untuk mengangkat ekor AirAsia QZ8501, Sabtu (10/1/2015). Sebelum menyelam, mereka melakukan berbagai persiapan di KRI Banda Aceh.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko memimpin operasi pengangkatan ekor AirAsia.
Para penyelam doa bersama sebelum melakukan tugas.
Penyelam menyiapkan sekoci di atas KRI Banda Aceh.
Penyelam mengecek kesehatan dengan mengukur tensi ke tim paramedis yang berada di geladak heli.Panglima Beri Kenaikan Pangkat Luar Biasa ke Penyelam Pengevakuasi Ekor QZ8501 Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko memberikan penghargaan kepada para penyelam yang sudah berusaha mencari, menemukan, dan mengevakuasi ekor AirAsia QZ8501. Wujud penghargaan tersebut diwujudkan dengan kenaikan pangkat.
"Saya atas nama negara memberikan kenaikan pangkat luar biasa. Karena mencari, menemukan dan mengevakuasi," kata Jenderal TNI Moeldoko saat mengapelkan tim penyelam gabungan TNI AL di geladak helly KRI Banda Aceh, Sabtu (10/1/2015).
Jenderal bintang empat itu menambahkan dirinya merasakan betapa susahnya penyelam mendekati titik penyelaman karena dirinya sempat naik sekoci dari KRI Banda Aceh menuju kapal Crest Onyx tempat ekor pesawat berada.
"Saya merasakan apa yang dilakukan prajurit melewati rintangan. Saya coba dari Banda Aceh ke Crest Onyx berjarak 150 meter ombak luar biasa. Anak-anak tidak mengenal waktu, saya memeberikan rasa hormat kenaikan pangkat," tegasnya.
Pemberian penghargaan secara simbolik diwakilkan tiga penyelam yaitu Serma Marinir Boflen Sirait, KLK Edi susanto, dan Serka Anjar Nur. Panglima kemudian menghampiri satu persatu penyelam dan menyalami sebelum naik ke helikopter untuk kembali ke Pangkalan Bun.(try/fjr)
Renstra menyangkut kedaulatan Indonesia. Itu sudah pasti menjadi otoritas penuh Indonesia PERTAHANAN NASIONAL-Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla memimpin sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (30/12). Pertemuan tersebut membahas isu-isu strategis di industri pertahanan terkait dengan alat utama sistem persenjataan (Alutsista).
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menjalin kerja sama dengan Defense Institution Reform Initiative (DIRI) Amerika Serikat (AS), untuk meningkatkan pertahanan Indonesia pada 2015. Kerja sama ini merupakan salah satu action plan 2015 untuk memperluas cakupan program DIRI sebelumnya.
Namun, salah satu bentuk kerja sama tersebut yakni DIRI mendukung dan membantu penyusunan Rencana Strategi (Renstra) pertahanan RI 2015-2019. Atas hal tersebut, Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, menolak secara tegas. Alasannya, penyusunan renstra pertahanan tidak boleh ada campur tangan pihak asing karena menyangkut kedaulatan Indonesia.
"Renstra menyangkut kedaulatan Indonesia. Itu sudah pasti menjadi otoritas penuh Indonesia. Tidak boleh asing ikut membantu menyusun, apalagi terlibat dalam pembuatan renstra,” tutur Mahfudz Siddiq kepada SH di Jakarta, Kamis (8/1).
Karena itu, Komisi I DPR akan meminta penjelasan dari Kemenhan terkait pelibatan asing dalam penyusunan renstra tersebut. “Renstra itu yang menyusun Kemenhan, Mabes TNI, dan Komisi I DPR. Tidak boleh ada asing. Kami akan minta penjelasan Kemenhan,” katanya.
Menurutnya, pihak asing hanya bisa dilibatkan dalam kerja sama militer, baik dalam bentuk pertukaran teknologi alat utama sistem pertahanan (alutsista) maupun bentuk pelatihan militer.
Pengamat militer, Mufti Makarim mengatakan, bantuan AS dalam penyusunan renstra pertahanan harus diselisik lebih jauh. Jika bantuan penyusunan renstra hanya bersifat base line atau dasar dan masukan, bisa saja diperbolehkan karena belum masuk dalam renstra. Namun, jika AS masuk dalam penyusunan renstra, tentu akan berbahaya bagi strategi pertahanan dalam negeri karena informasi pertahanan dalam negeri bisa dengan mudah diketahui oleh asing.
