Nego Tarif TrumpPromosi Boeing, Indonesia minati F15 EX (Boeing/Kompas)
Pemerintah siap memborong alat utama sistem persenjataan atau alutsista dan pesawat dari Amerika Serikat (AS), sebagai bagian dari paket kesepakatan dagang komprehensif yang tengah dirundingkan kedua negara.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (4/7/2025), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan komitmen Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS. Pada tahun lalu, USTR mencatat defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai US$17,9 miliar.
Oleh sebab itu, Indonesia akan melakukan impor sejumlah barang dari AS. Upaya tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk menekan ancaman tarif sebesar 32% yang akan diberlakukan AS, dengan target memperoleh tarif yang lebih rendah dibandingkan Vietnam yang sebelumnya mendapatkan tarif 20%.
Misalnya, PT Garuda Indonesia tengah menjajaki potensi kerja sama baru, termasuk pembelian pesawat dan layanan perawatan. Pada sektor pertahanan, Airlangga mengungkapkan pemerintah membuka peluang untuk memperluas pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari AS.
“Ini untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik,” ungkapnya dalam pernyataan resmi.
Selain itu, sambung Airlangga, Indonesia juga akan meningkatkan impor gas dan produk pertanian dari AS untuk memperkuat ketahanan energi dan pangan.
Pemerintah turut menjanjikan perlakuan yang lebih adil bagi perusahaan AS, melalui pelonggaran aturan kandungan lokal, peningkatan perlindungan hak kekayaan intelektual, dan membuka akses ke Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) bagi penyedia asal AS.
Dari sektor mineral kritis, pemerintah berencana memberikan akses prioritas bagi pembeli asal AS, memperketat pengawasan kepemilikan asing di rantai pasok, serta menjalin kerja sama untuk menjamin keamanan dan transparansi pasokan bagi industri utama AS.
Langkah itu dinilai akan memudahkan perusahaan AS menghindari ketergantungan pada perusahaan logam yang terafiliasi dengan China, mengingat Indonesia merupakan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Indonesia juga berkomitmen untuk menerapkan tarif mendekati nol terhadap lebih dari 1.700 komoditas asal AS, atau sekitar 70% dari total impor negeri Paman Sam. Airlangga mengungkapkan itu mencakup sektor-sektor utama yang diminta AS seperti elektronik, mesin, kimia, kesehatan, baja, pertanian, dan otomotif.
“Pesannya jelas, Indonesia ingin membangun hubungan ekonomi yang seimbang dan berorientasi ke depan, dengan manfaat nyata bagi dunia usaha dan pekerja di kedua negara,” jelasnya.
Meski demikian, Airlangga menegaskan pemerintah masih menunggu keputusan final dari Washington.
Dari sisi pasar, rupiah tercatat stabil di Rp 16.180 per dolar AS, sementara IHSG bergerak melemah 0,2% pada penutup pasar Jumat (4/7/2025). Menurut analis Credit Agricole Hong Kong Jeffrey Zhang, pelaku pasar masih mencermati dampak akhir dari kesepakatan ini terhadap daya saing ekspor Indonesia. “Pasar akan melihat hasil akhirnya, terutama untuk membandingkan tarif final antarnegara,” ujar Jeffrey.
Panglima Komando Armada Republik Indonesia (Pangkoarmada RI) Laksamana Madya TNI Dr. Denih Hendrata menegaskan bahwa TNI Angkatan Laut (AL) berkomitmen penuh dalam menjaga wilayah perbatasan, salah satunya perairan strategis Natuna Utara.
Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Dr Denih di Natuna, Jumat, mengatakan TNI AL secara aktif mengerahkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) untuk berpatroli di wilayah perbatasan laut.
Selain mengoperasikan KRI, TNI AL juga telah memperkuat keberadaan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau melalui Markas Komando Pangkalan TNI AL (Lanal) dan Gugus Tempur Laut (Guspurla) lengkap dengan fasilitas pendukung.
Di pulau terluar bagian utara, yaitu Pulau Sekatung, TNI AL juga menempatkan pasukan dengan kesiapan penuh. Puluhan prajurit bersenjata lengkap disiagakan di sana dan secara rutin melaksanakan patroli keliling pulau untuk memantau situasi sekitar.
"Kehadiran TNI AL menunjukkan komitmen dalam menjaga NKRI," ucap dia.
Selain menunjukkan kedaulatan, kehadiran TNI AL juga sebagai upaya mewujudkan keamanan pelayaran, agar para pelintas di wilayah Natuna merasa nyaman, karena merupakan alur pelayaran strategis.
Menurut dia, dirinya selalu memantau situasi Natuna melalui laporan jajarannya dan pada umum nya dalam kondisi kondusif.
Guna memastikan kebenaran informasi, dirinya melakukan kunjungan langsung ke Mako Lanal Ranai, di Kecamatan Bunguran Timur, Mako Guspurla di Kecamatan Pulau Tiga, hingga ke Pos Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar (Satgas Pam Puter) di Pulau Sekatung, Kecamatan Pulau Laut, 2-4 Juli 2025.
Kunjungan juga dalam rangka meninjau kesiapan operasional sekaligus memberikan motivasi kepada prajurit yang bertugas di garis terdepan pertahanan negara.