"Kalau sudah masuk ke tahap pelaksanaan atau teknis, harus hati-hati. Ini sangat berbahaya. Namun, detailnya nggak tahu sampai mana DIRI membantu penyusunan Renstra,” ujarnya.
Namun, Mufti yakin jika Kemenhan tidak bakal gegabah dalam penyusunan renstra. “DIRI itu tidak hanya di Indonesia. Kalau tidak salah ada 40 negara yang juga melakukan kerja sama. Saya tetap yakin renstra tidak akan dicampuri asing,” ucapnya.
Peningkatan Performa
Sekretaris Jenderal Kemenhan, Letjen TNI Ediwan Prabowo mengatakan, kerja sama dengan DIRI dalam rangka meningkatkan performa personel dan sistem. Program ini sudah menjadi opsi untuk mengoptimalkan sumber daya yang dipunyai Kemenhan saat ini. “Program ini juga menjadi parameter hubungan antara Indonesia dan AS,” katanya.
Ia menjelaskan, pada 2014, DIRI telah mendukung dan membantu untuk menciptakan renstra Kemenhan untuk 2015-2019. Staf DIRI terhitung delapan kali ke Jakarta, bekerja sama dengan staf Kemhan dan Mabes TNI, Mabes AD, Mabes AU, dan Mabes AL. Program ini membuka manfaat bagi pengembangan pertahanan, mulai dari tingkat strategis sampai teknis.
"Tim DIRI telah memberi masukan mengenai international best practises dalam bidang pertahanan. Selama 2014, DIRI juga melibatkan Kemenhan melalui Ditjen Rencana Pertahananan, Strategi Pertahanan, dan Potensi Pertahanan yang memfokuskan program aspek perencanaan strategis dan perencanaan anggaran,” katanya.
Wakil Duta Besar AS, Kristen F Bauer mengatakan, hubungan persahabatan secara menyeluruh dan saling menghormati antara Indonesia dan AS tercipta selama 2010-2014. Kedua negara saling memperluas keja sama di bidang perdagangan, ekonomi, politik, dan keamanan.
"Kita kerja sama latihan militer dan berbagai jenis kerja sama lainnya. Dalam waktu itu, 500 kali kerja sama dilakukan. Kami bangga menjadi partner Indonesia,” ujarnya.
PT PAL akan dipailitkan saat Megawati menjabat presiden. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bereaksi dan mengeluarkan pernyataan, setelah mengetahui bahwa Presiden Joko Widodo akan mengunjungi PT PAL di Surabaya, Sabtu 10 Januari 2014.
Di hadapan Jokowi, Megawati mengatakan bahwa saat dia menjadi Presiden, PT PAL itu akan dibangkrutkan. "Saya dengar Presiden mau ke PT PAL, itu BUMN kan? Saat saya jadi Presiden mau dipailitkan," kata Megawati, di sela-sela acara HUT PDIP ke-42.
Mantan presiden wanita pertama Indonesia itu mengaku sempat mempertanyakan, mengapa PT PAL akan dipailitkan. "Ya, saya tahu dipailitkan karena tidak untung. Tapi kenapa tidak untung. Mereka bilang, karena pesanan kapal cuma satu," katanya.
Lebih lanjut, dengan nada guyon Megawati berkata pada Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti, agar meminta pada Jokowi untuk membuat kapal yang besar. "Jadi, bu Susi, bukan mau menggurui. Minta Presiden bikin kapal besar-besar 100 gitu. Baru asyik," ujarnya.Minta Ke Pak Presiden Bikin 100 Kapal Besar Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendapat dukungan dari Megawati Soekarnoputri soal penambahan kapal patroli. Saat menyampaikan pidato politiknya, Megawati menyarankan agar Susi meminta tambahan kapal kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Jadi Mba Susi, bukan menggurui. Minta kepada pak Presiden, bikin kapal 100 yang besar-besar. Nah itu baru asik itu,” kata Mega dalam acara perayaan ulang tahun PDIP ke-42 di DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (10/1/2015).
Mendengar pernyataan Mega itu, Susi yang hadir sebagai tamu undangan hanya terlihat tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Pernyataan Mega itu disampaikan saat sedang intermezzo di tengah pidatonya. Dia tiba-tiba teringat soal Jokowi yang sore ini akan terbang ke Surabaya untuk berkunjung ke PT PAL Jaya.
Menurut Mega, jika mau menghidupkan BUMN yang sempat terancam pailit itu, caranya dengan memesan banyak kapal. Dengan begitu rantai produksi tetap berlangsung dan perusahaan untung.