"Natuna memiliki posisi yang sangat strategis, baik bagi Indonesia maupun dunia, karena berada di jalur pelayaran internasional yang vital bagi perdagangan global," ucap Pangkoarmada RI.
💫 Semangat perlawanan ketergantungan pada impor✈ Drone MALE WANI-23 rancangan Infoglobal (infoglobal)
PT Infoglobal merancang algoritma machine-learning untuk sistem diagnostik pesawat di beberapa dekade terakhir. Itu berfungsi penuh untuk memperkaya perangkat avionik dengan self-monitoring dan predictive maintenance yang kini baru ramai diadopsi pabrikan luar negeri. Bagi mereka, digitalisasi bukan jargon, tetapi fondasi.
Perusahaan yang sudah ada sejak 1992 itu sudah melampaui sekadar memanfaatkan teknologi. Kini, secara tak langsung, PT Infoglobal justru ikut membentuk standar baru bagi industri pertahanan masa depan. ”Begini, misal ya, AS bisa buat pesawat, tapi apakah mau share informasi? Pasti tidak, ya kami buat sendiri,” kata CEO PT Infoglobal Adi Sasongko kepada Jawa Pos di kantornya, Kamis (26/6).
Salah satu produk PT Infoglobal yang viral beberapa waktu terakhir, adalah Drone WANI-23. Adi mengungkapkan latar belakang lahirnya drone tempur WANI-23 itu berangkat dari keprihatinan sekaligus keyakinan. ”Ya Indonesia harus mandiri dalam penguasaan teknologi pertahanan. Khususnya di sektor drone tempur berdaya jelajah tinggi,” ujar pria asli Dukuh Kupang itu. Dia menyebut hadirnya WANI-23 bukan sekadar proyek teknologi, melainkan semangat perlawanan terhadap ketergantungan pada impor.
”Dulu kami memulai dengan alat seadanya, tidak ada yang menyuruh, tapi kami tahu Indonesia butuh, dan kami nekat buat sendiri,” tuturnya. Tantangan terbesarnya itu membangun dari nol, di luar skema konsorsium besar.
Bahkan ketika dunia hanya mengenal dominasi Amerika Serikat dan Tiongkok dalam produksi drone kategori Medium Altitude Long Endurance (MALE), Adi memilih jalur sulit, menciptakan alternatif lokal dengan kemampuan terbang hingga 25 jam, bisa menggendong amunisi, serta dikendalikan penuh lewat flight control buatan sendiri.
”Otaknya, sistem kontrol nya, semuanya kami kembangkan, ya drone ini benar-benar lahir dari tangan bangsa sendiri,” ujarnya. Dia menegaskan, Indonesia sebenarnya sudah punya potensi besar. Untuk itu, dia dan tim membangun ekosistem produksi mesin penerbangan di Yogyakarta.
Saat ini, 50 persen komponen engine WANI-23 sudah tersedia di pasar lokal, sementara sisanya sedang disesuaikan. ”Tahun depan, mesinnya jadi, setelah itu, tidak ada alasan kita terus menunggu teknologi luar,” tegas ketua INACOM itu.
Tentang Drone WANI-23
✈ Drone WANI-23, drone intai kategori MALE (Medium Altitude Long Endurance)
✈ Panjang 8,2 meter, rentang sayap 16 meter, berat kosong 630 kg, dan MTOW (Maximum Take-Off Weight) 710 kg.
✈ Drone ini menggunakan mesin pusher 1.5L 4-silinder turbocharged dengan tiga bilah baling-baling.
✈ Memiliki jangkauan telemetri terestrial hingga 80 km line of sight (LOS).
✈ Jangka waktu terbang kurang lebih 25 jam non-stop.
✈ Secara independen dibuat oleh putra daerah Surabaya: 5 teknisi dan 5 asisten teknisi.
✈ Pengembangan mesin menggunakan komponen yang tersedia di dalam negeri dalam jangka waktu dua tahun.
LANGIT mendung di atas kompleks PT Infoglobal di kawasan Surabaya Pusat, sore itu tak menyurutkan semangat tim riset perusahaan swasta pertahanan tersebut. Saat Jawa Pos melangkah ke ruang rapat utama mata langsung disuguhi galeri avionik. Pada sisi kanan terpajang panel instrumen C-130 Hercules yang berjajar rapi dengan display digital.
Bersebelahan dengan itu ada avionik milik KT-1B, pesawat warna merah yang jadi andalan Jupiter Aerobatic Team. Di sudut lain, terpasang avionik kokpit Hawk dan Super Tucano yang berkelip biru-hijau, lengkap dengan DVR terpampang di meja bagian barat.
Tiap perangkat dilengkapi stiker level kualitas,.dari prototipe hingga siap produksi, serta satu kalimat tegas yang dicetak tebal di bawah logo Infoglobal di balik mesin itu: Made in Indonesia.
”Siapa yang nggak bangga, kami saja bangga dengan ini, ini asli buatan Surabaya, buatan Indonesia,” ujar CEO PT Infoglobal Adi Sasongko kepada Jawa Pos.