“Sebentar lagi saya dengar pak Presiden akan ke PT PAL. Salah satu BUMN yang saat saya jadi presiden, mau dipailitkan. Waktu itu saya tanya, jawabannya karena enggak untung. Saya tanya kenapa enggak untung? Karena kalau pesan kapal cuma satu-satu,” kata dia seraya tertawa.(ros/fjr)
Berikut ini video Kompas Tv perihal persiapan TNI AL mengangkat ekor AirAsia.
Ekor AirAsia sudah mulai terangkat (Angling/ detikcom)
Bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang berada di kedalaman 35 meter akhirnya terangkat ke permukaan. Aplaus menggema dari geladak KRI, tempat Panglima TNI mengawasi proses evakuasi.
Awalnya, tim kesulitan mengangkat bagian ekor pesawat nahas tersebut. Padahal penyelam telah mengisi floating bag dengan 4 tabung udara. Kemudian 2-3 tabung udara lagi ditambahkan.
Pada pukul 11.50, Sabtu (10/1/2015), floating bag yang bisa mengangkat barang seberat 10 ton itu muncul di permukaan laut. Disusul bagian ekor berupa potongan merah dengan huruf 'A' berwarna putih.
Tepuk tangan menyambut keberhasilan itu. Panglima TNI dan para pejabat lainnya yang memantau dari KRI Banda Aceh berdiri memberi aplaus.
Hingga pukul 12.45 WIB, ekor masih ditarik dengan menggunakan crane dari kapal Crest Onyx yang berjarak sekitar 500 meter dari KRI Banda Aceh. Akan dicek apakah di dalam ekor masih ada black box atau tidak.(alg/fjr)Muncul ke Permukaan, Ekor QZ8501 Ditarik Perlahan ke Kapal Crest Onyx Kapal Crest Onyx
Bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 sudah terangkat ke permukaan. Sebelumnya bagian ekor ini berada di kedalaman 35 meter akhirnya terangkat ke permukaan.
Hingga pukul 12.45 WIB, Sabtu (10/1/2015), ekor masih ditarik dengan menggunakan crane dari kapal Crest Onyx yang berjarak sekitar 500 meter dari KRI Banda Aceh. Potongan ekor pesawat ini akan dibawa ke Pangkalan Bun untuk kepentingan penyelidikan.
Tim SAR gabungan, termasuk di dalamnya KNKT, akan mengecek keberadaan black box di ekor pesawat yang sudah berhasil diangkat. Belum diketahui apakah akan dicek langsung di laut atau di Pangkalan Bun.
Pada pukul 11.50 WIB tadi, floating bag yang bisa mengangkat barang seberat 10 ton itu muncul di permukaan laut. Disusul bagian ekor berupa potongan merah dengan huruf 'A' berwarna putih.
Tepuk tangan menyambut keberhasilan itu. Panglima TNI dan para pejabat lainnya yang memantau dari KRI Banda Aceh berdiri memberi aplaus.(fjr/gah)Wujud Lebih Jelas Ekor AirAsia QZ8501 yang Mulai Terangkat Upaya pengangkatan ekor pesawat AirAsia Qz-8501 mulai membuahkan hasil. Balon yang digunakan untuk mengapungkan serpihan ekor sudah mengapung di atas air dan terlihat mengangkat serpihan ekor.
Sabtu (10/1/2015), sekitar pukul 11.50 WIB, serpihan ekor asia yang berwarna merah sudah mengapung di samping lifting bag. Di bagian yang terapung itu terlihat pula sebuah pola tulisan berwarna putih seperti huruf ‘A’.
Belum terlihat ukuran serpihan ekor pesawat yang sudah diapungkan itu. Serpihan tersebut tampak naik turun ditelan gelombang laut setinggi kurang lebih 1 meter.
Di dekat lokasi pengangkatan ekor pesawat sudah menanti kapal Crest Onyx yang rencananya akan menarik ekor pesawat ke Pangkalan Bun.
Beberapa anggota TNI AL terlihat mengawal proses pengangkatan ini dari permukaan laut dengan menggunakan 2 kapal karet.