Adi juga menunjukkan mockup pesawat, lengkap dengan mesin dan perangkat lain yang mengikutinya. Drone WANI-23 itu membuat pengunjung dan delegasi militer dari berbagai negara terpukau saat dipamerkan di pameran Indo Defence di Jakarta beberapa waktu lalu.
Drone WANI-23 Infoglobal (Infoglobal)
Pesawat nirawak yang sepanjang dua meter dan sanggup terbang kurang lebih 25 jam nonstop itu mampu sambil menggendong rudal pintar. ”Nama WANI lahir dari spirit arek Suroboyo, berani tampil meski banyak yang meragukan industri pertahanan lokal,” ujarnya sambil menepuk badan drone yang sudah dua tahun digarap dengan dana internal perusahaan.
Drone itu dikerjakan hanya dengan 10 orang putra daerah. Adi menjelaskan, seluruh software dan hardware WANI-23 dirakit di lini produksi Infoglobal sendiri, lengkap dengan kecerdasan buatan, machine-learning untuk navigasi otonom, serta sistem perintah suara.
”Di kokpit kendali darat, operator tinggal mengendalikan dan drone akan mengeksekusi manuver secara otomatis,” kata alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu. Menurut dia, uji terbang terakhir sebelum sertifikasi penuh dijadwalkan akhir tahun ini, dan pihaknya optimistis WANI-23 bisa memasuki tahap produksi massal di massa selanjutnya.
Rekam jejak PT Infoglobal sejatinya bukan baru kemarin. Sejak dekade 1990-an, perusahaan ini telah memproduksi lebih dari 300 peralatan avionik pesawat tempur untuk pasar domestik Asia Tenggara dan Timur Tengah. Kini, mereka menambahkan lini nano-satellite, kata dia sedang disiapkan terbang bareng Elon Musk suatu hari nanti.
Menurut dia, semua demi visi living beyond digital yang menempatkan kemandirian teknologi sebagai kunci geopolitik masa depan. Dia mengungkapkan, Kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada 2021 menjadi momentum besar bagi Infoglobal.
Pesawat rancangan infoglobal, i-22 Sikatan (infoglobal)
“Itu momen paling berkesan, kami tunjukkan bahwa industri swasta Indonesia mampu menembus batas,” kenang Adi. Dia mengakui, Infoglobal tengah menyempurnakan i-22 Sikatan. Pesawat itu ada di hanggar kawasan Bandung.
Dia menyebut jet tempur generasi kelima itu memiliki dua mesin jet. Serta dirancang dan dilengkapi jet. Serta dirancang dan dilengkapi di dalam tubuh pesawat. Serta ditempel dengan dua drone pendamping tanpa awak. Jika dilihat, pesawat itu mirip dengan J-20 Mighty Dragon milik Tiongkok. Tapi, jelas berbeda.
”Semua lini, mulai material penyerap radar hingga helm tempur ber-VR, kami rancang agar pilot awareness melampaui teknologi konvensional,” ujarnya.
Dia menekankan, “Kami tidak bergantung Amerika, Cina, atau Eropa—Indonesia harus bisa gawe dewe demi kepentingan nasional,” tegasnya.
Dia yakin, kehadiran WANI-23 dan i-22 Sikatan akan mengubah peta ekosistem pertahanan nasional. (ali)
Penerbang pesawat tempur TNI AU Kolonel Pnb Ferrel Rigonald (kiri) dan penerbang dari Korea Selatan Koh Hwi Seok (kanan) saat uji coba pesawat tempur KF-21 Boramae di Pangkalan Udara Sacheon, Korea Selatan, Jumat (27/6/2025). (ANTARA/Ho-Humas TNI AU)
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI I Nyoman Suadnyana mengatakan TNI AU sudah melakukan uji terbang pesawat tempur kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan KF-21 Boramae.
Dalam siaran pers resmi yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, disebutkan uji coba terbang tersebut sudah dilakukan pada Jumat (27/6).
"Kerja sama strategis antara Indonesia dan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 mencapai tonggak penting melalui keberhasilan penerbangan prototipe KF-21 Boramae," kata I Nyoman dalam siaran pers tersebut.
Ia menjelaskan, penerbang pesawat tempur TNI AU yang menjajal pesawat itu yakni Kolonel Pnb Ferrel Rigonald dan penerbang dari Korea Selatan Koh Hwi Seok.
Proses uji coba terbang itu dilakukan di Pangkalan Udara Sacheon, Korea Selatan. Dalam uji coba tersebut, Ferrel berada di kursi depan dan Koh Hwi Seok berada di kursi belakang.
"Pesawat mengudara pada pukul 09.45 waktu setempat dan melaksanakan sejumlah manuver uji pada ketinggian 20.000 kaki selama sekitar satu jam," jelas I Nyoman.
Ke dua penerbang tempur itu pun sukses menjalankan uji coba pesawat tersebut.
Uji coba pesawat tempur yang dilakukan TNI AU ini mencerminkan keberhasilan Indonesia dan Korea dalam membangun kerja sama di bidang teknologi perang maupun peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Dengan adanya program kerja sama ini, ia berharap kekuatan TNI AU dalam mempertahankan wilayah udara negara bisa semakin meningkat.