Belum diketahui apakah ada black box di dalam bagian ekor yang sudah terangkat itu. Tim SAR gabungan masih membutuhkan konfirmasi sosial untuk memastikan keberadaan black box.(alg/gah)
Landasan TNI AU Terluas nan Bersejarah yang Tak Banyak Dikenal Pesawat C-47 Dakota RI-002 yang dijadikan monumen Operasi Penerjunan Pertama
Sepekan terakhir, aktivitas di Landasan Udara Iskandar begitu padat. Puluhan helikopter milik TNI Angkatan Udara, Polri, Badan SAR Nasional, bahkan Seahawk milik Amerika Serikat mendarat di lanud ini. Tidak hanya itu, pesawat Hercules C-130, CN-295 TNI AU hingga pesawat amfibi BE-200 milik Rusia juga ikut mendarat.
Peningkatan aktivitas di Lanud Iskandar tidak terlepas dari peristiwa kecelakaan yang menimpa pesawat AirAsia QZ8501. Pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh kru itu, dilaporkan hilang di Selat Karimata sejak 28 Desember 2014 lalu. Sejak saat itu, Lanud Iskandar dijadikan posko utama pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501.
Sebenarnya, tak banyak yang tahu dengan keberadaan Lanud Iskandar ini. Bahkan, belum tentu semua anggota TNI mengetahui keberadaan lanud yang berada di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Padahal, lanud ini adalah milik TNI Angkatan Udara.
"Jangankan publik dan media, bahkan tidak semua anggota TNI tahu Lanud Iskandar ini," kata Danlanud Iskandar Letkol Pnb Johnson Simatupang di Lanud Iskandar, Jumat (9/1/2015).
Johnson mengatakan, Lanud Iskandar sebenarnya merupakan lanud terluas di Indonesia. Luasnya yang mencapai 3000,6 hektar melebihi luas Lanud Halim di Jakarta dan Lanudal Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur. Hanya saja, dari luas tersebut, baru sekitar 200 hektar saja yang dimanfaatkan sebagai kantor dan landasan pacu pesawat.
Johnson menambahkan, luasnya area yang dimiliki lanud ini, akhirnya menjadikannya sebagai hutan kota. Pasalnya, wilayah di sekitar lanud ini masih dikelilingi oleh hutan yang cukup asri. Banyak warga yang akhirnya memanfaatkan wilayah di sekitar lanud untuk dijadikan lokasi tempat tinggal. Mereka mendirikan bangunan seperti rumah dan beranak pinak di sini.
"Kawasan kita dikelilingi perumahan, jadinya dijadikan hutan kota," ujarnya.
Landasan Aju
Meski memiliki area yang cukup luas, status Lanud Iskandar ini masih termasuk ke dalam lanud tipe C. Oleh karenanya, tidak banyak pasukan TNI AU yang bertugas untuk menjaga lanud ini. Hanya sekitar 90 pasukan saja yang setiap hari mengamankan ribuan hektar wilayah lanud ini. Itu pun bukan pasukan Korps Pasukan Khas TNI AU (Korpspaskhas).
Selain itu, status lanud ini juga juga dijadikan sebagai landasan aju bagi pasukan TNI. Artinya, ketika terjadi pertempuran yang melibatkan Indonesia, lanud ini akan bertindak sebagai landasan support untuk menerbangkan pesawat tempur Indonesia guna menunjang pertahanan wilayah.
"Kita ini statusnya adalah pangkalan aju, yang harus siap, standby, dalam keadaan darurat," katanya.
Selain minim pasukan, lanud ini juga tidak dilengkapi dengan skadron udara yang sewaktu-waktu siap melakukan pertempuran. Jika kondisi darurat terjadi, seperti penyerangan terhadap Lanud Iskandar, maka pihak lanud akan menghubungi Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat untuk menerjunkan tim Korpspaskhas.
Penerjunan bersejarah
Johnson mengatakan, Lanud Iskandar merupakan salah satu lanud yang bersejarah tak hanya bagi TNI, tetapi juga bagi kemerdekaan Indonesia. Nama Iskandar yang disematkan di lanud ini merupakan nama salah satu penerjun pertama yang dimiliki Indonesia.
Johnson bercerita, pada tahun 1947, Gubernur Kalimantan Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI untuk membangun stasiun radio. Stasiun tersebut dibangun untuk menyebarkan kabar kepada masyarakat Kalimantan bahwa Indonesia telah merdeka sejak 1945.
Setelah itu, Komodor (U) Suryadi Suryadarma mengambil inisiatif mengirimkan 13 orang ke Kalimantan, dua di antaranya merupakan teknisi radio dari AURI, Hari Hadi Sumantri dan FM Soejoto. Sedangkan 11 orang lainnya merupakan putra Kalimantan. Kesebelas putra kalimantan itu adalah Iskandar sebagai pimpinan pasukan, Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M Dahlan, JH Darius, dan Marawi.