"Program KF-21/IF-X tidak hanya membawa manfaat teknis, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra utama dalam pengembangan alutsista modern yang berbasis inovasi dan kemandirian industri pertahanan (inhan)," katanya.
Kapal Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA), KRI Brawijaya-320, resmi diserahkan ke TNI Angkatan Laut.
Upacara serah terima tersebut dihadiri delegasi TNI AL dan Angkatan Laut Italia, termasuk Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali dan pihak Fincantieri, di galangan kapal Fincantieri, Muggiano, Italia, Rabu (2/7).
Rencananya, kapal patroli lepas pantai kelas Thaon di Revel itu akan bertolak dari Italia menuju Indonesia pada 12 Juli 2025.
“Setelah upacara penyerahan, KRI Brawijaya-320 akan kembali (bertolak) ke Indonesia pada tanggal 12 Juli 2025. Kehadiran kapal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kekuatan TNI AL dalam menjaga kedaulatan laut Indonesia,” ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi dalam keterangannya, Kamis (3/6).
KRI Brawijaya-320 merupakan kapal patroli yang mampu diubah fregat, dibangun oleh Fincantieri. KRI ini merupakan bagian dari kontrak pengadaan yang ditandatangani pada April 2024, bersama KRI Prabu Siliwangi-321.
“Kapal ini akan memperkuat armada TNI AL dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pertahanan laut Indonesia,” kata Kapuspen TNI.
Nantinya, KRI Brawijaya-320 memperkuat jajaran armada TNI AL di bawah Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Komando Armada (Koarmada) II.
“Kehadiran KRI Brawijaya-320 sebagai penguatan kapabilitas bidang pertahanan, khususnya peperangan anti-kapal permukaan,” kata KSAL Muhammad Ali.
KRI Brawijaya-320 adalah kapal perang pertama buatan Italia yang dimiliki oleh Indonesia. Kapal ini memiliki panjang 143 meter, kecepatan maksimal 32 knot, dan dapat menampung 171 awak. (nma)
⚓️Disaksikan KSALKepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menghadiri upacara serah terima dan peresmian kapal KRI Brawijaya-320 di galangan kapal Fincantieri, Muggiano, Italia, Rabu (2/7/2025). (Dokumentasi Dinas Penerangan Angkatan Laut)
TNI Angkatan Laut (TNI AL) resmi memperkuat armadanya dengan kapal fregat canggih buatan Italia, KRI Brawijaya-320.
Serah terima kapal ini dilangsungkan dalam sebuah upacara militer di galangan kapal Fincantieri, Muggiano, Italia, Rabu (2/7/2025), dan dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali.
Dalam kesempatan tersebut, Kolonel Laut (P) John David Nalasakti Sondakh dikukuhkan sebagai komandan pertama KRI Brawijaya-320.
Kapal ini akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada II (Koarmada II) TNI AL.
Berdasarkan keterangan resmi yang dibagikan Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal), KRI Brawijaya-320 memiliki kemampuan multifungsi yang memungkinkan dilakukannya berbagai operasi maritim, mulai dari patroli, pengawasan wilayah, hingga peperangan antikapal dan antiserangan udara.
Dengan panjang 143 meter, kapal ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum hingga 32 knot dan mampu menampung hingga 171 personel.
Fregat ini juga dirancang dengan fleksibilitas, modularitas, dan skalabilitas tinggi, memungkinkan konfigurasi ulang sesuai kebutuhan operasional Angkatan Laut modern.
"Kapal perang ini sangat tepat dimiliki oleh Indonesia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas," kata KSAL.
Salah satu keunggulan utama KRI Brawijaya-320 adalah sistem tempur dan navigasi modern yang terintegrasi dalam Combat Management System (CMS).
Sistem ini menghubungkan sensor, senjata, sistem komunikasi, serta perangkat navigasi melalui jaringan berkecepatan tinggi.
Kemampuan Anti Air Warfare (AAW) yang dimiliki kapal ini membuatnya mampu menghadapi berbagai ancaman dari udara, menjadikannya salah satu kapal paling canggih dalam jajaran TNI AL saat ini.
Kapal ini merupakan fregat PPA pertama yang dibeli Indonesia dari Italia dan menjadi tonggak dalam pengembangan kekuatan laut nasional berbasis teknologi tinggi.
KRI Brawijaya-320 juga menjadi simbol baru kerja sama strategis antara Indonesia dan Italia di bidang pertahanan.
Modul kapal FMP di Indo Defence Jakarta (Mabal News)
Perusahaan pertahanan terkemuka Turki, Aselsan, Havelsan, dan Roketsan, akan memasok sistem utama untuk fregat kelas Merah Putih Indonesia, menurut informasi yang diperoleh selama pameran Indo Defence 2025 yang diadakan di Jakarta dari 11 hingga 14 Juni.
Fregat kelas Merah Putih didasarkan pada desain Arrowhead 140 Babcock, yang berasal dari fregat kelas Iver Huitfeldt milik Angkatan Laut Kerajaan Denmark. Kapal-kapal tersebut sedang dibangun oleh PT PAL Indonesia di galangan kapalnya di Surabaya, dengan pemotongan baja kapal utama pada 9 Desember 2022 dan pemasangan lunas pada 25 Agustus 2025.