Ke-13 orang itu kemudian diterjunkan di Desa Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada 17 Oktober 1947. Mereka diterjunkan dengan menggunakan pesawat C-47 Dakota RI-002.
"Setelah mendarat dengan selamat, mereka kemudian menghadapi pasukan Belanda yang tengah melangsungkan Agresi Militer I. Saat itu Belanda berupaya untuk merebut seluruh wilayah jajahan mereka termasuk bandara yang didirikan Jepang yang berhasil direbut Indonesia," ceritanya.
Dalam perang itu, tiga dari 13 orang yang diterjunkan tewas. Sementara sisanya ditawan oleh Belanda.
Iskandar termasuk salah satu yang tewas dalam pertempuran itu. Sehingga namanya diabadikan menjadi nama lanud ini sebagai sebuah bentuk penghormatan kepadanya. Selain itu, dua buah patung dirinya juga didirikan yakni di pintu gerbang masuk Lanud Iskandar dan di Desa Sambi.
Johnson mengatakan, pesawat Dakota yang digunakan oleh ke-13 penerjun itu akhirnya juga dijadikan monumen. Monumen tersebut berdiri di kawasan Bundaran Pancasila, Kotawaringin Barat yang berjarak sekitar empat kilometer dari Lanud Iskandar.
"Itu (Dakota) pesawat asli. Setiap tahun kita melakukan perawatan agar tetap bersih dan tidak rusak," katanya.
Semetara, ia menambahkan, tanggal penerjunan ke-13 orang itu dijadikan sebagai hari lahirnya Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU, yang kemudian namanya berubah menjadi Kopaskhas AU.
PGT atau Kopaskhas merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI. Kepiawaian mereka dalam merebut landasan udara di Pangkalan Bun ini, menjadikan nama mereka sebagai nama salah satu pasukan elit yang disegani dunia.
Kapal Hidrografi dari Prancis dengan tipe OSV190 SC WB
Mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia hanya dengan menghilangkan ancaman yang terjadi di laut saat ini, salah satu diantaranya ialah ancaman navigasi. Mantan Kasal tahun 2002-2005 Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh menegaskan hal itu saat ditemui JMOL beberapa waktu lalu.
“Poros maritim itu sangat baik dan kita sangat mengapresiasi itu, karena kesejahteraan bangsa kita ada di laut. Sebenarnya hal itu sudah dimulai dengan membuat Departemen Kelautan pada masa Gus Dur dan saat ini ada Menko Kemaritiman, namun yang terpenting dalam mewujudkan itu ialah dengan menghilangkan ancaman yang saat ini masih banyak terjadi di laut kita,” ungkap Bernard.
Ketua Lembaga kajian Institute Maritime Study (IMS) itu mengurai berbagai ancaman yang saat ini terjadi di laut kita dan bahkan sudah terjadi sejak dulu.
“Ada 3 ancaman yang kerap terjadi di laut kita, yaitu perompakan, ancaman navigasi, dan ada namanya ancaman climate change atau global warming, maka dari itu sekarang kerap terjadi angin puting beliung, padahal dulu tidak pernah,” ujarnya.
Berita yang membuatnya miris, yaitu adanya nelayan yang enggan pergi melaut karena akibat tingginya gelombang laut yang lebih dari 3 meter.
“Sekarang kapal dilarang keluar karena gelombang lebih dari 3 meter. Hal itu sudah terjadi sekarang yang disebut factual threat atau ancaman nyata,” katanya.
Peran Lembaga Hidrografi Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh (Foto: JM)
Tingginya ancaman navigasi itu menuntut peranan Lembaga Hidrografi untuk dapat meningkatkan kemampuannya. Pria kelahiran Tobelo 67 tahun silam itu menyebutkan pentingnya sarana pendukung yang memadai dari Lembaga Hidrografi.
“Itu sudah menjadi tugas hidrografi, negara sebesar ini hanya punya kapal 2 hidrografi, itupun baru pesan dari Prancis, dulu kita sempat punya 8 tetapi itu punya BPPT,” tandasnya.
Saat ini Lembaga Hidrografi Nasional bernama Dinas Hidrografi dan Oseanografi (Dishidros) yang berada dibawah naungan TNI AL. Baru-baru ini Dishidros TNI AL sudah memesan kapal Hidrografi dari Prancis dengan jenis OSV190 SC WB.