Berdasarkan kerangka akuisisi program, sistem diklasifikasikan sebagai “Fitted For, But Not With” (FFBNW) dan “Main Contract Equipment.” Perusahaan Turki dan Italia mendominasi daftar pasokan, dengan perusahaan Turki mengambil peran utama dalam integrasi sistem tempur.
Aselsan Akan Mengirimkan Rangkaian Sensor Canggih
Aselsan akan menyediakan rangkaian sensor yang komprehensif untuk fregat Merah Putih. Rangkaian ini meliputi radar multifungsi Mete Han (juga dikenal sebagai CENK-350), radar CENK-200 (juga disebut sebagai MAR-D) untuk kendali helikopter, dan radar pengintai CENK-400 AESA, yang saat ini beroperasi di atas fregat kelas I milik Turki. Sistem ini merupakan inti dari kemampuan kewaspadaan situasional dan pengawasan udara kapal.
Selain itu, Aselsan akan memasok sistem tautan data dan IFF, sistem kendali tembakan AKREP-200 untuk rudal antikapal Atmaca, dan sonar yang dipasang di lambung kapal FERSAH untuk pengawasan bawah air.
Perwakilan perusahaan mengonfirmasi bahwa tiga kontrak terkait sistem ini telah ditandatangani hingga saat ini. Pengiriman semua komponen direncanakan dalam jangka waktu 36 bulan.
Kontribusi Havelsan dan Roketsan Havelsan akan bertindak sebagai integrator sistem utama, dengan Sistem Manajemen Tempur (CMS) ADVENT yang akan dipasang pada fregat kelas Merah Putih. ADVENT telah diadopsi secara lebih luas oleh Angkatan Laut Indonesia, yang bermaksud untuk meningkatkan lebih dari 40 kapal dengan sistem tersebut. Hasilnya, Indonesia diharapkan dapat memperluas kemampuan peperangan yang berpusat pada jaringan secara signifikan.
Pemasangan ADVENT pada fregat Merah Putih menandai tonggak sejarah bagi Havelsan, karena ini akan menjadi pertama kalinya sistem tersebut diintegrasikan ke dalam lambung kapal yang dirancang oleh Inggris.
Roketsan akan melengkapi fregat tersebut dengan sistem peluncur vertikal MIDLAS, yang akan menampung rudal antikapal ATMACA sebagai senjata serang permukaan utama platform tersebut. Kelas Merah Putih akan menjadi platform pertama yang meluncurkan rudal ATMACA dari MIDLAS, menjadikan Indonesia sebagai pelanggan peluncuran untuk kemampuan terintegrasi ini.
Implikasi Strategis dan Industri
Program kelas Merah Putih mencerminkan strategi Indonesia untuk mengembangkan armada permukaan modern berdasarkan kerja sama internasional dan konstruksi dalam negeri. Integrasi sistem Turki tidak hanya memperkuat hubungan pertahanan antara Turki dan Indonesia, tetapi juga menghadirkan kesamaan operasional di sejumlah platform angkatan laut Indonesia yang terus bertambah.
Varian Arrowhead 140 juga sedang dikembangkan untuk Angkatan Laut Kerajaan (kelas Tipe 31) dan Angkatan Laut Polandia (kelas Miecznik), tetapi program Merah Putih akan menonjol karena penggabungan sistem Turki dan arsitektur manajemen tempur.
Target Peluncuran
Menurut pernyataan yang dibuat oleh Menteri Pertahanan Indonesia pada Januari 2025, fregat Merah Putih pertama seharusnya diluncurkan pada bulan Juni. Namun, Naval News memahami bahwa upacara peluncuran telah diundur hingga Oktober. Rekaman terbaru oleh CNN Indonesia ini menunjukkan status terkini lambung pertama.
Selama Indo Defence 2025, Naval News juga mengetahui bahwa Babcock siap membantu proyek tersebut sebagai mitra pendukung desain. (Tayfun Ozberkk)
👷 🤝 menuju kemandirian industri pertahanan nasionalIlustrasi (Foto: Dok. Republikorp)
Perusahaan asal Prancis, SECAMIC dan PT Republik Aero Dirgantara (RAD) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) di ajang Paris Air Show 2025 pada 20 Juni lalu. Kerja sama ini untuk mengembangkan layanan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) yang mencakup sejumlah pesawat sipil dan militer di Indonesia untuk membangun kapabilitas perawatan pesawat yang mandiri dan berstandar internasional di dalam negeri.
Kerja sama ini mencakup pelatihan teknis, pembangunan rantai pasok, pengawasan mutu, serta alih teknologi dan peralatan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan operasional Indonesia. Seluruh kegiatan MRO direncanakan terpusat di fasilitas RAD yang ada di Bandung, dan akan dikembangkan sebagai pusat operasional utama.
SECAMIC akan berperan penting dalam menjamin kepatuhan teknis, pendampingan proses sertifikasi, serta memastikan transfer keahlian dari Prancis ke Indonesia. Bertrand Lucereau, CEO SECAMIC, menyatakan bahwa MoU ini mencerminkan karena kesamaan visi SECAMIC dengan RAD.