Sayangnya, mantan Kasal yang saat ini turut aktif menjadi komisaris di beberapa perusahaan itu tidak menjelaskan posisi Lembaga Hidrografi ke depan, apakah tetap berada dibawah TNI AL atau menjadi badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden atau Kementerian terkait layaknya Bakamla atau BPPT.
Sementara itu pengamat militer dari Indomiliter, Haryo Adjie Nogo Seno menyatakan sejauh ini peranan Dishidros belum dapat dikatakan optimal.
“Saat ini memang belum clear peranan dari Dishidros, selain untuk navigasi pada jalur alur pelayaran kapal selam juga untuk navigasi sipil,” tutur Adjie.
Lebih lanjut, Adjie menambahkan, belum optimalnya peranan itu terlihat pada saat evakuasi Airasia QZ8501. “Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kapal Dishidros hanya dua dan baru pesan dari Prancis, jadi itu salah satu penyebab belum optimalnya peranan lembaga ini,” sambungnya.
Seperti halnya satuan kapal eskorta, satuan kapal amfibi, dan satuan kapal cepat, maka Dishidros pun punya armada kapal tersendiri, yakni Satuan Surveihidros (Satsurveihidros).
Saat ini Satsurveihidros memiliki 5 (lima) KRI, khusus KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO. Dari kelima KRI tersebut, 1 (satu) KRI Dewa Kembar-932, 1 (satu) KRI Leuser-924 dan 3 kelas Kondor yaitu KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723 dan KRI Pulau Rempang-729 yang berada di jajaran Satsurveihidros.
Sejatinya kapal-kapal itu bukanlah jenis kapal survei namun menyikapi keterbatasan yang ada, TNI Angkatan Laut memodifikasi kapal-kapal tersebut untuk dapat dijadikan kapal survei.
Awalnya kapal-kapal tersebut merupakan kapal tipe rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi azasi yang sama sebagai kapal survei. Sehingga, KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.
For 10 years, he served at Kem Sungai Udang in Malacca. As a commando he was an expert in making and defusing bombs, was able to handle various firearms and trained to survive the most adverse conditions in various terrain.
But after leaving the Malaysian Armed Forces some 18 months ago, he used those abilities to serve an entirely different cause — terror.
The 29-year-old Malaysian, who hails from Perak, is the latest in a string of recruits to be arrested for activities connected to the Islamic State.
He was among 135 IS-linked militants detained by Saudi Arabian authorities in Riyadh on Dec 28.
The former commando was nabbed with the rest of a terror cell at the Saudi-Jordanian border.
Many of those caught had gone to “zones of conflict, joined extremist groups and trained in the handling of weapons before returning to Saudi Arabia to destabilise the country,” The Daily Star in Lebanon reported.
Others were implicated in the “financing, recruitment, propaganda and manufacture of explosives in aid of extremist groups” while some were linked to unrest and armed attacks on security forces in Awamiya, a community in Eastern Province, just west of Dammam city.
Sources said the Malaysian was arrested with an IS flag in his possession.
“Authorities believe that he had been involved with the terror cell for quite some time,” a source told The Star yesterday.
They said the speed and manner in which the man abandoned his former life had caught his family off-guard.
He was discharged from the military in July 2013, but it was while accompanying his father for the umrah on Dec 15 that things really came to light.
The source said that when it was time for them to return home on Dec 18, the man was nowhere to be found.
“His father was perplexed over his missing son but reluctantly returned home after he could not be traced.
“The father lodged a missing persons report upon arriving back in Malaysia,” the source revealed.
While initially shocked over his son’s disappearance, authorities said the farmer had suspicions over his son’s involvement with the militant group.
“After quitting the army, the suspect started going for usra (dakwah sessions) in Perak. He even started donating to ‘jihadists’ causes and movements in Malaysia,” the source said.
It is learnt that Malaysian authorities have contacted their Saudi counterparts over the status of the suspect.
In Jeddah, a source close to the Malaysian consulate said the consulate-general was investigating the matter with other authorities.
The arrests came as Saudi Arabia, the UAE, Jordan and Bahrain took part in US-led strikes against IS in Syria.
Malaysia’s Bukit Aman Special Branch Counter Terrorism Division has also stepped up operations against Malaysians involved with IS.
Since February 2013, 51 people have been arrested here.
Among those arrested were civil servants, navy and air force personnel and even an Energy, Green Technology and Water Ministry officer.
A former National Service trainer along with private and public university students were among the latest arrests made.