"Kami percaya, dengan dukungan teknis dan pengetahuan kelas dunia, Indonesia dapat memperkuat infrastruktur MRO-nya secara berdaulat," ujar Bertrand dalam keterangannya, Sabtu (28/6/2025).
Sementara itu, Norman Joesoef, selaku Chairman Republikorp sebagai perusahaan induk RAD mengatakan bahwa kerja sama ini bukan sekadar kerja sama bisnis, tapi sebuah langkah strategis menuju kemandirian industri pertahanan nasional.
"Bersama SECAMIC, kami ingin menghadirkan layanan MRO bernilai tinggi yang tak hanya mendukung armada saat ini dan masa depan, tapi juga membuka lapangan kerja dan mengembangkan sumber daya lokal," kata Norman.
Kesepakatan ini menjadi landasan pengembangan kerja sama antara para pihak, dengan implementasi awal lima tahun dan peluang perpanjangan ke depan. Setelah diresmikan, kolaborasi ini diharapkan memperkuat kemandirian Indonesia dalam layanan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO) serta meningkatkan kesiapan operasional armada.
Inisiatif ini juga bertujuan memperluas kerja sama internasional yang mendukung pembangunan industri pertahanan nasional, dengan memadukan keahlian teknologi dan pengalaman untuk menciptakan nilai tambah strategis bagi Indonesia.
Untuk diketahui, SECAMIC adalah perusahaan asal Prancis yang bergerak di bidang layanan pendukung pertahanan dan keamanan, khususnya di sektor kedirgantaraan. Kompetensi utama perusahaan ini mencakup layanan MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) pesawat militer, logistik, dukungan teknis, serta pelatihan. (ara/ara)
🛩 Bisa dimanfaatkan militer untuk pengiriman kargo & logistikPT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Intercrus Aero Indonesia (Intercrus) mengembangkan taksi udara guna perkuat ekosistem dirgantara. Angkutan ini didesain ulang sebagai UAV militer untuk membawa peralatan militer canggih ke medan perang. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Intercrus Aero Indonesia (Intercrus) mengembangkan taksi udara untuk memperkuat ekosistem dirgantara nasional melalui teknologi Advanced Air Mobility (AAM) yang mendukung konektivitas modern, efisien, dan ramah lingkungan.
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan mengatakan kemitraan itu menjadi bagian dari strategi jangka panjang pihaknya untuk memperkuat kapasitas inovasi industri dirgantara nasional.
"Kami percaya bahwa AAM dapat menjadi salah satu solusi nyata untuk menjawab tantangan konektivitas di wilayah urban maupun daerah dengan akses terbatas," kata Gita sebagaimana keterangan di Jakarta, Sabtu.
Intercrus, sebuah perusahaan start-up dalam negeri yang bergerak di bidang riset dan pengembangan pesawat Vertical Take-Off & Landing (VTOL) elektrik untuk sektor AAM.
Gita menyampaikan Intercrus SOLA adalah inovasi terbaru hasil kolaborasi PTDI bersama Intercrus termasuk insinyur muda Indonesia yang menghadirkan solusi mobilitas udara masa depan yang efisien, ramah lingkungan, dan adaptif lintas sektor baik sipil maupun militer.
"Dirancang sebagai kendaraan udara elektrik berkonsep VTOL, Intercrus SOLA hadir sebagai taksi udara masa depan yang mampu mengangkut tiga penumpang dan satu pilot," ujarnya lagi.
Tak hanya itu, katanya pula, platform itu juga dapat dikembangkan untuk misi militer seperti pengiriman kargo dan dukungan logistik dengan muatan presisi maupun konvensional.
Dengan kemampuan daya angkut hingga 360 kg dan jarak tempuh mencapai 200 km, serta sistem propulsi elektrik penuh yang rendah kebisingan, Intercrus SOLA dirancang cocok untuk berbagai lingkungan operasi, dari kawasan urban padat hingga daerah terpencil.
Sebagai bagian dari inisiatif green aviation, Intercrus SOLA mencerminkan arah baru PTDI dalam menghadirkan produk berbasis energi bersih dan mendukung pengembangan ekosistem AAM di Indonesia.
Kolaborasi antara PTDI dan Intercrus mencakup pengembangan teknologi, proses sertifikasi, manufaktur, hingga komersialisasi Intercrus SOLA. Pada pembukaan Indo Defence 2024 Expo & Forum hari pertama, Kamis (11/6), PTDI dan Intercrus menghadirkan demonstrasi prototipe sub-skala 1:7 dari Intercrus SOLA, bernama SOLITA.
"Demo ini memperlihatkan kemampuan dasar manuver dan hovering di hadapan Presiden RI Prabowo Subianto," ujar Gita.
Teknologi tersebut juga memiliki potensi adaptasi untuk mendukung kebutuhan operasi militer, seperti pengiriman logistik ke medan sulit, misi pengintaian, hingga dukungan taktis di area operasi dengan tingkat risiko tinggi.
Melalui kemitraan dengan Intercrus, PTDI mengambil perannya dalam membentuk arah baru ekosistem mobilitas udara nasional tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pertahanan dan transportasi sipil, tetapi juga dalam mendorong lahirnya solusi teknologi inovatif di sektor kedirgantaraan masa depan.
"Lebih dari sekadar produk, Intercrus SOLA yang ditargetkan siap terbang dan melayani Indonesia pada tahun 2028 ini, juga menjadi simbol transformasi dan masa depan transportasi udara Indonesia," kata Gita.
PAL Indonesia akan membangun dua unit kapal selam Scorpene di Surabaya. (Naval Group)
Pembangunan infrastruktur vital dikebut, insinyur pun disiapkan seiring dimulainya kontrak alih teknologi penuh dengan Perancis. Kesiapan PT PAL kini dipertaruhkan.
Deru mesin dan denting logam yang bersahutan dari Divisi Kapal Selam di ujung utara Kompleks PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, terdengar lebih bersemangat dari biasanya. Di atas lahan seluas satu hektar, jajaran besi menancap pada beton-beton fondasi dermaga. Lokasi itu bakal menjadi denyut nadi industri pertahanan menampung teknologi canggih.
PT PAL Indonesia, produsen kapal perang nasional, kini benar-benar sedang berpacu dengan waktu. Mereka mengejar tenggat untuk menyiapkan seluruh fasilitas yang dibutuhkan untuk ”melahirkan” sang predator laut dalam, kapal selam Scorpene.
Kebutuhan akan fasilitas modern ini bukanlah isapan jempol. Pengalaman adalah guru terbaik. Kepala Divisi Kapal Selam PT PAL Indonesia Agus Rifai mengungkapkan, pelajaran berharga dipetik saat peluncuran KRI Alugoro 405 pada 2021 lalu, kapal selam pertama yang berhasil dirakit di dalam negeri.
”Ternyata dalam proses peluncuran KRI Alugoro kemarin, kami belum punya fasilitas yang namanya "shiplift". Akhirnya pemerintah memberikan bantuan di PMN (penyertaan modal negara) 2021 untuk melengkapi proses kami sehingga PT PAL bisa 100 persen melaksanakan "whole local production" kapal selam,” ujar Rifai di sela-sela kunjungan eksplorasi industri pertahanan ke PT PAL Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (25/6/2025).
Bantuan pemerintah itu kini berwujud proyek masif. Progres pembangunan dermaga kapal selam yang dikerjakan oleh PT PP (Persero) Tbk tampak signifikan. Aktivitas pembangunan yang dimulai 14 Juni 2024 kini sudah mencapai 62 persen. Torehan ini bahkan melebihi rencana awal.
Secara keseluruhan, pekerjaan struktur dermaga akan tuntas pada Desember 2025. Setelah itu, pekerjaan akan menyisakan aktivitas pengerukan ruang sandaran kapal selam hingga kedalaman 16 meter dan instalasi fasilitas "shiplift" itu sendiri, yang teknologinya didatangkan dari Syncrolift, perusahaan asal Norwegia yang menjadi rujukan dunia.
Fasilitas baru ini dirancang dengan spesifikasi yang jauh melampaui kebutuhan Scorpene. Kapal selam asal Perancis itu memiliki bobot 2.000 ton, tetapi kapasitas "shiplift" mampu mengangkat beban hingga 6.000 ton. Konstruksinya diklaim sangat kokoh dengah perhitungan 15 ton per tiang pancang.
Kemampuan angkat yang masif itu bukan tanpa alasan. Fasilitas tersebut dirancang serbaguna. Tidak hanya kapal selam, kapal-kapal permukaan, seperti fregat, pun bisa ”digendong” oleh "shiplift" ini. Rencana itu bahkan sudah konkret.
”Nanti di bulan Agustus (2026), kapal Fregat Merah Putih (unit) kedua yang ada di hangar akan kita pindahkan melalui "shiplift" ini untuk dimasukkan ke dok guna melanjutkan proses konstruksi,” ungkapnya.
Di jantung kawasan ini, berdiri tiga hanggar utama berukuran total 100 x 100 meter. Seluruh proses vital berlangsung di sana. Mulai dari pengepresan lambung "hull pressing", penyambungan, hingga pemasangan seluruh perlengkapan canggih "outfitting", semuanya dilakukan dalam satu alur produksi yang terintegrasi.
Kecanggihan tak berhenti di situ. "Shiplift" ini nantinya akan dilengkapi dengan sistem transversal "boogie", yang memungkinkan kapal selam tidak hanya bergerak maju-mundur dari laut ke hangar, tetapi juga bisa digeser ke samping menuju dermaga rawat (dermaga bay).
”Karena rumitnya kebutuhan inilah yang menjadikan fasilitas ini sejatinya cukup mahal untuk bisa diaplikasikan,” tutur Rifai.
Pada akhirnya, semua pacuan waktu ini bermuara pada satu momen pembuktian. Sebuah momen saat kapal selam Scorpene pertama buatan Indonesia diluncurkan dari dermaga ini. Dunia akan menjadi saksi kemampuan PT PAL Indonesia memproduksi dan merawat Scorpene, kapal selam senilai Rp 15 triliun.
Untuk diketahui, kontrak kapal selam Scorpene antara Indonesia dan Naval Group, Perancis, ditandatangani pada 28 Maret 2024. Namun, kontraknya belum efektif karena belum ada pembayaran uang muka. Kontrak ini mencakup pembangunan dua unit kapal selam Scorpene di PT PAL Indonesia.
Ingin dipercepat Detail kapal selam Scorpene (Kompas)
Project Director untuk Kapal Selam Scorpene PT PAL Laksamana Muda (Purn) Wiranto mengungkapkan adanya arahan baru yang mengubah dinamika proyek secara fundamental. Proyek yang semula dirancang untuk berjalan selama 96 bulan atau delapan tahun untuk pembangunan dua kapal selam di Surabaya kini diminta untuk berlari lebih kencang.
”Ini menarik sekali. Beberapa bulan yang lalu, Bapak Presiden meminta kepada tim, yaitu tim dari PT PAL dan mitra kita dari Naval Group, untuk (proyek ini) dimajukan lebih cepat tiga tahun,” tuturnya.
Permintaan ini, lanjutnya, sontak menjadi sebuah tantangan besar yang harus dijawab bersama. Kalkulasi ulang, penjadwalan yang lebih agresif, dan inovasi proses kini menjadi pekerjaan rumah utama bagi kedua belah pihak.
Di sisi lain, Wiranto memaparkan bahwa proyek ini akan dimulai dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 30 persen. Angka ini merupakan pijakan awal dalam sebuah maraton panjang menuju kemandirian penuh, yang menjadi sasaran utama dari seluruh proyek alih teknologi ini.
”Kalau tidak salah, sampai dengan tahun 2045, sasaran kita nanti harus bisa melaksanakan ekspor kapal selam,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Frega Wenas Inkiriwang yang menyambangi lokasi pembangunan, memandang hiruk-pikuk galangan kapal PT PAL sebagai bagian dari sebuah maraton panjang. Pembangunan postur pertahanan yang ideal diakui sebagai sebuah upaya yang menuntut kesabaran, biaya, dan di atas segalanya, komitmen yang tak lekang oleh waktu.
”Bicara penguatan postur pertahanan, itu tidak bisa dibangun dalam waktu yang singkat. Untuk membangun sebuah kapal selam, misalnya, itu butuh 8 sampai 9 tahun, bahkan di beberapa proyek bisa sampai 10 tahun,” tuturnya.
Kesadaran akan rentang waktu yang panjang inilah yang melandasi komitmen pemerintah untuk menjaga keberlanjutan. Kendati kepemimpinan berganti, kontrak-kontrak strategis yang telah ditandatangani akan terus dihormati dan dijalankan hingga tuntas.
Pemerintah melihat geliat industri pertahanan dalam kerangka filosofis yang lebih dalam. Di bawah payung "holding" Defend ID, perusahaan seperti PT PAL tidak lagi dipandang semata sebagai entitas bisnis yang mengejar keuntungan. Mereka adalah garda terdepan dalam sebuah perjuangan senyap.
Karena itu, inisiatif dan terobosan dari internal industri menjadi sebuah keniscayaan yang ditunggu-tunggu. Pemerintah mendorong agar BUMN pertahanan proaktif dalam riset dan pengembangan, menyiapkan fondasi sebelum panggilan tugas datang. Dengan begitu, saat negara memutuskan sebuah kebutuhan mendesak, industri nasional sudah dalam posisi siaga.
Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menyebut langkah ini sebagai momen ”strategis dan bersejarah”. Namun, ia mengingatkan bahwa Scorpene bukanlah kapal selam biasa, melainkan sebuah platform tempur canggih yang menuntut tingkat kesiapan multidimensi.
Ia menekankan bahwa pembangunan fasilitas fisik seperti dermaga dan hanggar hanyalah satu bagian dari teka-teki besar. Aspek yang jauh lebih krusial adalah memastikan seluruh fasilitas itu memenuhi standar presisi tinggi yang disyaratkan Naval Group.
”Hal yang perlu diperhatikan, antara lain, adalah akurasi permesinan berat, sistem "lifting" presisi tinggi, dan sistem perlindungan terhadap kebocoran informasi. Ini bukan sekadar soal membangun fisik, tapi bagaimana memastikan semua fasilitas itu bisa digunakan secara efisien dan aman,” jelasnya.
Lebih jauh, Fahmi menggarisbawahi esensi dari proses alih teknologi (ToT) itu sendiri. Menurut dia, kesuksesan proyek ini akan hampa jika Indonesia hanya menjadi ”tukang rakit”. Taruhan sesungguhnya terletak pada kedalaman ilmu yang diserap. Untuk itu, pelibatan ekosistem yang lebih luas—mencakup perguruan tinggi, pusat riset, dan industri komponen lokal—menjadi sebuah keharusan agar tidak berhenti sebagai proyek perakitan semata.
Aspek tata kelola yang baik dan transparan juga menjadi sorotan utamanya. Mengingat nilai proyek yang fantastis, potensi penyimpangan harus diantisipasi dengan pengawasan yang ketat tanpa mengorbankan kerahasiaan pertahanan.
”Jika semua itu dijalankan dengan tepat, Indonesia tak hanya akan memiliki kapal selam canggih, tapi juga akan memiliki industri strategis yang mandiri dan berdaya saing di kawasan,” tambah Fahmi.